Sudah tiga hari Liana masih belum sadar, Bima membantu para perawat untuk mengganti perban di punggung Liana. Bima terus menatap tajam perawat laki-laki yang tengah bertugas. Sampai Laki-laki itu merasa kikuk dan gemetar sendiri. Ingin marah, tapi sama keluarga pasien. Enggak marah dikira dia modus. Serba salah menghadapi Bima. "Matanya gak usah melotot gitu!" bisik Veve mencubit lengan Bima. Bima menetralkan ekspresinya. Baru aja Liana disentuh kayak gini, dia udah kepanasan. Apalagi Liana yang dia usir dengan bentak-bentak, pasti juga Liana sangat sakit hati. Setelah selesai, perawat itu pergi. Bima bernapas lega. "Ma, aku harus kembali ke Desa. Aku nitip Liana, ya!" ucap Bima. "Iya, Liana juga akan dipindah di RS yang satu kota dengan rumah. Mungkin besok." Bima mendekati Liana. M