Jingga dengan gugup langsung memasangkan topi di kepala Keenan, "I-ini topinya. Ke-ketemu." Keenan diam dan membisu, tubuhnya masih menoleh ke belakang. Sedangkan Jingga yang tadinya sedikit menungging, memilih duduk di kursi tengah, sehingga kini keduanya saling berjarak. Jingga merasakan tubuhnya panas. Bahkan wajahnya mungkin merah padam. Tiba tiba Keenan turun dari kursi pengemudi, sudah mengenakan jaket, masker dan juga topinya. Keenan membuka pintu belakang dan mengulurkan tangannya, "Turun?" Jingga menarik nafas dan mengangguk, "I-iya." Saking gugupnya, ia gemetar saat menyentuh tangan Keenan yang membantunya turun. Jingga pun turun dari dalam mobil. Tapi, Keenan tidak melepaskan genggamananya. Lelaki tampan dengan tubuh tinggi besar itu hanya diam menatapnya dan kemudian me