Dua

1828 Kata
"Dek..deeekkk! Dimana sih kamu dek?" Teriak Pras mencari istrinya. "Aku di sini loh mas, di kamar mandi." Sahut Rai. Raihanum lantas bergegas menyelesaikan aktifitas kamar mandinya itu, untuk menemui suami yang sedari tadi mencarinya. "Kenapa mas? Sudah dapat rumahnya?" Tanya Rai pada suaminya sambil merapihkan baju. "Tadi Mas cerita masalah kita ini sama Pak Agung, kepala kepegawaian di kantor baru. terus dia nawarin mas buat nempati salah satu rumah dinas." Ucap Pras. "Lalu?" Tanya Rai dengan polosnya. "Iya, terus gimana?kamu mau nggak?" Pras balik bertanya. "Ya, mau lah mas! Waktu mepet gini mas, apalagi gratis pula." Jawab Rei dengan senyum memperlihatkan deretan giginya. "Yakin? Tapi kita belum liat rumahnya. Udah gitu Pak Agung bilang, rumahnya sudah lama kosong." Ucap Pras sedikit ragu. "Untuk sementara aja dulu-lah mas, waktu cuma dua hari, susah lagi nyari rumah. Masalahnya, sekarang ini kita itu beda pulau." Jelas Rai meyakinkan suaminya. "Kalau gitu Mas iya-in yah tawaran Pak Agung?" Tanya Pras memastikan. "Iya." Jawab Rai mantap. "Ngomong-ngomong mas, kok boleh sih kita nempatin rumah dinas?" Tanya Rai. Bukannya cuma jabatan tertentu ya yang dapat fasilitas kaya gitu?" Lanjutnya penasaran. "Kurang tahu, Pak Agung sih tadi bilangnya rumah itu boleh siapapun isi asal mau urus." Jawab Pras. "Ya sudahlah! Alhamdulillah, mungkin ini yang disebut rejeki ditengah musibah." Sahut Rai dengan senyum Karena barang-barang yang akan dibawa pindah akan diangkut besok oleh jasa pindah rumah, malam itu mereka berdua harus segera merampungkan semua urusan yang belum kelar. "Mas kita berangkat lusa dari rumah ibu?" Tanya Rai kembali. "Iya, sayaanggg!!! Tapi Paginya kita kerumah mama dulu ya, Pamitan!" Sahut Pras. Pras dan Rai memanggil ibunya Pras dengan sebutan 'ibu', sedangkan ibunya Rai mereka panggil dengan sebutan 'mama'. "Terus setelah sampai besok, barang-barang kita siapa yang urus?" Tanya Rai lagi. "Pak Agung nanti yang bantu urus masalah itu." Jawab Pras. "Baik banget sih mas, Pak Agung itu? Nanti kita harus silahturahmi kerumahnya buat ucapin makasih loh!" Ajak Rai. "Iya, insya allah." Jawab Pras yang masih fokus menghitung koper dan kardus-kardus yang bertumpuk. *** Setelah melalui hambatan yang cukup berarti, hari kepindahan Pras dan Rai pun tiba. Barang-barang telah sampai dari kemarin, hari ini mereka tiba di kota tujuan dengan menggunakan transportasi udara. Untuk mencapai rumah tujuan, mereka terlebih dahulu membuat janji dengan Pak Yanto, supirnya Pak Agung. Pak Yanto dimintai tolong oleh Pak Agung untuk menunjukan pada Pras dan Rai, rumah dinas yang akan mereka tempati nanti. . . . . Pak Yanto memarkirkan mobil yang dikendarainya. Mobil itu berhenti tepat di depan sebuah rumah yang terlihat cukup luas. Ada pekarangan kecil di depan rumah itu, mungkin karena sudah lama kosong rumput-rumputnya pun nampak kering dan mati. Pagar besi rumah itu juga sudah banyak yang berkarat.Pras dan Rai memiliki pemikiran yang sama untuk cat ulang agar terlihat lebih indah. "Barang-barang yang semalam sampai sudah didalam ya Pak Pras." Ucap Pak Yanto pada Pras. "Jangan panggil 'Pak' ah Pak Yanto, panggil saja saya Pras!" imbuh Pras. "Mas Pras ya?" Ucap Pak Yanto dengan senyumnya. "Untuk yang semalam, makasih banyak loh Pak udah mau bantu kami urus barang-barang." Ucap Pras pada Pak Yanto. "Iya sama-sama Mas, nanti kalau memang perlu bantuan yang lain, Insya allah saya siap." Jawab Pak Yanto. Langkah kaki mereka makin mendekat kearah rumah. Dilihat dari berbagai macam sudut pun, dapat diketahui dengan jelas bahwa rumah ini adalah rumah lama, atau orang sunda biasa bilang rumah jaman 'baheula'. Tembok dengan cat putihnya sudah terlihat sangat usang. namun, kusen-kusennya masih terlihat kuat dan kokoh, atap-atapnya juga masih sangat terawat. Hanya saja karena sudah terlalu lama kosong, sehingga nampak debu tipis menyelimuti seluruh bagian rumah. Ada hawa dingin dan bau debu menyerpa indra penciuman ketika pertama kali mereka memasuki rumah itu. "Rumah ini ada dua kamar Mas, mbak!" Pak Yanto menjelaskan. "Tapi ruangannya luas-luas ya Pak, khas rumah jaman dulu." Sahut Pras. "Langit-langitnya juga tinggi" lanjutnya. "Jadi adem ya, Mas? Jendela rumahnya juga besar-besar jadi sirkulasi udaranya bagus. Jendelanya masih berfungsi dengan baik loh, mas, belum ada yg rusak." Pak Yanto kembali menjelaskan. "Iya. Tapi untuk ukuran rumah bangunan lama dan juga sudah lama kosong, rumah ini masih terlihat cukup bersih dan terawat loh Pak." Ucap Pras. "Memang Mas, walaupun kosong tetapi rumah ini ada yang merawat, mbah Darmi namanya. Dia biasa menyapu pekarangan juga membersihkan bagian dalam. Suaminya juga sesekali mengecek kondisi rumah, barang kali ada yang butuh perbaikan." Ucap Pak Yanto. "Oh, gitu Pak? Tapi kok berdebu ya Pak." Tanya Rai heran. "Ooh..!!Sudah beberapa bulan ini, semenjak suami mbah Darmi meninggal. Mbah Darmi sudah tidak datang kesini. Mungkin juga karena kondisi fisiknya yang sudah tidak memungkinkan, mbak." Jawab Pak Yanto. "Oh iya, Mas Pras dan Mbak Rai, saya mau memperingati saja. jika kita akan ke dapur, kita itu akan melewati tangga ke atas." Ucap Pak Yanto. "Tangga? Bukannya rumah ini satu lantai ya, Pak?" Tanya Rai memotong. "Iya mbak memang satu lantai. Dulu-nya tangga itu digunakan untuk menjemur pakaian di atas atap, tetapi untuk sekarang lebih baik tidak usah digunakan, karena bangunannya sudah rapuh dan lapuk takutnya membahayakan." Pak Yanto menerangkan. "Iya Pak, akan kami ingat itu." Jawab Pras. Raihanum merasakan sesuatu yang berbeda saat pertama melihat rumah ini, terasa ada hawa dingin yang menyeruak, sejujurnya ada sedikit rasa takut pada dirinya. Keraguan itu sempat membuat wanita bertubuh mungil itu bertanya dalam hati "apakah dia batalkan saja untuk menempati rumah itu?". Tapi mereka merasa tidak enak hati pada Pak Agung dan Pak Yanto yang sudah banyak mereka repotkan, jika membatalkan hanya karena alasan takut. Rai menepis semua pikiran negatif-nya itu dan berusah selalu positif. Pikirnya, Mungkin saat barang-barang sudah tersusun dengan rapih, suasana akan berubah lebih hangat. "Sepertinya jika saya dan istri saya hanya berdua membereskan rumah ini, akan memakan waktu lama deh Pak." Ucap Andi. "Kalau saya minta tolong Pak Yanto untuk mencarikan orang yang bisa membantu kami bagaimana Pak? Merepotkan tidak?" Lanjut Pras menyampaikan maksudnya. "Tidak merepotkan sama sekali kok, Mas Pras." Jawab Pak Yanto. " Besok saya suruh orang datang kesini yah, kebetulan saya kenal beberapa orang sekitar sini yang bisa dimintai tolong." Pak Yanto meneruskan. "Alhamdulillah, terimakasih banget loh saya Pak. Pak Yanto dan Pak Agung banyak membantu kami." Ucap Laki-laki bertubuh jangkung itu. Setelah dirasa cukup melihat-lihat kondisi rumah, pasangan suami istri itu memutuskan untuk pergi. Untuk dua hari kedepan, sampai rumah siap untuk ditempati, keduanya akan menginap di sebuah hotel -- itung-itung bulan madu, barang kali aja cetak gol dihari pertama menginjakkan kaki ditanah rantau. *** Pras dan Rai bukanlah termasuk pasangan yang romantis. Tapi Pras merupakan laki-laki yang cukup pandai mengambil hati istrinya itu, dengan gombalan-gombalan mautnya yang kadang membuat Rai tersenyum-senyum mual. "Dek, skincare yang Mas beliin kemaren udah abis belum?" Tanya Pras basa-basi penuh maksud. "Ya belum dong mas, baru juga lima hari yang lalu kamu beli. Emang aku makan krim malamnya apa!" Sahut Rai, sambil melirik curiga pada suaminya itu. "Udah deh mas nggak usah pake rayu-rayu. Hayo mau berapa babak kita malam ini?" Tantang Rai seraya menumbrukkan tubuhnya pada tubuh Pras, seolah mengerti maksud dari perkataan basa basi suaminya itu. Akhirnya Malam pertama mereka di kota perantauan pun, mereka lalui dengan sangat panas dan menggairahkan, saking panasnya sehingga membuat gerah seluruh suasana hotel tempat mereka menginap. . . . Pagi sekali Pras dan Rai sudah pergi meninggalkan hotel. Tujuan mereka tentu saja rumah Dinas yang menunggu untuk dibersihkan. Pasangan suami istri itu merasa jika harus bergerak cepat karena mereka dikejar waktu. Pras harus sudah mulai aktif dalam beberapa hari, sedangkan rumah yang akan mereka tempati itu cukup luas dan berdebu sehingga membutuhkan waktu dan tenaga ekstra untuk membuatnya menjadi bersih dan rapih. Pagi itu mereka berangkat dari hotel menggunakan taksi berbasis aplikasi. Mobil yang mereka pesan melaju membelah jalanan kota yang masih terasa asing. Rai, wanita manis bertubuh mungil itu selama perjalanan tak hentinya mengajukan pertanyaan kepada suaminya yang sibuk mengamati jalanan kota. "Mas, harusnya tuh kita sewa orang aja untuk bersihin rumah itu." Ceketuk Rai. " Kakau begini kan repot, mas?" "Ya, mau bagaimana lagi? Semua yang sudah kita rencanakan harus berantakan." Jawab Pras sambil tetap mengamati jalanan. "Mas, kamu ngerasa ada sesuatu nggak sih dirumah itu?" Rai mengoyangkan bahu suaminya agar laki-laki itu melihat kearahnya. Pras yang merasa tubuhnya terus di goyang-goyang istrinya itu, mau tidak mau harus menoleh ke arahnya. "Aneh gimana sih? Biasa aja, ah!" Jawab Pras sambil menempelkan kedua alisnya. "Duh, kamu mah jadi laki-laki nggak peka. Bukan cuma nggak peka sama aku tapi juga nggak peka sama makhluk halus." Ucap Rai sambil terkekeh menutup mulut dengan telapak tangannya. "Makhluk halus? Maksudnya?" Pras belum mengerti juga maksud perkataan istrinya itu. "Hawa rumahnya tuh lembah gitu, mas." Terang Rai meyakinkan."waktu pertama masuk kedalamnya aja, aku merinding." Ucap Rai sambil mengusap bulu-bulu ditangannya yang berdiri. "Ah, perasaan kamu aja kali. Aku biasa aja. Namanya juga rumah udah lama nggak pernah ditempati." Ucap Pras santai menanggapi perkataan istrinya itu. "Begitulah perempuan. Kadang-kadang kelewat peka." Bisik Pras dalam hati. Dua puluh menit perjalanan dengan kecepatan mobil yang sedang bahkan nyaris lambat, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Suasana pagi itu cukup dingin, mungkin karena sudah masuk musim hujan. Ditambah suasana dilingkungan itu yang masih asri. Selain hamparan kebun pisang yang cukup luas diseberang jalan, dipinggiran jalan depan rumaj juga banyak terdapat pohon-pohon besar menjulang yang umurnya terlihat cukup tua. Dua orang laki-laki yang tidak mereka kenal sedang diam mematung di depan pagar ketika baru saja Pras dan Rai yang turun dari mobil. Duanorang laki-laki dengan kisaran usia empat puluh itu terus memangdang ke arah mereka seolah sedang menunggu kedatangan mereka. Pras dan Rai berjalan menghampiri kedua laki-laki itu. "Bapak-bapak yang diminta tolong oleh pak Yanto untuk bantu-bantu saya hari ini yah?" Tanya Pras pada kedua orang itu. "Iya, pak." Angguk salah satu diantara keduanya. "Alhamdulillah!! Kalau begitu mohon bantuannya ya pak. Saya Prasetya dan ini istri saya Raihanum. Panggil saja Pras dan Rai" Imbuh laki-laki yang saat tersenyum nampak lesung di pipinya yang begitu dalam persis seperti milik istrinya, Rai. Ah, iya. Saya Warso dan ini Marten." Ucap laki-laki berkaos biru, dengan warna yang sudah sedikit lusuh. Pras da Rai berjalan di depan lebih dahulu diikuti langkah kedua kaki laki-laki itu dibelakangnya. Pras membukan pintu berwarna hijau muda dengan beberapa kaca berbentuk persegi ditengahnya. KREEEKKK!!!! Terdengar bunyi ketika pintu dibuka. Pras kembali merasakan bau debu dan lembab yang menyeruak kedalam rongga hidungnya ketika melakangkahkan kaki kedalam rumah. "Biar cepat selesai. Kita bagi-bagi tugas yah!" Cetus Pras. Rai dan kedua laki-laki yang membantu mereka, hanya mengangguk tanda setuju. "Kita bersihin dulu sesuai bagian masing-masing. Jika sudah bersih nanti geser-geser barangnya baru kita sama-sam." Pras memberi arahan. Mereka pun menyebar, membersihkan ruangan sesuai dengan bagian masing-masing. Saat itu Martin, salah satu laki-laki yang membantu memilih membersihkan bagian ruang belakang. Mencakup dapur, kamar mandi juga ruangan disebelah dapur yang akan mereka lalui jika hendak menuju dapur. Laki-laki berambut ikal itu sempat memandang lekat ke arah ruangan kosong yang cukup luas dengan anak tangga yang menempel di dindingnya. "Assalamualaikum...!!!" Ucapnya seraya berjalan terus menuju dapur. Seharian itu keempatnya disibukkan dengan membersihkan rumah tua yang sudah terlihat makin bersih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN