Empat Belas.

1072 Kata
Beberapa tahun yang lalu. Sudah sejak lama mbah Wanto dan mbah Darmi bekerja pada Pak Agung dan istrinya. Pasangan suami istri yang belum juga dikaruniai keturunan di usia pernihakan mereka yang cukup lama. Pak Agung sendiri bekerja pada salah satu instansi pemerintahan yang ada di kota itu. Mbah Warso dan mbah Darmi menemani pasangan suami istri itu sejak keduanya masih baru pindah dari kota asal mereka karena kenaikan jabatan yang pak Agung dapatkan dan dia menjalankan posisi barunya disitu, dikota tempat ia bertemu dengan pasangan suami istri berusia senja itu. Mereka berdua cukup dekat. Sebagai pasangan yang tinggal jauh dari orangtua, nyatanya kebaradaan mbah Wanto dan mbah Darmi mampu membuat mereka merasa memiliki orangtua di tanah rantau. Tetapi entahlah, apa yang buat keadaan saat ini tak seindah seperti dulu. Mbah Wanto dan mbah Darmi tidak ikut dengan pak Agung dan istrinya, saat pasangan suami istri itu memilih pindah dari rumah dinas yang mereka tempati ke rumah pribadi impian mereka yang akhirnya bisa mereka wujudkan. Mbah Wanto dan mbah Darmi awalnya masih tetap dipekerjakan dirumah dinas itu mesti pak Agung dan keluarga sudah tidak lagi menempatinya, tetapi semua berakhir saat mbah Wanto terlebih dulu meninggalkan istri tercintanya itu menghadap sang pencipta. **** "mas bagaimana kalau aku mengajar anak - anak dilingkungan sini saja, selama belum memiliki pekerjaan? Itung - itung mengisi waktuku yang kosong?" tanya Rai pada suaminya, saat keduanya sibuk dengan makan malamnya masing - masing. "maksudnya bagaimana? Mas masih belum paham?" Pras bertanya balik karena tak mengerti. "mungkin aja ada anak - anak di lingkungan sini yang gak bersekolah atau ingin mendapat ilmu tambahan diluar sekolah. Aku mau mengajarkan mereka secara cuma - cuma gitu loh, mas." ucap Rai menjelaskan maksud pernyataannya diawal. "kalau kaya gitu, nanti saat kamu mendapatkan informasi pekerjaan atau kamu mendapatkan pekerjaan baru bagaimana? Kalau tiba - tiba kamu berhenti mengajar mereka, apa malah tidak membuat mereka menjadi sedih?" Pras menanggapi maksud keinginan yang di utarakan istrinya tadi. Rai sempat berpikir sejenak. Apa yang dikatakan oleh suaminya itu memang ada benarnya, tetapi untuk saat ini dia pun belum tau apa solusi untuk perkataan yang suaminya ucapkan itu. "dipikirkan lagi saja dulu! Mas gak keberatan jika kamu mau mengajar anak - anak disini dengan cuma - cuma. Bahkan jika itu terlaksana, mas akan sangat mendukungnya. Tetapi semua harus berjalan sepenuh hati, jangan setengah - setengah! Jangan sampai itu membuat permasalahan dalam diri kamu sendiri." ucap Pras pada istrinya yang masih terlihat kebingungan. "iya mas" Rai menurutin perkataan suaminya itu. Pasangan suami istri itu menyelesaikan makan malamnya. Seperti biasa setelahnya mereka akan menghabiskan waktu bersama di depan televisi sampai rasa kantuk datang menyapa. Malam itu masih sama seperti malam - malam sebelumnya. Pras dan Rai menyaksikan siaran yang ada dihadapan mereka sambil ada dalam pelukan satu sama lain, memang pasangan suami istri ini sangat manis. Pandangan Pras yang sempat sejenak teralihkan ke sudut lain, tiba - tiba harus merasa terkejut dengan apa yang ditangkap oleh penglihatannya itu. Betapa terkejutnya laki - laki bertubuh jangkung itu dengan apa yang apa yang saat ini ada dihadapannya itu. Sesosok wanita berambut panjang itu menatap tajam pada dirinya dan Rai. Wujudnya cukup membuat bulu kuduk seseorang berdiri atau bahkan membuat seseorang ngompol ditempat. Rambut