Difa tersentak, ia mulai mengatur nafasnya lalu melihat ke sekelilingnya, kemudian ke meja makan. Menghela nafasnya panjang, Air matanya mulai mengalir, "Ternyata cuma mimpi. "Gumamnya. Melihat pada jam di dinding sudah menunjukan pukul 1 dini hari. Ia menghapus air matanya dan bangkit dari meja makan,Dimas tak pulang. Difa menyerah menunggunya, ia pun kembali ke kamarnya. Ceklek... Memasuki kamarnya Difa tak langsung tidur, wanita itu berdiri di depan ranjang dan menatap foto pernikahannya. "Apa begitu sulit kamu menerima kenyataan itu Dimas? Bagaimana denganku? Apa menurutmu aku tak kehilangan?" "Pulang dan dengarkan penjelasanku." Difa menggeleng, "Kamu tak pernah berubah, tak pernah mau mendengar pendapatku,apa yang kamu lakukan selalu atas kemauanmu,tanpa peduli perasaanku,