Keesokan harinya. Matanya masih sangat lekat, tetapi telinganya sudah mendapatkan rangsangan gelombang suara yang menggelitik gendang telinganya. Shera mendesah kesal akibat masih terlalu mengantuk. Dia ingin tidur lebih lama lagi, tetapi ponselnya masih terus berdering dan mengganggu mimpinya bertemu dengan Alan. Tangannya meraih benda pipih berwarna hitam di sampingnya. Mendekatkannya ke telinga sambil menyapa orang yang sudah membangunkannya itu. “Halo!” “Halo, Shera,” sahut seorang pria yang bersuara familiar di telinganya Shera. Sontak wanita itu melotot dan langsung duduk tanpa aba-aba. “A-alan?” sahutnya terkejut. Orang yang baru saja ada di mimpinya kini menghubunginya. “Apa kabar?” tanya suaminya. “Hehe, baik,” jawabnya dengan tawa lemah.” “Buka pintumu.” “Eh?” Shera melo