Dua puluh dua

1373 Kata

Mba Laras menanti jawabanku tentang luka di wajah ini. Namun, aku enggan menjawabnya, pasti ia akan kembali mengoceh karena luka di wajah akibat ulah mantan Erika. Ibu sudah sadar, tapi masih saja menangis. Bingung juga harus melakukan apa. Mba Laras mulai mengintrogerasi ibu. "Huhu ... kamu ,tuh, Ras. Bukannya urusin ibumu, malah marah. Huhu ...." Lagi, air mata ibu menetes kala Mba Laras terus mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Bagaimana tidak marah, sudah beberapa hari, ibu selalu membuat masalah dan cukup membuat aku dan Mba Laras pusing. "Aku bukan nggak mau urusin Ibu, tapi ya ibu berubah dong. Jangan seperti itu terus, berubah jadi lebih baik." Mba Laras menarik napas dalam. Ya, wajar Mba Laras marah. Aku pun semakin ke sini merasa berat dengan sikap ibu. Apalagi dengan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN