Tok... Tok.. Tok...
Suara ketukan di pintu kayu di balik sinar redup sebuah kamar mewah sang raja mengejutkan dirinya. Suara itu semakin keras. hingga berulang beberapa kali itu semakin mengejutkan Yinwa. Semula dia yang ingin berhubungan suami istri. Harus tertunda karenanya. Meski belum sepenuhnya bisa menemani sang selir. Sosok Yinwa tiba-tiba muncul dan pergi dari tubuh itu. Seolah mereka saling bertengkar untuk mendapatkan tubuh dan pikiran Yinwa.
Yinwa, mengangkat kepalanya Kedua mata tersohor tajam menatap ke arah pintu kayu yang terbuat dari ukiran klasik berwarna kecoklatan dan sedikit gelap. Dengan posisi yang masih sama. Berbaring di atas ranjang, serta kelambu yang sedikit terbuka. Dengan tangan yang masih memeluk tubuh Xia. Tatapan matanya yang berubah mulai menajam. Dia yang melihatnya gemetar takut. Bola mata itu terlihat jelas di depannya memancarkan kobaran api. Bagi siapa yang melihatnya bisa gemetar takut. Kali ini, dia berbeda. Tubuh Yinwa dikuasai jiwanya sendiri. Sementara Bai Yu yang semula merasuk tubuhnya. Terkalahkan oleh pikiran dan hati yang dipenuhi dengan kegelapan, yang mulai memenuhi semua tubuhnya. Matanya tak terlihat ada cinta lagi.
Sosok Yinwa yang sudah mulai pulih itu. Kini kembali dalam dirinya. Sosok kejam dan angkuh. Tetapi, Bau Yu merasa terus melawannya. Dia tidak mau mati sia-sia dalam tubuh Bai Yu. Meski laki-laki itu tidak bisa menggunakan kekuatannya untuk mengusir dua dari tubuhnya. Karena dirinya juga sudah berjanji pada sang iblis untuk membenarkan sifat dia yang lebih kejam dari keturunannya. Sang raja iblis yang ingin menguasai dunia. Tetapi, raja iblis yang terbiasa dengan perilaku baiknya. berubah jadi sosok monster yang menyeramkan.
"Siapa?"
"Saya, Man Wa, yang mulia."
Sorot mata yang semula menajam itu perlahan kobaran api di bola matanya meredup. Bola Mata itu mulai menghitam lagi. Amarahnya hilang jika mendengar nama pengawal setianya. Tidak hanya seorang pengawal biasa. Man Wa adalah sahabat baik Yinwa. Sudah lama mereka berteman. Bahkan sudah sejak dia masih sangat kecil. Di saat semua saudaranya mengalihkannya karena kekuatannya sangat mengerikan. Bahkan bisa membunuh siapa saja yang mendekatinya. Hanya satu laki-laki kecil waktu itu yang mencoba untuk tetap berteman dengannya. Dia adalah Man Wa. Sekarang adalah tangan kanan baginya. Orang kepercayaan. Dia tidak mau diangkat sebagai jenderal pertahanan kerajaan. Dan lebih setia ingin berada di samping sang raja.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Yinwa. Dia beranjak menutup kembali tubuhnya dengan jubah yang masih menggantung, belum terlepas semua dari tubuhnya.
"Maaf, saya harus mengganggu anda. Ada hal penting yang harus saya sampaikan."
"Apa itu?" Yinwa bangkit dari ranjang nya. Berjalan membukakan pintu. Tanpa penculikan selir Dia. Kali ini dia masih saja belum mau menatap kecantikan djaja Dia. Seolah dia tidak pernah tertarik dengannya. Tetapi berbeda dengannya Bai Yu yang semula merasuk tubuhnya. Dia sangat tertarik dengan Dia. Kecantikan yang tidak pernah dia tahu di jamannya.
"Pertanahan kita bisa ditembus oleh musuh. Sepertinya kita harus menyusun strategi baru." Man Wa terlihat sangat panik.
"Tenang lah! Sekarang cepat ikuti aku." Man Wa melihat sekilas ke arah dalam kamar Yinwa yang masih sebagai terbuka lebar. Sosial wanita masih berbaring di ranjangnya tanpa belaian benang yang menempel di tubuhnya. Dia merasa ada mata yang mengawasinya. Dia menarik gaun panjang miliknya. Menutupi sebagian tubuhnya, dan beranjak duduk. Mata satu itu tertuju pada Man Wa Dan Yinwa yang masih berbincang di luar.
"Yin Wa. Melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamarnya.
"Maaf! Tuan, apa anda meninggalkan Selir Xia."
"Biarkan saja dia disini. Saya akan menanganinya setali semua selesai."
Man Wa menatap sekilas Dia. Dia melihat kesedihan dibuka matanya. Merasa tak bisa berbuat apa-apa lagi. Man Wa, menutup kembali pintunya. Berjalan mengikuti Yinwa yang sudah melangkah menjauh.
****
Di Ruangan khusus jendral pertahanan. Mereka semua berkumpul. Para pangeran sudah memulai strategi mereka masing-masing. Sementara Yinwa berjalan masuk tanpa kalian lengan seorang raja. Dia melangkahkan kakinya ringan, melipat ke tantangannya di belakang punggungnya. Seseorang yang terkejut siapa yang datang melayangkan anak panah tepat ke arah Yinwa. Tanpa bisa melihat sempurna anak panah pengaruhnya di dalam ruangan yang sangat gelap.
Yinwa mengangkat anak panah yang hampir mengenai wajahnya. " Siapa yang mencoba untuk menbunuhku?" Yinwa berjalan masuk menembus gelapnya ruangan itu. Sampai menemukan ruangan pernah yang hanya diminati cahaya lilin.
"Maaf yang mulia saya tidak tahu jika itu anda."
"Apa kamu ingin mati?" tajam Yinwa.
"Tidak! Maaf, tuan.. Maafkan saya."
"Hukuman kamu yang hampir saja membuat aku celaka. Saya sendiri yang akan memberikan hukuman cambuk satu kali padamu."
Cambuk?
Semua mata tertuju pada Yinwa. Tak lupa beberapa pangeran menatap aneh padanya. Mereka menatap saudara mereka. Rasa khawatir mulai membayangi mereka. Bagaimana tidak, meski hanya satu kali cambukan hal itu bisa membuat tubuhnya terasa seperti seribu cambukan menempel di sekujur tubuhnya. Tubuhnya seperti terbakar mengeluarkan asap dari satu canbukan saja. Cambuk iblis yang tidak pernah sama sekali terpakai sebelumnya. Hampir satu bulan dia tidak pernah memakainya. Sosok laki-laki yang tangguh di depan kerajaan. sama sekali tidak tahu dunia luar yang beribu pendekar mencari dirinya. Dia hanya terkalahkan oleh sosok pendekar dari hutan terlarang. Dua pendekar itu membuatnya kewalahan dan harus terbangun dengan keadaan tubuh yang mulai berubah. Punya dua nyawa yang ingin menguasai jiwanya.
"Dia berubah lagi. Gimana bisa kemarin dia terlihat sangat baik. Sekarang, pangeran kelima tidak sengaja ingin membunuhnya bisa berakibat fatal untuknya.
"Kenapa kalian menatapku seperti itu. Cepat lakukan apa yang kalian lakukan. Susun strategi kalian. Tunjukan kemenangan kalian sendiri." suara begitu keras dan lantang. Semua terdiam, beberapa khan agung. Pangeran, ahli strategi, dan para jendral hanya terdiam tertunduk. Mereka tangis berbicara saat melihat seorang Yinwa menunjukan kemarahannya.
"Cepat pergi!" bentak Yinwa.
"Baik!"
Pangeran kelima terdiam. Dia mengepalkan tangannya. Perasaan dendam ingin sekali segera membunuh laki-laki di depannya. Tetapi semua tidak bisa di pelukannya sekarang. Kejahatan dirinya tidak sebanding dengan kekuatan yang dimiliki sang raja. Sebuah kekuatan iblis yang menyeramkan.
Entah dari mana dia bisa mendapatkan kekuatan itu. Tidak ada yang bisa menandinginya. Kecuali jika pangeran kelima mulai pergi meninggalkan kerajaan untuk memulai menggali ilmu kanuragan. Tetapi, hatinya masih belum bisa membiarkan sang ratu berada sendiri bersama dengan raja. Dia takut jika sang ratu dalam bahaya.
"Aku tahu jika kamu ingin sekali membunuhnya. Tapi, sepertinya kita semua harus bekerja sama. Bukan sekarang! Selesaikan semua misi kita. Setelah itu atur strategi untuk memulai pemberontakan sendiri. Kita bisa kudeta dia agar dia mundur dari tanyanya." bisikan kerja sama itu membuat semangat kembali menyebut hari pangeran kelima. Aura membunuh dalam tubuhnya mulai mereda.
Sementara Yinwa menunjukan tatapan mata yang lebih menyeramkan. Bola mata itu mulai memerah, dan selaput mata menghitam pekat.
"Iblis apa yang merasuki dirinya. Kekuatan yang begitu besar dalam tubuhnya." sang pangeran kelima hanya bisa bergumam dalam hatinya.
Sang Ratu yang baru saja datang berjalan dengan langkah ringan. Baju yang panjang menyapu lantai di belakangnya. Baju tanpa lengan berwarna emas kecoklatan dengan pernak-pernik yang menghiasi sekujur bajunya. Senyum tipis merekah di bibirnya.
"Kalian pergilah! Saya akan bicara dengan raja."
"Baik, ratu!" ucap semuanya. Kecuali Yinwa.
"Man wa. Pergi untuk memanggil jendral timur, dan barat. Serta sedikit pasukan untuk berjaga di depan."
"Baik, yang mulia."
"Yinwa… Saya ingin bicara dengan anda." ucap sang ratu. berjalan mendekati Yinwa.
"Pergilah! Ini bukan tempat anda. Anda bisa bicara dengan saya saat semuanya selesai."
"Tapi.." Kedua tangan sang ratu terangkat mencoba untuk menyentuh tangan Yinwa. Tetapi, Sang raja menjauh darinya.
"Pergilah! Ini bukan tempat kamu." ucapan begitu lembut saat bersama sang istri.
Kenapa dia berubah? Apa yang terjadi padanya? Dia tidak pernah seacuh ini padaku? Apa dia tahu hubunganku dengan pangeran kelima? Tapi, kenapa dia tidak marah…
"Ratu pergilah! Aku akan datang ke kamar kamu nanti. Aku harap kamu sekarang pergi. Banyak hal yang masih aku selesaikan." Yinwa berdiri membelakangi sang ratu.
"Baiklah! Terima kasih." sang ratu membalikkan nadanya dan segera pergi. Dia sedikit merendahkan tubuhnya. Dan, kepala tertunduk. Sebagai tanda hormat untuk Sang raja.