Sarah sangat merasa terpuruk atas kepergian anak pertama yang sangat dinantikannya, sudah setahun Sarah dan Adi menunggu kehadiran sang buah hati, dan saat Tuhan memberikan kepercayaan, ternyata Sarah tidak bisa menjaganya dengan baik. Sarah betul-betul merasa bersalah, andai saja ia lebih berhati-hati pasti semua tidak akan seperti ini, pasti ia masih mengandung, tetapi nyatanya ia telah kehilangan janin itu. Andai saja waktu bisa diputar kembali, ia akan lebih waspada dan menjaganya dengan sangat hati-hati. Kini calon anaknya telah pergi, yang bisa ia lakukan hanyalah bersabar dan terus berdoa agar ia segera diberikan kepercayaan untuk mengandung lagi. Nasi telah menjadi bubur, menangisi kepergiannya pun sudah tidak berarti. “Sarah, Sarah, kan udah berapa kali aku bilang sama kamu, jang