Aw-- Sakit... Kenapa kepalaku terasa snagat sakit. Dan, sekujur tubuhku... Aku merasa tubuhku mulai remuk...
Bai Yu, mencoba membuka kedua matanya. Dia memegang kepalanya yang masih terasa amat sangat sakit. Seakan baru saja di hantam batu besar yang amat berat. Kedua matanya membulat, melihat ruangan yang nampak sangat asing baginya.
"Dimana aku?" Bai Yu, memutar matanya. Kedua bola mata hitam itu berkeliling melihat sekitarnya. Rumah yang terbuat dari ukiran kayu klasik jaman kuno. Dan, berbagai patung yang berada tepat di depan pintu. Bantal keras terbuat dari balok kayu. Dan, beralasan ranjang kayu yang sangat keras menyakitkan punggungnya. Kelambu yang tidak tertutup sempurna.
Mata Bai Yu terus berkeliling. Hingga pandangan matanya tertuju pada mahkota diatas meja. Dia menggerkkan matanya lagi, menatap sebuah baju terbuat dari besi baja. Dan, pedang di atas. Serta sebuah cambuk dengan gagang terukir kepala naga berwarna hitam pekat. Dengan mata merah. Mata naga itu tiba-tiba menyala menatap ke arahnya.
"Kemana iblis itu membawaku?" gumam lirih Bai Yu.
Bai Yu tersentak melihat pemandangan aneh itu. "Apa itu?" ucap Bai Yu, jantungnya mulai berdetak sangat cepat. Tubuhnya mulai gemetar, dan seketika terasa kaku.
"Ini sangat gilà, benar-benar gilà.. Gimana bisa. Gagang naga itu menyalakan sinar merah dari matanya."
"Sepertinya dia nenyapaku?" ucap Bai Yu. Bai Yu masih menatap jelas cambuk itu. Jemari tangannya terasa ingin segera menentangnya.
Bai Yu terkagum kagum dengan apa yang di liatnya. Dia mencoba untuk duduk, menepuk ke dua pipinya bergantian.
"Apa asap pekat tadi membawaku kemari. Dan, ini dimana? Apakah aku berada di dimensi masa lalu? Atau terperangkap dalam dunia iblis?" Berbagai pertanyaan mulai bertubi-tubuh datang di kepalanya.
Bai Yu, Mencubit tangannya. Mencoba memastikan apa ini nyata atau tidak.
"Ternyata ini bukan mimpi?" Bai Yu tak henti sampai disitu. Dia menerima sekujur tubuhnya. Masih sama, tubuh masih terlihat utuh. Hanya saja, yang membuat dia terheran heran adalah. Gimana bisa dia tidak merasakan rasa sakit di kepala dan tubuh. Kepala yang ingin meledak saat merasakan sakit luar biasa. Dan, harus menghabiskan waktu di rumah sakit. Kini terlihat mulai normal kembali.
Bai Yu tersenyum tipis. Menghela napasnya lega. Bisa terbebas dari rasa sakit dunianya. "Ternyata benar, jika Iblis itu memenuhi janjinya. Sekarang, aku harus apa? Apa yang aku lakukan?"
"Aku dimana? Dan, aku siapa? Apa yang harus mulai aku lakukan disini. Tolong beri aku petunjuk. Saya tidak tahu.. Harus memulainya dari mana?"
"Dan, ini di mana? Aku tidak tahu tempat buruk ini. Lampu lampion yang terbuat dari kayu. Sama sekali tidak menunjukan cahaya terang. Hanya seperti sinar yang redup menghiasi kamar ini."
Pandangan bola mata itu mengkilat. Menatap sesuatu yang membuat dia penasaran. Seolah tubuhnya menerima sebuah gejolak panggilan dari sebuah cambuk naga itu.
"Apa dia memberi kode padaku?" tanya Bai Yu pada dirinya sendiri. Kesekian kalinya mata Nah Yu tertuju pada cambuk itu.
"Tapi... Apa itu?" tanya Bai yu lagi. "Apa itu senjata seseorang.. " Nah Yu terdiam sejenak. Dia merasakan ada hal yang yang sedang melilit perutnya. Sebuah gerakan kecil di kakinya membuat bulu kuduknya mulai berdiri.
Bai Yu terdiam, saat miliknya tiba-tiba bergejolak. "Sialan! Apa yang terjadi padaku?" tanya Bai Yu.
"Apa ini?" tanya Bai Yu lagi. Menundukkan kepalanya. Dia melihat sosok wanita cantik yang berbaring di sampingnya. Tubuh mulus, tanpa belaian benang yang menutupinya. Tangan, berada tepat di atas perutnya. Memeluknya sangar erat. Dan, kaki kanan di atas kakinya. Seakan dia sebagai menjadikan dirinya sebagai guling hidupnya. Rasa nyaman dan hangat terasa mulai menjalar di tubuhnya.
Apa ini namanya surga dunia? Aku belum pernah tahu? Selama beberapa tahun sakit. Aku tidak pernah sama sekali dekat dengan wanita.
Pelukan itu semakin erat. Membuat tubuh bai Yu tak bisa menahannya. Keringat mulai bercucuran keluar dari kening hingga sekujur tubuhnya.
"Sialan! Aku berada di tempat yang salah?" ceria Bai Yu. "Siapa dia? Dan... Apa yang sudah aku lakukan dengannya tadi? Apa... Apa aku bermalam dengannya?"
Berbagai pertanyaan terlintas di pikiran Bai Yu. Baru pertama kali dalam hidupnya melihat sosok wanita yang terlihat sangat cantik. Dia begitu menganggumkan, bibir mungil. Kulit kenyal, seperti kulit bayi yang baru saja lahir. Dan, terlihat sangat bersih, sebesih salju yang baru saja turun.
"Ternyata wanita jaman kuno sangat cantik? Aku kira semua jelek!" candanya, sembari menahan tawanya. Bai Yu, meski sangat ragu, dia mencoba memegang helaian rambut yang terasa sangat halus. Seperti benang sutra.
"Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Ini kesempatan atau musibah bagiku. Tapi.. Aku dapat rejeki bagus, kenapa tidak aku manfaatkan saja..." Bai Yu.. Terdiam sejenak. Dia memikirkan cara. Gimana caranya bisa keluar dari perangkap. Tapi, tubuhnya tidak bisa membohongi keadaan. Jika Bai Yu menginginkan lebih.
"Bai.. Yu.. Ingatlah! Dia bukan istrimu. Lagian, dia pasti....... " kesekian kalinya Bai Yu terdiam. Dia teringat lagi saat gimana iblis itu pernah bilang. Jika dia akan hidup di tubuh manusia.
Apa ini... Tubuh..?
"Jadi aku... Apa henar aku, Sekarang tinggal di tubuh orang yang berbeda.. Dan, wanita cantik ini adalah istrinya..." berbagai pertanyaan bertubi-tubuh muncul di otaknya. Antara percaya dan tidak percaya. Bagi, Bai Yu yang hidup di alam modern. Harus berubah, dan kini hidup sederhana di rumah yang terbuat dari kayu berwarna coklat gelap sedikit kehitaman. Dan, kelambu yang menutupi sekitar tempat tidurnya.
Bai Yu, menyentuh dadànya. Dia baru sadar jika dirinya tidak memakai sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. "Gila!!" teriak Bai Yu. Seketika lompat dari tidurnya. Permaisuri yang berbaring di sampingnya terkejut. Dia sontak membuka matanya lebar. Spontan tangannya meraih bajunya, menutupi tubuhnya seadanya.
"Maaf, yang mulia." ucap permai diri itu, menundukkan kepalanya.
"Kamu siapa?" tanya Bai Yu.
"Aku... Istri pertama yang mulia. Dan, permaisuri di kerajaan ini."
"Apa? Permaisuri? Jadi..." Bai yu terdiam lagi. Mencoba berpikir keras. Jadi, aku tidur dengannya? Dan... apa jangan, jangan aku...
Hai Yu beranjak dari ranjang kayu itu. Dia mencoba mencari cermin. Hingga dia melihat sebuah cermin di atas meja. Dengan gagang kayu. Betapa terkejutnya saat dia menatap wjaganya sendiri. Wajah yang begitu tampan.
"Siapa aku?" tanya Bai Yu pada dirinya sendiri.
"Yang Mulia.. Anda tidak apa-apa? Apa ada yang salah?" tanya sang permaisuri bingung.
Bai Yu menggerakkan kepalanya. Menatap sosok wanita cantik yang duduk di ranjang kayu itu.
"Nama kamu siapa?" tanya Bai Yu.
"Apa yang mulai lupa dengan saya? Saya, istri pertama anda. Saya permaisuri disini."
"Istri? Ini siapa?" Bai Yu menunjuk dirinya sendiri.
"Nama kamu siapa?" tanya Bai Yu lagi.
"Nama?" sang permaisuri itu terlihat linglung. Dia bingung dengan tingkah laku sang raja. Kedua matanya mengamati setiap lekuk wajah Bai Yu. Merasa aneh dengan logat bicara dan cara dia bertutur kata yang sedikit kasar baginya. Sang raja terlihat berbeda dari biasanya. Dia yang selalu berwibawa dan tegas. Berubah jadi bertingkah semakin aneh.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Bai Yu. Menatap aneh ke arah sang permaisuri.
Sang permaisuri semakin aneh melihat Bai Yu.. Dia mencoba memakai pakaiannya. Tanpa memakai sempurna bajunya. Terlihat sebagaian tubuhnya. Dan, hanya bertutupkan seadanya. Sang permisuri beranjak dari ranjang kayu itu. Berjalan dengan langkah ringan mendekati sang raja. Mengusap punggung belakangnya. Perlahan, mulai merambah ke pundak tangan lentik seperti gerakan seorang penari yang begitu lembut. Itu mulai berjalan dari pundak sampai ke lengan tangannya. Sebuah pelukan hangat mendekap tubuh sang raja.
"Yang, mulia. Apa anda hanya beralasan. Hanya karena anda masih belum puas dengan permainan saya?" tanya sang permaisuri.
"Apa yang kamu katakan?" Bai Yu mencoba untuk menghindar.
"Maaf! Jika memang saya jurang memuaskan anda. Jika anda menginginkan lebih. Anda bisa bilang. Tapi, jika malam ini anda ingin dengan selir. Anda bisa tidur dengan selir, saya akan panggilan salah satu selir baru anda." sang permaisuri, berdiri di depan Bai Yu. Memegang ke dua pipinya. Senyum menahan terukir di bibirnya. Bai Yu hanya bisa menelan lidahnya. Melihat pemandangan begitu mengagumkan di depannya. Wajah yang sangat cantik. Senyumnya terlihat sangat manis.
"Apa aku harus melakukan tugas dengan baik?" tanya Bai Yu pada dirinya sendiri.
"Sepertinya... Ini adalah tugas. Jadi, tidak salah jika aku menyukainya. Tubuhku seakan tidak bisa menolaknya saat merasakan sebuah sentuhan lembut tangan lembutnya.
"Wanita yang sangat cantik!" ucap Bai Yu lirih.
"Apa kamu sangat cantik?" tanya Sang permaisuri.
"Iya.. Kamu sangat cantik!" jawab Bai Yu, memegang pinggang sang permaisuri.
"Kalau begitu, sekarang anda ingin aku yang memuaskan anda lagi. Atau, anda ingin sang selir untuk menemani anda?" tanya sang permaisuri.
Apa yang harus aku katakan? Selir? Apa aku punya banyak istri di dunia ini. Eh.. Bukan Aku, tapi tubuh yang aku tempati ini.. Sepertinya seperti itu... Sekarang, apa yang aku lakukan.. Tidak mungkin aku bermalam dengan banyak wanita..
"Lain kali saja. Sekarang, temani aku tidur lagi." ucap Bai Yu, mengangkat tubuh sang permaisuri. Mengeringkannya di atas ranjang.
"Sekarang, kamu temani aku!" Bai Yu, menyentuh setiap lekuk wajah permaisuri.
"Baiklah!" Sang permaisuri membalikkan badan Bai Yu. Duduk di atas tubuhnya, membelai setiap lekuk dadanya.
"Anda menolaknya, biasanya anda tidak pernah menolak ajakan saya."
"Bukan maksudku menolaknya. Tapi, ini sudah menjelang pagi. Dan, besok. Saya juga perlu melihat sekeliling kerajaan ini.."
"Bukanya sudah ada Dewan agung yang anda percayai saat ini untuk menjalankan semuanya."
"Sepertinya salah! Saya harus melihatnya sendiri. Ada banyak hal yang harus aku lihat."
"Baiklah, tapi.... Anda tidak mau bersama saya, yang mulia." sang permaisuri, menundukkan badannya. Menatap wajah tampan sang raja. Dia menyentuh setiap lekuk wajahnya. Begitu Getaran aneh terasa mulai merasuki sekujur tubuhnya.
Wanita ini benar-benar di luar dugaan. Dia begitu antusias.. Tapi.. jika aku melakukannya dengannya? Apa aku salah? Tapi, ini berkah juga... Tidak! Tidak! Aku tidak boleh melakukannya. Kamu harus kuat dari godaan Bai Yu... Kamu harus kuat.
Bai Yu mencoba mengokohkan pendiriannya untuk tidak menyentuh tubuh molek permaisuri. Perlahan sang permaisuri melepaskan belaian tipis benang yang menutupi tubuhnya. Tanpa tersisa, dia menyentuh wajah raja lagi. Memberikan sebuah kecupan lembut di bibirnya.
Pendirian yang dia pegang sedari tadi. Mulai goyah. Bai Yu, mulai tergoda dengan jerat sentuhan dan setiap kecupan yang menbuat tubuh Bai Yu perlahan mulai panas. Dia tak bisa lagi menahannya. Bai Yu menyentuh tubuhnya, membalas penuh gairah bibir sang permaisuri. Membalikkan badanya.
Tidak! Ini salah.. Ini tidak boleh terjadi. Ini tidak boleh terjadi.
"Apa yang terjadi dengan anda?" tanya Sang permaisuri.
Bai Yu, hanya diam saja. Dia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan
Bai Yu seketika tersadar dari apa yang dia lakukan. Dia meraih bajunya. Memakainya dengan cepat, dan segera keluar dengan langkah cepat tampa penduikan sang permaisuri yang masih berbaring di ranjang.
"Apa yang terjadi dengan raja? Kenapa dia seakan tidak mau menyentuhnya? tanya sang permaisuri. Dia terlihat bingung. Sang raja yang di katakan telah meninggal. Sekarang, dia berada tepat di depannya. Wajahnya begitu pucat.
"Apa jangan-jangan dia hantu? Hantu sang raja? Tapi... tidak mungkin.. Dia bisa berjalan dengan normal. Apa, yang terjadi dengan sang raja. Sepertinya dia hilang ingatan. Dan, seolah tidak terjadi sesuatu padanya."
"Aku harus pastikan sendiri. Jika sang raja benar-benar masih hidup. Aku harus ke jalan agung. Mungkin mereka tahu apa yang terjadi." sang permaisuri diri di buat bingung oleh sang raja. Dengan skipanyanyang aneh membuatnya curiga. Dan, sang permaisuri segera memakainya semua bajunya dengan cepat. Di bantu beberapa pelayan yang berlari masuk ke kamarnya.
"Nina, apa anda baik-baik saja?" ucap salah satu pelayan wanita.
"Iya.. Saya baik-baik saja. Di mana tuan? Apa dia keluar dari udara segar."
"Saya melihat yang mulia berlari terburu-buru. Menuju ke taman belakang kerajaan."
"Apa kita perlu panggilan yang mulia untuk nona?"
"Tidak usah! Biarkan saja dia. Mungkin memang dia butuh waktu untuk menyendiri. Lagian, dia juga baru saja pulang."
"Tapi.. Nona, apa anda tidak merasa aneh. Padahal tadi baru saja ada kabar jika raja meninggal. Tapi .. Sekarang, raja ada disini bersama nona." kata salah satu layanan itu.
"Sssttt... Jangan bicara terlalu keras. Saya juga merasa aneh. Tapi, saya perlu menyelidikinya."
"Tapi.. "
"Diamlah! Jangan sampai permaisuri besar tahu ini semua. Dan, sampai tersebar ke pangeran, ke dua, ketiga, dan keempat."
"Baik, nona!"
Aku yakin, dia pergi untuk mencari udara segar. Beberapa hari ini banyak sekali masalah yang terjadi di kerajaan ini. Khan agung, aku curiga pada mereka.
"Nona, apa anda memikirkan sesuatu?" tanya salah satu pelayan.
"Tidak! Ayo, kita pergi."
"Baik,"
Sang permaisuri berjalan dengan langkah snagat ringan. Dia mulai menampakkan kakinya. Kedua matanya tertuju pada sang Raja yang duduk di sebuah taman depan kamarnya.
"Apa yang dia lakukan disana?" tanya sang permaisuri.
"Apa perlu saya panggilkan, nona?" tanya Sang pelayan, melangkah dua langkah kedepan.
"Tidak perlu! Biarkan saja dia. Kita ke kamar saja."
"Iya.. Nona.."