Setelah Liana tidur, Bima keluar kamar dengan pelan-pelan. Baru saja ia menutup pintu kamar Liana. Bima sudah dikagetkan dengan Akbir yang tengah melipat tangannya di d**a. Menatapnya tajam.
"Berduaan dengan anak gadis orang di dalam kamar!" ujar Akbir dengan tatapan menyelidik.
"Liana sakit gigi, Om. Tadi cuma nemenin sampai tidur. Gak ngapa-ngapain," jelas Bima yang tidak mau orang tua Liana salah paham.
"Sebenarnya kamu punya hubungan apa sama Liana? Sahabatan, kan?"
Bima bungkam. Benar kan ia hanya sahabatnya? Tidak mempunyai hubungan lebih dari itu.
"Bersahabat sewajarnya. Jangan membatasi pergaulan Liana!" ucap Akbir menepuk bahu Bima. Bima mengangguk kemudian pamit undur diri. Bima sadar sudah sangat mengekang semua pergaulan Liana. Dan Bima juga sadar, dia sudah berkali-kali mengultimatum Liana untuk selalu menuruti segala aturannya. Apa Liana terkekang? Terbesit pertanyaan itu di benak Bima.
Pukul sepuluh malam, Bima keluar dari rumahnya. Tujuannya saat ini hanya satu, yaitu hiburan malam. Bima selalu kesana saat pikirannya sedang suntuk. Dan memikirkan satu kalimat dari Akbir tadi sore sudah mampu membuat mood nya anjlok. Pamit pada orang tuanya ngerjain tugas, tapi perginya ke club. Sudah jadi tabiat Bima sejak beberapa tahun lalu.
Bima meneguk satu gelas wine yang disodorkan bartender di tempat hiburan malam yang sering ia kunjungi. Satu gelas tak akan membuat Bima teler. Pikiran Bima berpusat pada gadis mungilnya, Liana. Sungguh Bima tidak peduli dengan setatusnya yang hanya sahabat. Ia juga tidak peduli Liana terkekang dengan sikap oteriternya. Yang ia pedulikan, Liana tidak boleh dimiliki siapapun kecuali dirinya. Liana hanya untuk Bima.
"Lo mau cari mati?" bisik Kevin yang entah kapan datangnya. Bima hanya melirik, tidak peduli.
"Sini botolnya! Udahan minumnya!" ujar Kevin menarik botol Bima, tapi Bima menahannya.
"Lo mau gue aduin ke Daddy? Bisa ditendang lo dari rumah." Bima tersenyum mengejek ke arah Kevin. Bukannya Bima tidak tau kalau saudaranya itu juga menyukai Liana diam-diam. Bima diam selagi Kevin tidak nekat. Kalau Kevin berani selangkah lebih maju, jangan salahkan Bima kalau ia tak akan peduli mana saudara mana yang bukan.
"Lo aduin gue? Apa kabar lo sendiri yang datang ke tempat ini?" tanya Bima mengejek. Kevin cengengesan mendengar pertanyaan Bima. Benar juga, kalau dia mengadu dia sendiri yang kena.
Kevin sering mendatangi club malam bukan karena dia ingin mabuk atau lagi menenangkan diri. Seperti biasa Kevin datang hanya untuk mengajak kenalan para cewek-cewek cantik. Sekadar bersenang-senang pun tidak masalah asal tidak memperawani anak orang.
"Lo gak minum?" tanya Bima yang melihat Kevin lebih asyik dengan rokok elektriknya. Kevin menggeleng. Kevin beda dengan Bima. Kalau Bima meneguk tiga gelas tidak akan mabuk, Kevin minum setengah gelas saja sudah kayak orang sinting.
"Liana suka sama orang lain," ucap Bima tiba-tiba.
"Kok lo tau?"
"Buka hp dia," jawab Bima acuh. Kevin manggut-manggut. Kenapa banyak sekali yang menyukai Liana. Selain dia harus bersaing dengan saudaranya, dia juga harus bersaing dengan orang lain. Double s**t.
Dengan perasaan yang setengah kesal, Kevin membuka HP nya. Dia mengirim pesan pada Liana, gadis yang diam-diam dia sukai.
Kevin :
Heh Liantooo!
Liana :
Ape?
Kevin tersenyum kecil. Kalau dia mengirim pesan pada Liana dan dibalas cuek, itu tandanya Liana sudah mengantuk. Kevin pergi dari hadapan Bima. Kalau Bima tau ia chatingan dengan Liana malam-malam, sudah dipastikan Bima akan mengamuk. Bima sudah menetapkan jadwal untuk Liana tidur. Yaitu pukul sembilan.
