22 ~ BERTEMU LAGI

1172 Kata
Aga baru saja menghentikan mobil itu di sebuah minimarket guna membeli sesuatu. Terik matahari kota Jakarta siang itu membuatnya sedikit haus setelah turun lapang untuk mengecek proyek yang tengah berjalan. Aga sudah mulai beraktivitas lagi setelah kepulangannya dari Paris beberapa hari lalu. Tidak menyia-nyiakan waktu untuk sekadar lebih lama bermalas-malasan, pria itu justru langsung bekerja untuk memastikan semua berjalan dengan baik sesuai target. Sama halnya yang dilakukan Jessica, wanita itu juga langsung kembali fokus ke pekerjaannya. Sudah cukup puas menghabiskan waktu bersama Aga, membuat suasana hati wanita itu selalu membaik. Terbukti, saat ini bahkan mereka menyempatkan bertukar kegiatan melalui sambungan telepon. Aga berjalan ke rak minuman dingin sembari earphone itu masih setia di telinga. Suara wanita di seberang sana selalu membuat Aga tersenyum sedari tadi. "Ya udah kalau gitu aku selesein dulu kerjaanku, ya. Kamu jangan lupa makan siang. Maaf nggak bisa nemenin kamu hari ini buat makan siang," ujar Jessica melalui sambungan teleponnya. "It's okay, Jess. Kamu juga jangan lupa makan siang. Lain kali kita masih bisa makan siang bareng, kan? Ya udah sekarang kamu selesein kerjaan kamu biar cepet selesai. Katanya akhir tahun mau libur?" "Ah iya bener juga. Ya udah kalau gitu, bye, Sayang. I love you ...." "I love you too," sahut Aga dan kemudian panggilan itu terputus. Aga mengambil satu buah minuman dingin dan segera membayarnya. Setelah itu ia keluar berniat meminum di dalam mobil. Namun, ia sejenak berhenti dan tatapan itu memicing saat melihat seseorang di seberang jalan, tepatnya duduk di sebuah halte sendirian. "Liona," lirih Aga. Tanpa basa-basi ia langsung menghampiri wanita itu tanpa Liona tahu. Sejak Liona kembali ke Indonesia mereka sama sekali tidak ada komunikasi berarti. Padahal Aga sudah berusaha menghubunginya. Hingga, Aga tepat di sisi Liona sekarang, wanita itu masih tidak sadar dan asik dengan lamunannya. Tatapannya lurus ke depan, tetapi Aga dapat melihat pandangan itu kosong . "Liona," sapa Aga. Liona yang benar-benar melamun seketika terkejut dan terlonjak saat dilihatnya Aga ada di sampingnya. Praktis secara otomatis ia menjaga jarak karena ada rasa takut di dalam benak yang tiba-tiba menyala. Hal yang mebuatnya kembali menghindari bertemu siapa pun. "Kamu ke mana aja? Aku hubungi kamu nggak pernah bisa. Kenapa kamu pulang duluan ke Indonesia?" Pertanyaan demi pertanyaan itu terlontar begitu saja. Namun, tidak ada satu pun yang terjawab oleh Liona. Bahkan wanita itu terlihat menunduk dan sedikit takut. "Liona, what's wrong?" tanya Aga yang kini menyentuh lengan wanita itu. Akan tetapi, perilaku defensif yang tiba-tiba dan menghindar, membuat Aga terkejut. Liona yang ia temui saat ini seperti Liona saat pertama kali mereka bertemu dulu. Wanita itu sering menghindar bahkan tidak sanggup bertatap mata dengannya. "Ka--kamu ngapain di sini?" "Aku kebetulan mampir ke minimarket itu. Terus lihat kamu di sini. Kamu mau ke mana? Enggak bawa mobil?" Liona menggeleng cepat agar pertanyaan itu juga terjawab cepat. Wanita itu memainkan jemarinya untuk mengurangi kecemasan saat itu. "Liona, kamu nggak ada kabar sejak balik ke Indo. Kamu baik-baik saja kan?" "Iya, aku baik-baik aja." Singkat dan lugas yang sedari tadi Liona lontarkan. Tidak ada lagi kehangatan seperti waktu mereka di Perancis. Entah, apakah semua ini berhubungan dengan terbukanya hubungan dengan Jessica di depan Liona saat itu atau memang ada hal lain yang mengganggu Liona. Semua itu yang terpikirkan oleh Aga dan cukup membuatnya juga kembali merasa bersalah. Namun, Aga tidak akan membahas semua itu. Ia akan tetap bersikap baik pada Liona sebab memang wanita itu sedikit banyak kembali menyita pikirannya. "Kamu mau ke mana? Aku antar ya?" "Enggak. Enggak perlu. Alvin sebentar lagi jemput." "Alvin?" Aga mulai mengerutkan dahi saat nama itu kembali dilontarkan Liona, sebab terakhir Liona bilang ia sudah berpisah dari tunangannya itu. Banyak hal yang sudah terbuka tentang hubungan itu, tetapi jika saat ini Liona berbaikan dengan Alvin, bukankah semua aneh? "Kamu balikan sama Alvin? Liona ... kamu balikan sama dia? Kenapa bisa balikan?" cecar Aga. Liona masih terdiam membisu. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana ia menyembunyikan perasaan dan ketakutan secara bersamaan. Ia bahkan tidak tahu bagaimana bisa ia kembali terjerat dalam hubungan yang tidak sehat dengan Alvin. Ia hanya tahu bahwa tidak mungkin terlepas dari sosok Alvin demi kebaikan dirinya sendiri. Apa pun yang kini menjeratnya, sebisa mungkin Liona terima walau rasa sakit itu selalu menghantui sepanjang hidupnya. "Bukan urusanmu!" Aga sedikit terkejut dengan jawaban Liona. Sikapnya saat ini benar-benar berubah drastis dari Liona saat berada di Paris waktu itu. Aga sadar sikap Liona kembali dingin. "Liona, kamu marah sama aku?" "Kenapa aku harus marah?" tanya Liona yang tidak pernah mau menatap Aga sekalipun. "Soal Jessica?" "Apa? Kenapa sama Jessica? Dia kekasihmu kan? Kenapa aku harus marah?" Aga semakin penasaran dengan peubahan Liona yang lagi-lagi tidak sehangat sebelumnya. "Sikap kamu berubah Liona, sejak aku bawa Jessica waktu itu." Liona mendengkus saat semua itu kembali diingatkan. Memang ada rasa sesak saat Aga mempublikasikan hubungan tepat di dePan matanya. Sejak itu pula kebahagiaan yang diberikan Aga selama satu minggu berakhir begitu saja. Liona tidak akan berbohong saat hatinya turut sakit akan cemburu yang tidak bertuan. Salahnya juga yang diam-diam kembali menaruh harapan pada Aga saat itu. Hanya karena baru saja kehilangan seseorang yang sempat ia percaya membuatnya tidak mampu mengontrol hati. Apalagisemua itu seakan berbalas dengan saat Aga memberikan seluruh perhatian. Namun, saat ini ia harus kembali ke kenyataan bahwa semua adalah semu. Ia dan Aga sudah memiliki jalan masing-masing. "Tenang aja, aku nggak marah soal itu. Enggak ada hubungannya sama itu, kok," ujar Liona kemudian. Sungguh, semua ini benar-benar membingungkan bagi Aga. Ia hanya ingin membuat Liona memiliki sikap seperti saat itu. Di mana sebuah senyum bertengger di bibir, ada tawa yang menggema dan semangat yang terlihat. Bahkan Aga menyadari bahwa Liona sedikit kurusan. "LIONA!" Gema suara bariton yang sedikit menyentak itu membuat Liona dan Aga menoleh berbarengan. Mereka fokus pada satu titik di mana di jarak lima meter, ternyata ada Alvin yang saat ini berjalan sedikit cepat ke arah Liona. Tatapan nyalang itu dirasakan oleh Aga. Ia lantas melirik Liona yang semakin menunduk seakan ketakutan. "Lex, kamu pergi sekarang, please. Pergi sekarang!" Bukannya Aga menuruti ucapan Liona yang sudah ketakutan luar biasa. Pria itu justru menarik lengan Liona dan membuat dirinya kini berhadapan langsung dengan Alvin. "Kamu harus lepas dari dia, Liona!" Sementara itu, Alvin terus berjalan dan kini tepat di depan Aga. Ada tatapan nyalang yang masih menusuk. Namun, Aga tetap berdiri menghadapi Alvin dan tetap memegang pergelangan tangan Liona. "Alex, please jangan bikin ribut sama Alvin," ucap Liona setengah berbisik. Aga mendengar itu, tetapi tidak pernah ia gubris dengan serius. Perasaannya sudag tidak enak sejak awal mendapati sikap Liona yang benar-benar berubah. Ia paham perubahan itu pasti ada, hanya saja perubahan Liona tidak wajar. "Apa ini? Kalian janjian di sini? Lo, gue nggak ada masalahnya sebelumnya sama lo, tapi gue lihat-lihat lo selalu deketin tunangan gue! Mau lo apa?" Alvin mulai menuduh dan menunjuk ke arah Aga dengan amarah yang membara. Aga masih menatap dengan meneliti pria di hadapannya ini. Hubungan macam apa yang dibangun kedua orang ini? Menga0a Liona tampak ketakutan luar biasa pada sosok pria yang harusnya ia cintai sepenuh hati? "Saya kenal Liona!" Deg!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN