"Om gila, ya? Kenapa melibatkanku ke dalam masalah seperti itu?" pekik Amara kencang. Buku di tangannya tiba-tiba terlepas karena saking terkejutnya. Pram terpaku, tidak menyangka dengan reaksi yang didapatnya dari Amara. Ia tahu, itu keterlaluan, tapi bukankah semua bisa dibicarakan? Pikir Pram kehamilan tidak seburuk itu. Mereka kan sudah menikah dan bisa memecahkan semua masalah bersama-sama. Namun, hamil memang tidak ada dalam rencana mereka. Tidak bisa dipungkiri kalau itu hal besar. "Lalu Om ingin bagaimana? Bisakah punya anak dari wanita yang sama sekali tidak Om cintai?" tanya Amara menusuk. Ia merasa Pram sudah hilang akal. Mengandung bukan masalah sepele. Amara harus berkorban seluruh hidupnya. Ia tidak sebodoh itu mau mengorbankan segalanya demi pria yang tidak mencintainya.