panjangnya yang berantakan menjuntai hampir menyentuh lantai. Pakaian putih yang melekat dibadannya sudah usang karena noda darah dan tanah. Yang paling membuatnya menjadi sangat mengerikan memang tatapannya yang menatap tajam kearah Pras, seolah ia ingin memberitahukan keberadaannya dirumah itu. Apa yang dilihatnya membuat ia tak bisa berkutik. Bahkan bernafas pun sulit untuk Pras lakukan. Laki - laki itu sempat memejamkan mata karena tidak ingin melihat apa yang ada dihadapannya terlalu lama. Bersyukurnya dalam hati, ia tahu istrinya saat itu sepertinya tidak melihat apa yang ia lihat, karena Rai masih terlihat asik dengan acara yang ada di hadapannya. Setelah memejamkam sekejap matanya. Sepasang bola mata itu kembali memastikan keberadaan sosok yang sebelumnya ia lihat, dan sayangnya sosok itu masih nampak ditempat yang sama saat ia melihatnya tadi. Sosok itu masih diam mematung dibawah tangga kayu samping dapur yang selama ini bahkan tidak pernah ia sentuh. Posisi ruang tengah dan ruangan kosong disamping dapur yang tidak memiliki sekat membuat kedua bola mata Pras dapat dengan mudah menangkat apa yang nampak dihadapnya itu. Pras mengalihkan pandangannya ke arah lain, dia tahu sosok menyeramkan itu masih ada di posisi yang sama dari sebelumnya. Sosok wanita itu pun masih menatap kearahnya. Pras tahu dia tidak akan kuat, akhirnya dia mengajak Rai secara paksa untuk pergi tidur walaupun waktu masih belum terlalu malam. "dek, yuk tidur yuk!" ajak Pras bangkit dari duduknya sambil menarik - narik lengan istrinya. Rai yang kebingungan akhirnya hanya bisa menuruti ajakan suaminya itu. "loh, buru - buru amat sih, mas. Lagian masih juga sore, masa udah ngantuk?" tanya Rai walau tetap mengikuti langkah suami didepannya itu. Mereka berdua bahkan hanya sempat mematikan televisi. Lampu - lampu dirumah itu masih ada dalam keadaan menyala. Untungnya semua pintu dan jendela sudah mereka kunci lebih awal. "mas, itu lampunya gak mau pada dimatiin dulu?" tanya Rai yang masih bingung dengan sikap suaminya yang sedikit aneh itu. "sudah biarjan aja, ntar mas matiin." jawab Pras sekenanya agar istrinya itu diam dan menurutinya saja. Padahal entah dia akan mematikan semua lampu - lampu itu atau tidak, rasanya malam ini untuk keluar lagi dari kamar saja sangatlah sulit dia lakukan. Saat telah di dalam kamar, Pras pun dengan sengaja tetap tak menceritakan apa yang baru saja dilihatnya itu kepada Rai. Dia khawatir Rai akan menjadi takut saat ia tinggal kerja besok. Karena memang belum mengantuk, saat di dalam kamar keduanya pun tidak dapat langsung tertidur. Apalagi Pras yang masih terbayang - banyang apa yang baru saja ia lihat. Akhirnya mereka hanya saling mengobrol atau asik dengan gawai ditangan masing - masing. "katanya tadi ngantuk, mas. Ngajak buru - buru masuk kamar?" tanya Rai mengungkit hal yang dilakukan suaminya tadi. "ia ngantuk, bentar lagi juga ini tidur." jawab Pras. Pras akhirnya merasa bahwa kecurigaannya selama ini tentang kejadian - kejadian ganjil yang ia alami dari awal mula mengisi rumah ini mungkin benar adanya. Mungkin sosok dibawah tangga itulah penghuni yang selama ini melakukan gangguan padanya pada Rai. Mau bagaimana pun dia tetap harus menceritakan hal itu kepada istrinya. Ia tidak mau Rai sampai mengalami hal yang baru saja ia alamai tadi. Jika pun setelah di ceritakan nanti Rai meminta pindah, ia akan melakukan itu demi kenyamanan mereka berdua. Terutama kenyamanan Rai di rumah yang ditinggal ia berkerja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN