"A-apa ini? Oh Jingga, kamu kenapa?" Keenan merasakan betapa jantungnya berdetak tak menentu. Ia rasanya senang sekali. "A-aku senang sekali dengan sikapmu yang tiba tiba ini. Tapi, kamu bahkan tidak mengenakan alas kaki. Jingga, nanti kakimu sakit." "Aku tidak peduli," Jingga semakin erat memeluknya. "Aku tidak peduli. Aku hanya ingin memelukmu." Keenan menarik nafas panjang dan mencoba menahan luapan perasaannya yang sulit sekali ia bendung. "Aku salah besar. Keenan, aku salah besar!" Jingga terus menangis di pelukannya. "Salah apa?" Keenan membelai lembut rambut Jingga. "Bukan dia, tapi kamu. Ayah tidak mungkin membuatku bersama laki laki seperti itu," Jingga terus bicara tak beraturan. "Tenangkan dirimu. Jelaskan padaku," Keenan berkata dengan perlahan. Ia mengusap usap pun