Hari ini Jagadta kedatangan tamu di Kantornya dan tamunya itu adalah Papinya. Jayaprana memintanya untuk menikahi Rayya saat di kediaman Sucipto beberapa hari yang lalu, namun ternyata Jagadta segera menolaknya dan mengatakan ia mampu menjaga Nayla seorang diri. Jagadta menatap sang Papa yang saat ini terlihat kesal padanya. Jayaprana tidak bisa mengabaikan permintaan Avi, karena ia tahu Nayla membutuhkan Rayya. Nayla bahkan saat ini ingin segera bertemu Rayya. Ia menangis karena tidak menemukan keberadaan Rayya. Adiwangsa juga menceritakan tentang jati diri Rayya padanya, Jayaprana juga telah mencari tahu tentang Rayya dan ia kagum kepada Rayya, karena Rayya bukan hanya cerdas tapi memiliki hati yang lembut. Ia yakin Rayya lah yang paling cocok mendampingi putra sulungnya.
"Kalau kamu tidak mau menikahi Rayya, Papi akan memberikan Rayya semua harta Papi padanya!" ucap Jayaprana.
"Silahkan saja, Jagad tidak peduli harta, Papi," ucap Jagad angkuh seperti biasanya.
"Bergaul bersama lima serangkai membuatmu menjadi sombong hanya karena berhasil sukses tanpa bantuan Papi Jagad, tapi kamu harus ingat siapa yang selama ini membesarkan kamu. Kamu boleh tidak peduli dengan harta Papi. Kamu juga tidak perlu memperdulikan adikmu Janisa. Apapun nanti yang terjadi pada Janisa itu bukan urusanmu karena kamu yang menolak permintaan Papi berarti kamu juga kehilangan hak sebagai Kakak sulung Janis" ucap Jayaprana kesal melihat sikap sombong putra sulungnya ini.
"Selamanya Janisa adalah adik saya Pi," ucap Jagadta dingin.
"Kalau kamu tidak mau menikah dengan Rayya, maka Papi akan segera menikahkan Janisa kepada anak rekan bisnis Papi secepatnya. Biar Janisa yang akan menjaga Nayla!" ancam Jayaprana.
"Papi, Janisa masih muda," kesal Jagadta.
"Kau tidak usah peduli dengan adik bungsumu Jagad, karena yang kau pedulikan saat ini hanyala dirimu sendiri!" ucap Jayaprana menujuk wajah Jagadta dengan tatapan murkanya.
"Oke, Jagad akan menikahi dia. Tapi Papi dan Mami atau siapapun tidak boleh ikut campur dalam rumah tangga kami!" ucap Jagadta.
"Suatu saat nanti kau akan mengerti kenapa Papi ingin kau menikahi Rayya. Jika kau mencari tahu tentang Rayya, kau akan tahu betapa dia adalah istri yang sangat cocok untukmu!" ucap Jayaprana. "Papi tahu kau sangat membenci penghianatan dan Rayya bukan perempuan seperti wanita bodoh yang pernah kau cintai, nak." ucap Jayaprana.
"Terserah Papi, asalkan setelah ini Papi tidak akan ikut campur urusan pribadi Jagad lagi Pi!" ucap Jagadta dingin.
"Oke, nak" ucap Jayaprana dan ia tersenyum melihat anak laki-laki satu-satunya tersisa yang ia miliki. Kehilangan Jantaka membuat Jayaprana sangat terpukul apalagi ketika melihat Nayla cucu semata wayangnya harus kehilangan kedua orang tuanya. "Papi pulang nak dan Papi akan segera mempersiapkan pernikahan kalian."
"Tidak perlu pesta yang mewah, Pi. Cukup akad nikah yang dihadiri keluarga saja!" ucap Jagadta membuat Jayaprana menghela napasnya.
"Kenapa? apa kamu memiliki rencana lain dan akan segera menceraikan Rayya? Papi tidak suka kamu melepas tanggung jawab kamu dan akhirnya kamu kembali dengan wanita itu. Papi dengar dia akan bercerai dengan suaminya? ingat Jagadta setelah kamu menikah, Rayya dan Nayla akan menjadi tanggung jawab kamu. Cinta itu bisa dipupuk karena terbiasa dan Papi yakin tidak butuh waktu lama, kamu akan mencintai Rayya!" ucap Jayaprana.
"Papi juga harus ingat, jangan ikut campur dengan apa yang terjadi nanti dengan urusan rumah tangga saya karena itu bukan urusan Papi lagi!" ucap Jagadta dingin membuat Jayaprana menghela napasnya dan memilih untuk segera keluar dari ruangan Jagadta.
Jayaprana kesal dengan anak sulungnya, bagaimana tidak pernikahaan tertutup hanya akan membuat jurang pemisah antara Rayya dan Jagadta semakin besar. Rayya pasti akan menganggap jika Jagadta tidak ingin status pernikahan mereka diketahui orang lain.
Sementara itu Jagadta menatap pintu tempat dimana sang Papi baru saja keluar dari sana. Ia menyandarkan tubuhnya dikursi dan memejamkan matanya. Ingatan melayang dengan kejadian dua tahun yang lalu dimana wanita yang memohon dan memintanya untuk bertunangan dengannya seminggu kemudian berselingkuh dengan laki-laki lain hingga tidur bersama. Jagadta murka dan ia segera memutuskan membatalkan pertunangan dan menutup rapat hatinya untuk wanita itu. Indira wanita yang pernah ia berikan kesempatan untuk masuk kedalam hatinya dan dengan bodohnya ia memberikan kesempatan itu lalu bersedia menunggu Indira melupakan sahabatnya Senopati Arya Bagaskara.
Simpati dan rasa kasihan membuatnya lemah dan berusaha agar Indira bersandar padanya tapi ternyata Indira mengkhianatinya. Setelah dua bulan pembatalan pertunangan mereka, Indira akhirnya menikah dengan selingkuhannya itu karena telah mengandung. Rasa sakit dikhianati membuat sikap Jagadta menjadi dingin dan ia memilih untuk fokus dengan perusahaan dan bisnisnya.
Jagadta mengambil berkas yang ada dalam laci kerjanya dan ia membukanya, lalu ia mengambil sebuah foto dan menatap foto Rayya yang sangat cantik. Bahkan Rayya lebih cantik dari Aviara adik iparnya yang dulu termasuk salah satu deretan wanita yang berusaha mendapatkan hatinya. Jagadta membaca berkas tentang siapa Rayya dengan dahi yang berkerut saat tahu jika Rayya adalah anak yang terbuang oleh keluarganya. Ia menghembuskan napasnya karena menikah dengannya hanya akan membuat Rayya menderita. Ia tidak akan peduli dengan keberadaan Rayya, karena baginya wanita cantik itu memiliki sifat yang sama yaitu tidak pernah puas dengan apa yang ia inginkan. Menganggap semua wanita cantik memiliki sifat buruk membuat para sahabatnya kesal dengan Jagadta. Senopati salah satu sahabatnya bahkan membanggakan istrinya yang cantik yang memiliki hati yang lembut. Pernyataan Jagadta menghina perempuan cantik membuat Senopati murka. Bagi Senopati hanya satu wanita cantik di dunia ini yang pantas mendampinginya yaitu Alea istri tercintanya.
"Kau boleh menjadi Nyonya di Rumahku dan tugasmu hanyalah menjadi pengasuh keponakanku." ucap Jagadta. "Hidupmu sungguh tidak beruntung." sambil menatap foto Rayya.
Jagadta mengambil ponselnya dan segera menghubungi asistenya. "Irfan hubungi wanita yang saya kirimkan no ponselnya dan kamu minta dia datang menemui saya di Cafe W&D!" ucap Jagadta.
Jagadta menatap foto keluarganya yang berada diatas mejanya dan lagi-lagi ia menatap wajah Jantaka adiknya. "Kamu bisa tenang Janta karena saya sudah berjanji akan menjaga Nayla sampai dia dewasa dan Jika umur saya panjang, saya yang akan menikahkannya kelak. Kalau Rayya bukanlah ibu yang tepat untuk Nayla, saya akan berpisah dengannya karena pernikahaan ini terjadi bukan karena ingin memenuhi keinginan Avi tapi karena keinginan Papi. Entah apa yang membuat Papi menginginkan wanita itu menjadi menantunya," ucap Jagadta.
Jagadta menghembuskan napas panjang. Keributan Avi dan Jantaka berujung dengan terjadinya kecelakaan yang akhirnya menewaskan keduanya. Jantaka yang terlalu mencintai Avi kecewa karena ia tahu Avi selama ini masih mencintai dirinya. Avi sengaja menikahi Jantaka karena ingin membuat Jagadta menyesal karena telah menolaknya. Perempuan yang menyebalkan itu tidak akan pernah Jagadta cintai. Sosok Rayya pasti sama dengan Avi, perempuan murahan yang menghalalkan segala cara akan mencapai tujuannya.
Jagadta kembali mengingat bagaimana Jantaka memukul wajahnya beberapa waktu yang lalu saat Jantaka menemuinya diruangannya.
"Kenapa kau tidak menceritakan semuanya tentang Avi, Mas?" tanya Jantaka.
Jagdata menghela napasnya "Saya sudah bilang agar kamu mencari perempuan lain Janta, tapi kamu tidak peduli," jelas Jagadta.
"Apa dia pernah tidur denganmu, Mas Jagad?" tanya Jantaka membuat Jagadta mengerutkan dahinya.
"Kau pikir saya seperti kamu mantan playboy yang suka bercinta dengan pacar-pacarmu? ingat Janta kamu pasti mengenal saya, saya hanya akan menidur wanita jika dia adalah istri saya!" ucap Jagadta membuat kemarahan Jantaka hilang sudah.
Jantaka menatap Jagadta dengan sendu. "Aku juga salah Mas, aku bertemu dengan mantan pacarku saat aku berkuliah di luar negeri Mas. Avi melihat wanita itu menciumku di ruanganku dan itu membuatnya marah. Dia bilang dia dan kamu Mas juga..." ucap Jantaka nanar.
Jagadta menatap sinis Jantaka "Dasar wanita licik, saya bahkan tidak tertarik padanya, bagaimana saya ingin menyetuhnya. Kau tahu waktu luang saya dulu saya habiskan mencari cara mendapatkan hati Indira tapi ternyata cinta memang tidak bisa dipaksakan."
Jagadta memejamkan matanya karena Jantaka dan Avi tampak harmonis namun sebenarnya keduanya selalu saja bertengkar. Bagi Jagadta tidak mudah baginya untuk jatuh cinta, apalagi cinta yang ia temui penuh penghianatan. Seperti Indira dan Avi yang tak pernah puas dengan cinta yang mereka dapatkan.