15. 1st Impression

1445 Kata
"Halo, nama saya Linggarjati Pradana. Salam kenal Nona, anda terlihat sangat memesona sore ini." Sapa pemuda itu dengan nada semanis madu. "Salam kenal, saya Praditha Sampoerna." Ditha mengangguk, memperkenalkan diri dengan sopan meski sedikit bergidik bulu romanya demi mendapatkan ucapan sweet talking yang ditujukan padanya itu. Ditha mengamati tuan muda dari keluarga Pradana itu dengan lebih seksama. Semakin penasaran karena dibilang satu generasi dengannya, penasaran juga dengan 'mulut manisnya' tadi. Sebagai putra dari keluarga Pradana tentu saja Linggar ini memiliki wajah yang tampan rupawan serta postur tubuh yang sempurna. Sama halnya dengan Ardi dan Laras kedua kakaknya, Linggar juga memiliki profile wajah khas ras Kauskasia yang kebarat-baratan, dengan warna mata kecoklatan yang tajam. Dalam sekali lihat, Ditha dapat menilai bahwa dia adalah tipe pria idaman setiap wanita. Dengan modal kesempurnaan fisik serta kekuatan finansial yang ada di dalam genggaman. Siapa yang akan sanggup menolak pesonanya? Apalagi ditambah dengan auranya yang kuat memancar dalam radius satu kilometer. Aura mematikan serta bisa membuat setiap wanita yang memandangnya auto kesemsem dan klepek-klepek. Duh gawat! Gak boleh menatap matanya lama-lama, nanti bisa hamil! Ditha cepat-cepat mengalihkan dan menundukkan pandangan matanya saat tanpa sengaja pandangan mata mereka berdua bertemu dan saling bertatapan. Linggar menyunggingkan senyuman yang melengkung sempurna di bibirnya. Senyuman yang sanggup mengalahkan ketampanan dari Zain Malik, penyanyi R n B favorit Ditha yang berdarah Arab. Seketika alunan musik akustik seolah ikut mengalun merdu mengiringi lagu dari sang musisi di hati Ditha. I'll be with you from dusk till dawn, Bang Zain! Eits ... Eling Ditha eling! Dia bukan Zain Malik. Dia Linggarjati Pradana! "Kalian bertiga silahkan langsung saja masuk ke ruang konferensi pers terlebih dahulu." Linggar memanggil dan memerintahkan salah satu waiters untuk mengantar ketiga tamu VIP itu beranjak masuk ke dalam hall. Ditha bersama dengan Tyo dan Irza diantarkan ke ruang konferensi pers. Dipersilahkan untuk duduk di kursi-kursi VIP kehormatan yang telah tersedia bagi mereka. Hanya ada Maheswara Hartanto yang telah duduk di salah satu kursi VIP. Sementara tiga kursi dari tamu VIP lainnya masih kosong. Setelah duduk di kursinya, pandangan Ditha langsung auto fokus ke mimbar konferensi pers. Menikmati pemandangan indah yang tersaji tepat di hadapannya, wajah ganteng nan tampan paripurna Ardi Pradana. Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Oh tentu tidak, nikmat wajah ganteng Mas Ardi mah tak akan Ditha dustakan. Malah wajib untuk dinikmati. "... Jadi semua kegiatan produksi dari perusahaan inti Pradana dan lima anak perusahaan lainnya akan tetap dilakukan di kota Banyu Harum. Sementara di kota Surabaya ini hanya akan ada proses assembly, finishing serta marketing saja." Ardi Pradana menjelaskan di depan semua tamu yang hadir serta awak media tentang pembagian wilayah tugas perusahaan di bawah nama Pradana. Tak lama kemudian hadir dan menduduki kursi VIP di sebelah Ditha, Ceicilia Tang. Wanita itu kali ini tampil sangat memukau dengan setelan busana kerja resmi berwarna putih. Cecil menyempatkan untuk memberikan sapaan berupa senyuman manis untuk menyapa Ditha. Yang