Raffa menghela nafasnya, dia berdiri di depan pintu kamar Difa yang tak tertutup rapat dan mendengar semuanya. Adiknya, tak pernah jatuh cinta selain pada pria yang berstatus suaminya itu, pria yang selalu melakukan sesuatu tanpa berfikir panjang,dan sialnya selalu orang yang Raffa sayangi yang menjadi korban pola pikir pendek pria itu. Raffa lalu menuju kamar bundanya, untung ayah tak di rumah, jika tidak entah akan bagaimana kondisi jantungnya nanti mengetahui putri kesayangannya di perlakukan seperti itu. Ceklek... Masuk ke kamar bundanya, di lihatnya wanita paruh baya itu tengah menghapus air matanya duduk di ranjangnya. "Bun... " Bunda Sifa menoleh, lalu memaksakan senyumnya. Raffa mendekat, lalu duduk di depan ibu sambungnya itu yang teramat dia sayangi. "Adikmu Raff... "