Jemma ikut merasakan matanya berkaca kaca. Bertahun tahun lamanya, surat ini tertahan di tangan Umi. Tentu akan berbeda kala kita membaca langsung setelah Om Ilyas tiada, dengan membacanya saat ini. Tapi, bagaimanapun, ini keajaiban. Surat ini akhirnya sampai pada pemiliknya! "Ah maafkan aku menangis. Mataku langsung buram saat membaca awal surat ini," Jingga menghapus air matanya. Ia kemudian melanjutkan membaca surat tersebut. Jingga sayang, Ayah ingin menyampaikan wasiat untukmu. Akhir akhir ini, ayah mendapatkan ancaman ancaman yang mengkhawatirkan. Saat seseorang terus menerus mengancam, hal itu tidak bisa ayah abaikan. Ada kebencian di dalam ancaman tersebut. Ayah harus bersiap. Ayah sudah cukup merasakan asam garam kehidupan, tidak ada rasa takut akan apapun lagi di dunia