langsung dijawab oleh Ditha dengan senyuman dan anggukan bahagia. Terharu karena Ceicilia Tang, yang bagaikan Ratu Bisnis bersedia untuk menyapanya duluan. Dua kursi VIP terakhir yang tersedia juga tak lama kemudian segera diduduki oleh pasangan warga negara asing yang merupakan pimpinan dari MarcusCo Group. Nicholas dan Angela Marcus. "... Terima kasih kepada teman-teman dari Wismail Grup, Hartanto Grup, MarcusCo Grup, Sampoerna Grup dan Ciputra Grup. Kami dari keluarga besar Pradana, sangat bangga perusahaan raksasa seperti kalian bersedia untuk memberikan kepercayaan serta bekerja sama dalam proyek Pradana Bussinnes Park ini." Ardi mengarahkan pandangannya pada deretan tamu di meja VIP. Dia juga menganggukkan kepalanya sopan sebagai penghormatan. "Semoga kerja sama kita kedepannya dapat memberikan keuntungan dan kesuksesan bagi kemajuan kita bersama. Dan bagi perusahaan lain yang sekiranya tertarik untuk ikut bergabung dengan rekanan Pradana Bussiness Park ini, kami juga membuka kesempatan kerja sama seluas-luasnya. Silahkan menghubungi bagian pemasaran kami untuk informasi lebih lanjutnya. Terima kasih atas waktu dan perhatiannya ..." Ardi mengakhiri pidatonya dari atas mimbar konferensi pers. Gemuruh tepuk tangan langsung membahana di segala penjuru ruangan. Serangan lampu blitz dari para wartawan yang menyilaukan juga menghujani sosok pimpinan tertinggi Pradana Group itu. Ardi turun dari podium, berjalan dengan lantai tegap nan gagah menuju ke arah deretan tamu VIP. Dia menghampiri, menyalami para pimpinan perusahaan itu satu persatu dengan mantap sebelum duduk ke kursinya sendiri. Prosesi selanjutnya para pimpinan dari enam perusahaan raksasa itu melakukan penandatanganan kontrak kerjasama mereka. Secara simbolis yang disaksikan oleh seluruh hadirin dan diabadikan oleh para awak media. Pasti besok kejadian ini akan menjadi headline news besar-besaran di koran, majalah bisnis, TV, radio, internet serta media informasi lainnya tentang kerja sama bisnis skala besar ini. Mega proyek. Dari tempat duduknya Ditha terus saja memperhatikan sosok Ardi Pradana yang berdiri berdampingan bersama para bos dari lima group perusahaan besar lainnya. Kekaguman dan rasa cintanya seakan semakin membuncah demi memandang sosok gagah, kokoh dan tak tergoyahkan itu. Seorang CEO, pimpinan tertinggi dari Pradana Group. Konferensi pers, penanda tanganan kontrak kerja sama bisnis dan seluruh prosesi acara pembukaan Pradana Bussiness Park akhirnya telah selesai dilaksanakan. Pembukaan yang ditandai secara dengan ritual pemotongan pita merah oleh Ardi Pradana sang penguasa kerajaan bisnis baru ini. Rangkaian acara yang tersisa tinggal acara informal meet and greet dan gala dinner. Para tamu undangan dari berbagai kalangan sudah banyak berkumpul di Main Hall untuk berpesta. Termasuk para tamu VIP kelas sultan yang sudah berkumpul bersama di tempat khusus yang telah disediakan. "Hi Cecil long time no see darling, You look very beautifull tonight, more and more beautifull." Tyo menyapa Ceicilia yang memang terlihat sangat cantik malam ini. Mencoba menyapa wanita itu dengan gaya perlente bak bangsawan playboy borjuis dari eropa. Sengaja menggunakan bahasa Inggris untuk memberikan efek yang lebih dramatis. Ditha yang berada tepat di samping Tyo sudah bergidik geli mendengar ucapan dari mulut kakaknya itu. Ucapan