"Bryan, tolong rapikan rambutku. Cukur kumis dan janggut tipis ini. Buat aku seperti anak muda, maksudku aku ingin terlihat muda," Tuan Arno, si duda tampan dan kaya raya itu meminta untuk diperbaiki penampilannya agar ia terlihat jauh lebih muda dan fresh.
Tuan Arno sudah duduk di depan cermin, dan meminta Bryan sendiri yang menanganinya. Bryan adalah pemilik beberapa cabang barbershop yang tersebar di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Namun ada yang lain dari barbershop satu ini. Bryan juga menyediakan salon untuk perempuan, jadi tempatnya terbagi menjadi dua bagian. Sebelah kiri kusus laki-laki dan ditangani oleh karyawan laki-laki, sebelah kanannya kusus perempuan dan pasti juga ditangani karyawan perempuan.
Manfaat nyalon di sini banyak sekali, pelanggan Bryan kebanyakan cinta lokasi pada pandangan pertama. Bahkan ada salah satu diantara beberapa pasangan tersebut berhasil sampai menikah.
Bukan hanya menjadi tempat perawatan kecantikan namun juga menjadi ajang perjodohan.
Disana juga menyediakan ruangan VIP, lebih privat untuk beberapa orang dari kalangan atas seperti Tuan Arno. Ruangan yang cukup luas dengan fasilitas lengkap. Seperti kamar mandi, snacks dan minuman tentunya.
Meski Tuan Arno gemar sekali melakukan rutinitasnya menjajahi perempuan yang mudah sekali diajaknya berkencan. Akan tetapi sebenarnya Tuan Arno tidak menyukainya secara personal, ia mau mendekat hanya saat Tuan Arno butuh saja.
Habis manis sepah dibuang, pepatah lamanya. Setelah puas, Tuan Arno tidak akan mau bertemu lagi. Bahkan ia dapat berpura-pura tidak mengenalnya sama sekali. Membuat sebagian perempuan yang pernah menjadi teman tidurnya itu merasa sakit hati dan kecewa. Itulah tujuan Tuan Arno sebenarnya.
Salah sendiri, belum ada komitmen sudah mau menghabiskan malamnya dengan Tuan Arno. Baginya itu bukan salah Tuan Arno, ibarat kata kucing diberi ikan. Mana mungkin ada kucing yang menolaknya.
Seharusnya jika mereka menyukai Tuan Arno, mereka bisa menunjukkan ketulusan dan pesonanya. Bukan menyerahkan kehormatannya dengan gampang tanpa ada komitmen. Di mata Tuan Arno semua perempuan sama saja, tidak ada yang seperti mamanya dan kakak perempuannya yang sangat setia kepada pasangannya yaitu almarhum papa dan kakak iparnya.
Tuan Arno tak berhenti membayangkan Inara pada pikirannya sendiri. Sosok inara terus menerus muncul mengacaukan konsentrasinya. Bukan untuk mengagumi pesona Inara yang sangat menawan, namun justru sebaliknya. Tuan Arno sangat kesel karena merasa direndahkan harga dirinya sebagai laki-laki tampan dan masih merasa sangat muda.
Dari ruangan private tersebut terdengar suara samar-samar namun tak begitu jelas menyadarkan CEO tampan itu. Setelah Bryan masih memberikan cream rambut di kepalanya.
Sepertinya ada seseorang yang tengah mengobrol rahasia, hingga mereka menurunkan nada bicaranya. Tuan Arno menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sumber suara berasal.
"Dani,,,apakah itu kau?" Tanya Tuan Arno, siapa tahu ada yang menjawabnya. Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban, Tuan Arno kembali memanggil.
"Bryan, hei, kalian dimana, kenapa meninggalkan aku sendirian!" Teriak Tuan Arno menyerengai kesal.
Dani laku keluar perlahan menampakkan batang hidungnya, kemudian disusul Bryan dari belakang.
Tuan Arno tidak menoleh mendapati kedatangan orang itu. Cukup dengan melihat Dani dan Bryan dari cermin yang terpampang rapi tepat di depannya.
"Ruangan ini cukup luas, tempat duduk di dalamnya juga banyak. Lalu kenapa kalian di situ? Apakah kalian membicarakanku?" Tebak Tuan Arno asal.
Dani belum menjawab, ia malah tersenyum kepada Tuan Arno yang menatapnya di dalam cermin.
"Mampus, mati riwayat kita Dan!" Bisik Bryan lirih kepada laki-laki berkulit sawo matang yang berdiri di sampingnya.
"Kak Bryan sih, sudah tahu Tuan Arno punya indra ke enam. Masih saja bertanya panjang lebar di belakangnya. Kak Bryan saja yang menjawab. Aku sudah banyak masalah dari tadi dengan Tuan."
Mereke berdua saling melempar tugas untuk menjelaskan situasinya. Sedangkan Bryan masih ragu dan memberikan kode dengan mencolek lengan Dani.
"Kak Bryan saja, aku takut!" Ucap Dani sangat lirih.
"Itu Ar, asisten kamu ini konsultasi warna rambut apa yang cocok untuk dirinya. Aku hanya menyarankan untuk meminta izin dulu sama kamu, kalian kan orang bisnis bukan entertainment. Tidak lucu jika Dani memakai warna nyleneh untuk rambutnya. Iya kan Dan?" Jawab Bryan berbohong. Mereka berdua saling menatap dan tersenyum palsu.
Tuan Arno tahu mereka sedang berbohong. Namun ia tak mau mencari tahu lebih dalam apa yang mereka rahasiakan darinya. Ia percaya Dani tidak mungkin berani macam-macam dengan dirinya, ia sudah menganggap Dani sebagai saudaranya sendiri.
"Beri saja warna pelangi pada tambutmu itu Dan, aku yakin semua mata perempuan akan terpada melihat pelangi di tambutmu itu!" Balas Tuan Arno, laki-laki yang memiliki perut sispek itu mencoba mengikuti permainan mereka berdua.
"Jangan Tuan, bagaimana pendapat kolega penting kita nanti saat mereka melihat rambut saya?" Dani menolak secara halus. "Saya tidak jadi mewarnai rambut saya, sepertinya tidak akan mungkin cocok!" Lanjutnya, Dani melirik ke arah Bryan di sampingnya. Mungkin dalam hatinya sangat geram, karena gara-gara Bryan Tuan Arno menyarankan warna rambut yang aneh pada dirinya.
"Apa hubungannya bisnis dan penampilan kita? Apa lagi hanya cat rambut, tidak akan merubah apapun jadi tenanglah. Cepat Bryan, tangani Dani sekalian. Kami tidak memiliki banyak waktu!" Dani semakin gelisah dengan ucapan Bosnya, ia akan sangat malu sekali jika rambutnya benar-benar diwarnai pelangi.
"Tidak Tuan, jangan. Saya mau ke toilet sebentar. Sepertinya perut saya bermasalah karena terlalu banyak makan!" Tidak menunggu lama, Dani langsung berlari untuk kabur. Ia akan mengutuk dirinya sendiri jika hal itu sampai terjadi.
Tuan Arno tersenyum puas karena berkali-kali berhasil mengerjai Dani. Mana mungkin ia mengizinkan Dani mewarnai rambutnya seperti badut. Ia juga akan ikut merasa malu.
"Senang sekali kamu Ar ngerjain Dani, kasihan tahu dia. Bocah polos, manis, nurut, gue aja iri kamu punya asisten pribadi yang setia kayak Dani. Boro-boro gue dapat asisten setia, yang ada sering nelep uang. Manipulatif, susah sekali mendapatkan orang yang bisa di ajak kerja sama dalam jangan waktu panjang!" Puji Bryan kepada asisten pribadi Sahabatnya.
"Setia? Hari ini dia mengkhianatiku! Dia sudah berani berkhianat dengan membela gadis itu dari pada aku yang memberinya gaji dan bonus besar," ungkap Tuan Arno sedikit kecewa.
"Gadis? Apakah itu gadis yang dibicarakan Dani tadi? Gadis yang akan terpilih menjadi istri Muda Arno?" Batin Bryan bertanya-tanya.
"Gadis yang mana si Ar?" Bryan semakin penasaran dan ingin mencari tahu tentang gadis yang menjadi sebab Tuan Arno gelisah.
"Gadis lancang yang berani-beraninya memanggilku dengan sebutan Om, kapan aku menikahi tantenya? Enak saja manggil-manggil orang sembarangan. Namaku sudan jelas Arno, tapi gadis lancang itu mengganti namaku seenak jidatnya dengan nama Parno. Om Parno, lancang bukan?" Jawab Tuan Arno keceplosan.