"Pagi!" Respati membangunkannya. Kali ini Kinan mengingat apa yang terjadi semalam.
Ah, aku lega. Tidak ada yang aku lupakan dari sejak hari itu. Semoga tidak ada lagi yang hilang dari memoriku.
"Enak tidurmu?" Respati tersenyum.
"ENAK SE-KA-LI. Aku tidur nyenyak sekali," Kinan tersenyum lebar. Ia tidak menceritakan soal mimpi yang ia alami karena rasanya itu hanya mimpi saja.
"Aku mandi dulu, pagi ini ada rapat penting," Respati dengan cueknya berdiri. Tidak ada satupun penutup yang menjadi penghalang antara mata Kinan dengan tubuh tinggi besar Respati
Kinan hanya menggigit telunjuknya melihat itu semua. Hingga akhirnya Respati masuk ke kamar mandi dan menghilang dari pandangannya.
Ia berguling guling di tempat tidur. Harum tubuh Respati begitu kuat ia rasakan. Enak sekali harumnya...
Kinan melamun. Aku harus menyelesaikan dua hal penting. Pertama, mencari tahu kemampuanku. Kedua, mengembalikan ingatanku.
Ia lalu tersenyum. Ah, senangnya ternyata ini semua bukan mimpi...
"Jangan senyum senyum sendiri," Respati tiba tiba keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan sehelai handuk. Ia kemudian menarik selimut yang menutupi tubuh Kinan.
"Ah!" Kinan dengan cepat menutupi dadanya.
Respati hanya tertawa, "Aku tahu setiap detail tubuhmu. Kamu mungkin tidak ingat kalau aku sudah menelusuri tubuhmu dari ujung rambut hingga ujung kaki."
"Bahkan, aku bisa mengenali itu kamu, meski mungkin hanya melihat sepotong bagian kulit tubuhmu," Respati tergelak melihat Kinan yang meringkuk berusaha menutupi area atas dan bawahnya yang paling sensitif.
"Idihhh.. Apa kamu yakin?" Kinan akhirnya bangkit dan berdiri di tempat tidur. Ia melompat ke arah Respati yang dengan sigap menangkapnya.
"Aku sangat tergoda melihatmu seperti ini, tapi rapat ini begitu penting. Nanti malam siap siap ok?" Respati memangku tubuhnya dan membawa Kinan ke ruang gantinya.
"Pilihkan baju untukku," Respati lalu menurunkan Kinan dan membuatnya berdiri di lantai.
"Ini!" Kinan menarik kemeja warna putih.
"Ini bukan kemeja formalku untuk bekerja," Respati menolak pilihanya.
"Maksudku ini untukku," Kinan langsung mengenakan kemeja itu.
Respati hanya tertawa, "Lalu aku?"
Kinan membuka lemari dan memilih sebuah kemeja berwarna biru dengan setelan jas biru tua dan vest berwarna abu abu, "Kalau ini, untukmu."
Respati dengan cueknya menarik handuk yang melingkar di pinggangnya. Kinan menggigit bibirnya. Pemandangan di depan matanya sangat sangat menggoda dan menggairahkan.
Tubuh Respati tampak tinggi besar seperti patung Yunani yang terpahat sempurna. Kencang dan memiliki lekuk yang ideal. Dan, bagian bawahnya berdiri. Hmm.. Apakah setiap lelaki sepanjang itu?
"Apa yang kamu lihat?" Respati menutup mata Kinan dengan kedua tangannya sambil menahan senyum.
"Tu-tubuhmu," Kinan mengakui apa adanya.
"Ada apa dengan tubuhku?" Respati mengenakan celana dalam, hingga batang panjang itu tidak lagi bisa ia lihat.
Kinan menelan air liurnya. Oh.. Aku kecewa..
"Jawab! Jangan banyak melamun," Respati kembali menyadarkannya.
Tubuh suaminya perlahan tertutup satu demi satu. Kinan merasa kecewa tapi bagaimana lagi, Respati harus ke kantor.
"Aku melamun karena memperhatikan tubuhmu yang menggodaku," Kinan akhirnya bicara apa adanya.
"Kinanti Apsarini! Apa kabarnya denganku yang melihatmu seperti itu? Bahkan kemeja putihku itu ternyata transparan dan membuatku tetap bisa melihat setiap bagian tubuhmu," Respati dengan iseng merangkul tubuh istrinya dan menaikkan bagian bawahnya sambil mengelus b****g Kinan.
"Ah," Kinan mendesah pelan.
Respati membuat Kinan duduk di sofa yang ada di ruang ganti tersebut, "Buka kakimu."
"U-untuk apa?" Kinan kebingungan.
"Buka saja," Respati lalu berlutut.
Kinan pun membuka kedua kakinya. Respati yang berlutut langsung membasahi area sensitifnya yang ada di antara s**********n itu.
"Oh.. Ohh.. Oohhh.." Kinan menahan teriakannya dengan menutup mulutnya sendiri. Tapi kemudian ia memejamkan mata dan menggeliat berulang kali merasakan kenikmatan dunia yang tidak ada duanya.
Kinan lalu mendesah saat ia merasakan puncaknya, "Ohh.."
"A-aku baru merasakannya. A-apa yang kamu lakukan?" Kinan menggelepar. Tubuhnya bergetar.
"Kamu sering memintaku melakukannya selama enam bulan ini," Respati tertawa.
"Mengesalkan sekali kamu melupakan semua usahaku untuk memuaskanmu," Respati mencium punggung tangan Kinan.
"Ma-maafkan aku," Kinan berbisik di telinga Respati dan mengecup pipinya.
"Jangan mendesah seperti itu, aku tinggal sedikit lagi menuju kembali telanjang," Respati tersenyum.
Kinan tergelak tapi kemudian membelalak kaget, "Oh tidak! Aku bahkan belum menyiapkan sarapan untukmu!"
Ia bergerak cepat menuju dapur dan membuat roti bakar dengan telur setengah matang. Kinan lalu membuat secangkir kopi hitam pahit.
Entah kenapa, tubuhnya seperti reflek mengerjakan ini semua. Bahkan tahu letak kopi, roti dan telur.
Respati pun duduk di meja makan, "Sarapan cepat ala Kinanti."
Kinan tersenyum, "Aku sering menyiapkan sarapan seperti ini? Kamu bosan?"
"Aku suka. Tidak masalah. Bukan persoalan apa, tapi bersama siapa. Itu yang penting," Respati menarik tangan istrinya agar duduk di pangkuannya, "Segera kembali mengingat ok? Jangan biarkan siapapun merusak kenangan indah kita."
"Di ruang baca, ada section khusus buku buku lama yang isinya tentang Gem, Wala, sejarah dan masih banyak lagi. Kamu bisa mulai dari situ," Respati mengelus pipinya.
"Iya," Kinan mengangguk.
"Hari ini, sebisa mungkin, jangan pergi kemanapun. Apa kamu mendengar ucapanku? Mau menurut?" Ungkap Respati.
"Mau. Aku menurut," Kinan kembali mengangguk.
"Ok. Aku akan bicara lagi dengan Rhod dan mencoba mencari tahu perkembangannya. "Sampai situasi jelas, sementara waktu, kamu tidak kemana mana dulu. Maafkan permintaanku ini ok?" Respati membelai rambut istrinya.
"Tidak masalah. Aku akan memanfaatkan ini unuk membaca segala hal tentang kemampuan khusus ini. Aku berniat untuk mencari tahu kemampuanku dan juga mengembalikan ingatanku," Kinan menggenggam tangan suaminya.
"Terima kasih sayang. Ini sedikit membuatku tenang," Respati lalu menggeser Kinan agar berdiri, "Aku pergi sekarang."
Kinan mengikuti gerakan suaminya hingga ke pintu.
"Bye sayang," Respati mengecup keningnya.
"Bye," Kinan mengecup pipi suaminya. "Selamat bekerja."
"Iya. Oh iya, persiapkan dirimu untuk nanti malam," Respati tergelak.
Kinan langsung merah padam. Ia mendorong pelan suaminya agar keluar dari pintu, "Sana pergi!"
Respati hanya tertawa dan melangkah pergi.
Setelah suaminya pergi, Kinan membereskan dapur dan bekas makan. Lalu beranjak ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Ia bercermin sambil memperhatikan dirinya sendiri.
Ohh!!! Memiliki suami ternyata membahagiakan.
Dan, apa tadi? Kinan menyentuh area sensitif miliknya
Aku menyukai apa yang Respati lakukan? Ah, ya, itu tidak salah..
Ia terkekeh sendirian.
Ternyata ini rasanya menjadi istri...
Kinan lalu beranjak ke ruang baca. Ia mencari section khusus yang Respati maksud.
Ah ini dia!
Kinan mengambil sebuah buku besar yang cukup tebal. Baik cover dan lembaran kertasnya sudah menguning. Tapi masih terjaga baik.
"Aku harus membacanya di lantai agar tidak terlipat lipat," Kinan bicara pada dirinya sendiri.
Ia menyimpannya di lantai, lalu mulai membuka buku tebal itu. Judul besarnya menuliskan : JATI DIRI DAN INTI JIWA
Kinan dengan serius mulai membacanya dari halaman pertama. Entah berapa ratus lembar hingga buku itu mencapai halaman terakhirnya, tapi semuanya harus ia baca. Semangat Kinanti!
***
Janggala bercermin dan memperhatikan pakaiannya. Semua sudah rapi. Tinggal berangkat. Ia memejamkan mata. Tidak ada apapun yang ia dengar.
Ia yang seorang Black Opal memiliki kekuatan membaca pikiran orang yang ada di hadapannya.
Respati dengan kemampuan empath yang hanya bisa membaca hati dan emosi seseorang, tidak mungkin mengalahkan kemampuan telepati miliknya.
Janggala menyeringai licik.
Aku akan menemui Respati hari ini!
Apa Kinan sudah kehilangan memorinya? Aku ingin tahu itu!
Kalau senjata rahasiaku ini berhasil, hanya tinggal menunggu purnama tiba. Berikutnya aku akan menjalankan langkah kedua. Langkah untuk membuat Kinanti melupakanmu sepenuhnya, Respati!
Ia pun bergegas masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya sedari tadi.
***
Respati mendengarkan para peserta rapat berdiskusi dan memaparkan pemikirannya. Ia menyimak semuanya.
Meski pikirannya sedikit melayang karena banyak tanya yang mengganggu benaknya atas kejadian yang menimpa istirnya. Ia mencoba mengingat. Apakah ada Wala yang memiliki kemampuan untuk menghilangkan memori? Adakah Wala yang diam diam bisa dan berani melakukannya?
Menggunakan kemampuannya dengan niat jahat adalah salah. Saat melakukan hal salah, artinya telah merusak keseimbangan.
Sesungguhnya dalam dunia mereka, sesuatu yang merusak keseimbangan adalah terlarang. Akibat terburuk, Gem bisa menjadi abu. Saat itu terjadi, kemampuan khusus akan tertahan di tubuh dan tak bisa digunakan.
Siapapun yang melakukannya memiliki keberanian yang cukup besar. Karena sudah menyalahgunakan kemampuan khusus yang mereka miliki bahkan dengan konsekuensi yang begitu jelas. Kenapa melakukan hal seberani ini? Apa alasannya?
Tiba tiba ada pesan masuk dari Rhod. Diam diam Respati membacanya.
Rhod : Kita harus bicara empat mata. Aku tunggu.
Respati : Ok.
Petunjuk apa yang Rhod miliki?
Ia kembali menyimak rapat dengan tidak enak hati. Bagaimana mengembalikan ingatan istrinya? Dan yang utama, bagaimana melindungi istrinya dari gangguan ini?
Jangan sampai kejadian ini terulang. Aku harus mencari cara untuk mencegahnya.
Sampai akhirnya rapat pun berakhir, ia berjalan menuju ruangannya. Tikta mengikuti di belakangnya.
"Kita ketemu Rhod setelah ini," Respati bicara pada Tikta.
"Baik pak," Tikta mengangguk.
Tiba tiba, seorang staf sekretaris terlihat bergerak cepat menghampirinya. Wajahnya terlihat panik.
"Ada apa?" Tikta bertanya.
"A-ada yang mencari bapak. Dia memaksa ingin ketemu dan menunggu di ruang rapat khusus. Ka-kami panik. Karena, karena.. Karena..." staf itu bingung.
"Karena apa?" Tikta kembali bertanya. Ia langsung merasa ada yang salah.
"Yang menunggu bapak adalah CEO Uraga Corporation. Ba-bapak Janggala Gadhing Uraga," Staf itu terlihat takut takut.
Respati terdiam. Satu kemampuan Janggala yang harus waspadai adalah telepati. Ia harus menyingkirkan segala pemikiran soal Kinan dari benaknya.
Ia pun mengalihkan diri dengan mengingat banyak hal random dan melangkah masuk ke ruang rapat.
Sosok Janggala terlihat berdiri membelakangi pintu ruangan sambil menatap jalanan dari jendela. Saat pintu terbuka, Janggala berbalik dan menatap Respati. Begitupun sebaliknya.
Ia langsung merasakan niat jahat yang ada di diri Janggala.
Tutup pikiranmu! Sekarang!
Respati pun melangkah mendekat ke arah Janggala.