khas seorang Playboy kelas Wahid. "Kalau yang memujiku itu Mahes, Irza atau Ardi mungkin aku bakalan percaya, tapi kalau yang bilang kamu rasanya kok kayak seksual harashment ya?" Cecil menanggapi pujian Tyo dengan nada ketus. Bukannya tersanjung malah merasa tidak nyaman dengan pujian gombal dari Tyo. "Udah mundur aja, Yo. Bisa gawat kalau Sang Ratu Cecilia ngambek." Irza tertawa geli melihat tingkah Tyo dan reaksi acuh tak acuh Cecil kepadanya. Gak ada kapok-kapoknya ini orang rupanya. "Bener, Yo. Kamu gak tahu aja gimana usaha si Ardi melakukan pendekatan romantis ke Ceicil dua tahun lalu." Mahes ikutan melerai. Menantu keluarga Pradana itu sedang berperan sebagai tuan rumah yang baik. Mungkin dia takut kalau Cecilia marah, tak ingin tamunya merasa terusik dan tidak nyaman. "Apaan sih, mau dipecat jadi adik ipar ya?" Ardi merengut, terlihat tidak senang dirinya dibawa-bawa sebagai topik pembicaraan. "Eh enak aja main pecat suamiku seenaknya," Laras, adik Ardi ikutan membela suaminya. "Duh sakit banget tu. Sabar ya, Di. Laras lebih membela suami daripada kakaknya sendiri hahaha." Irza terang-terangan ngakak melihat drama keluarga Pradana yang menggelikan itu. "Hahaha You have been defeated, Bro. Poor you. Kamu udah kalah dengan adik iparnya sendiri. Kasian deh lu." Nick si bule ikutan mengejek Ardi. "Abisnya aku juga jadi penasaran ... Gimana kejadiannya?" Laras ikut kepo juga dengan apa yang sebenarnya terjadi diantara Ardi dan Cecil. Ditha mau tak mau jadi penasaran juga dengan informasi ini. Masih tak ingin mempercayai ada hubungan diantara Mas Ardi dan Cecilia. Loh Mas Ardi naksir Cecilia? Saingan dong? Ini sih namanya layu sebelum berkembang. Ditha sudah lemas saja membayangkan harus bersaing melawan Cecilia dalam hal asmara. Persaingan yang jelas berat sebelah, dan pastinya Ditha jelas kalah telak dari Cecilia. "Rayuan maut ini kayaknya. Jarang-jarang Ardi Pradana ngerayu cewek." Tyo semakin penasaran bagaimana Ardi dapat berhasil merayu Cecilia. Padahal dirinya sudah melakukan berbagai upaya untuk pendekatan pada Cecilia tapi selalu saja gagal. "Gak ada apa-apa. Sudah lupakan saja..." Ardi ingin cepat-cepat mengakhiri pembicaraan absurd ini. "Let me tell you all, guys. Biarkan aku saja yang ngasih tahu kalian ya ..." Diluar dugaan semua orang, malah Cecil yang berniat membuka misteri besar tentang apa yang telah terjadi diantara dirinya dan Ardi dua tahun yang lalu. "Si Ardi parah banget waktu itu. Dia dateng ke kantorku sore-sore sebelum jam pulang kerja. Dengan memakai setelan tuxedo lengkap, asli ganteng banget bak pangeran. Ardi juga bawain buket bunga segar yang bagus dan gede banget ukurannya. Romantis deh pokoknya. Kontan satu kantorku heboh dan gempar waktu itu..." Cecil memulai ceritanya dengan nada yang dramatis sambil tersenyum malu-malu dan sesekali melirik Ardi yang sedikit salah tingkah. "Wuoooow the real gentleman. Kamu benar-benar seorang gentelman, Di." Tyo tak tahan untuk tidak berkomentar menanggapi cerita Cecil. Sementara semua orang yang hadir dan mendengarkan cerita itu langsung menyuruhnya diam, agar Cecil segera melanjutkan ceritanya yang membuat semua orang penasaran. Apa benar telah terjadi sesuatu di antara bos Pradana dan bos Ciputra? Bisa jadi berita besar yang mengguncangkan dunia persilatan ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN