"Tunggu!" teriak Jia. Mencoba meraih bahu Yinwa. Meski di tipis olehnya. "Jangan berani menyentuhku!" tajam Yinwa. Tanpa menatap ke arah Jia. "Kenapa? Apa sekarang kamu lupa lagi denganku?" tanya Jia. "Kamu pura-pura lupa atau memang kamu lupa?" lanjutnya. "Jangan mengikutiku." pinta Yinwa kesal. "Tubuh kamu bisa membuat cahaya. Jadi, ku akan ikut denganmu. Sampai menemukan cahaya nantinya." ucap Jia. Dia tersenyum tipis. Tetapi, tetap saja di alihkan olehnya. "Apa yang kamu katakan?" tanya Yinwa. "Aku tidak suka ada wanita sepertiku mengikutinya. Mungkin tubuh ini tadi bisa jadi sahabat kamu. Tetapi, setelah aku kembali. Kau tidak pernah mau dekat denganmu." Yinwa memelotot tajam. Aura ingin membunuh terpancar di kedua matanya. Jia tidak pernah sedikitpun merasa takut. Dia terli