Kevin:
Gue kenal siapa yang lo taksir..
Mau gue bantu deket sama dia?
Liana:
Heh maksud lo apa kunyuk? Gue gak naksir siapa siapa.
Kevin:
Jangan ngeles lo! Ketauan Bima bisa di libas habis tuh si cowok. Wkwkwk ketawa setan
Liana:
Lo aja yang setan (emotikon jari tengah)
Di dalam kamarnya, Liana tengah terpancing dengan ucapan Kevin. Apa benar Kevin tau kalau dia naksir seseorang? Kalau beneran tau, ia takut Kevin akan lapor pada Bima. Dan berujung dengan Bima yang akan mengancam Ahzar. Liana ingat kenapa ia tak pernah punya teman dekat laki-laki selain Kevin dan Bima. Itu karena Bima selalu mengancam orang yang menaksir Liana. Akhirnya orang itu menjauh sebelum berjuang. Kalau begini terus, Kapan Liana punya pacar? Jomblo mulu, sendirian mulu, gak ada yang ngasih perhatian, gak ada yang ngingetin makan. Sungguh malang menjadi Liana.
Kevin:
Ih emotnya apa tu fakyu.. Gue SS kirim ke Bima wkwkek
Liana:
Kevin dodol ngamcem aja kerjaannya.
Kevin:
Semua gak ada yang gratis. Besok ikut gue mendaki gunung. Gue simpen rahasia lo. Jam lima pagi gue jemput. Gue sayang lo.
"Maafkan gue sekali ini, Bim," batin Kevin melirik Bima yang tak jauh dari pandangannya. Kalau Bima bisa seegois itu untuk memiliki Liana, Kevin akan dengan cara lain menarik perhatian Liana. Biarlah suatu saat Liana memilih salah satu diantara mereka.
"Dasar si kunyuk. Mau ngajak mendaki aja pake acara ngancem. Padahal gue seneng banget diajak mendaki," gerutu Liana. Selain hobby makan mie, Liana hobby mendaki. Terakhir kali ia mendaki di gunung Merbabu dengan para komunitas pendaki nusantara. Tidak mudah mendapat ijin dari orang tua Liana. Mengingat Akbir sangat possesive terhadap putrinya. Juga setiap kali Bima tau ia akan mendaki, Bima akan bersikeras menolak mentah-mentah ijin Liana. Dengan egoisnya, Bima selalu menyeret Liana ke manapun agar Liana terlambat berkumpul dengan pendaki lain.
Namun, dalam hal ini Lion mendukung Liana. Lion lah yang membantu membuat alasan pada Akbir. Lion selalu beralasan mengajak Liana jalan-jalan. Dan saat di perjalanan Kevin lah yang menyusul dengan membawa peralatan mendaki. Tim yang kompak demi membuat Liana senang.
Buru-buru Liana menuju kamar Lion. Ia harus meminta bantuan pada kakaknya itu. Mendengar permohonan adiknya membuat Lion tersenyum. Asal tidak bersama Bima, Lion akan membantu Liana. Lion lebih suka dengan Kevin yang tidak pernah mengekang adiknya.
"Ya kak, ya! Bantuin Liana ijin sama papa buat mendaki gunung," rengek Liana dengan suara manja.
"Besok berangkat jam berapa emang?" tanya Lion.
"Kata Kevin jam 5 pagi."
"Kamu tidur gih, biar kakak yang siapkan semuanya," ujar Lion. Lantas Liana langsung balik ke kamarnya. Liana sangat senang malam ini. Semoga kesenangannya tidak cepat pergi.
Bunyi notifikasi hp membuat Liana segera mengambil benda pipih yang tergeletak di kasur.
Bima:
Besok minggu, lari pagi sama aku. Aku kesana jam enam pagi.
Liana mengumpat, Bima benar-benar perusak suasana. Liana jadi bingung mau balas apa. Mau balas 'maaf gak bisa. Hanya akan membuat Si Bima curiga.
Atau mau membalas 'aku mau mendaki gunung. Ayok ikut!. Itu juga tidak mungkin. Bima membencinya yang suka naik gunung. Alasannya takut Liana terpeleset dan jatuh ke jurang. Ini bahkan bukan sinetron yang jatuh ke jurang tapi tidak ada yang bisa nolong. Dengan menimang-nimang mana yang baik untuk dirinya, akhirnya Liana putuskan untuk tidak membalas pesan dari Bima. Semoga saja harinya besok lancar tanpa kendala. Mulus kayak jalan tol dan membahagiakan kayak menang dorprize.