Sebuah bangunan besar dengan banyak pintu itu,menyiutkan nyali Amara untuk masuk. Ia memilih untuk menunggu di luar meski Anjas berkali-kali membujuknya untuk masuk ke ruangannya. Lingkungan di sana memang cukup bagus, tapi terlalu eksklusif di mata Amara. Walau nanti Pram tidak keberatan untuk memberi uang lebih, tapi ia terlanjur tidak enak. Ucapan terakhir Pram tadi malam, terlalu membekas dan menorehkan luka di hatinya. Ya, salah dirinya juga sih, kenapa menaruh harapan kosong pada pria kaya berhati dingin. Selang setengah jam kemudian., Anjas keluar. Ia sudah mengganti bajunya dengan celana santai dan kaus tanpa lengan. Agaknya lokasi kos yang dimaksud tidak jauh dari sana. "Hanya sepuluh menit berjalan kaki. Kebetulan aku punya teman juga di sana, jadi akan lebih mudah untuk meliha