“Setelah aku menemani sepak terjang percintaanmu dengan mantan pacarmu. Apa sekarang waktunya bagimu menggeser topiknya menjadi soal suamimu?” Renatta bersidekap. Perempuan itu mengubah posisinya yang berdiri menjadi duduk di sofa yang tersedia. Menatap kearahku dengan tajam. “Oke jadi kali ini apa yang terjadi?” “Erwin tidak menghargaiku sebagai istrinya,” sambarku cepat dengan penuh emosi. Renatta mengerutkan alisnya. “Memangnya apa yang dia lakukan sampai kau berkata dia tidak menghargaimu?” “Dia pulang dini hari dalam keadaan badan berbau alokohol dan bau parfum wanita. Sudah begitu dia tidak berusaha membersihkan dirinya seolah sengaja ingin menyimpan aromanya sendirian. Sudah jelas dia main dengan perempuan kalau badannya bau parfum wanita begitu,” “Hmm.. oke,” “Ada apa denga