Bab 8. Kejutan dari Shino

1054 Kata
Shino meninggalkan tempat itu begitu saja, Bimo yang sadar segera mengikutinya. Namun, belum juga keluar dari ruangan tiba-tiba Reina menghadang langkahnya. “Jangan berani pergi seperti ini, kamu mau buat malu,” ujarnya dengan memicingkan mata. Shino yang geram akhirnya terdiam sejenak, dia tahu itu ulah Reina. ‘Baiklah ini permainanmu, akan aku ikuti.’ Shino bergeming dalam hati. “Maaf aku hanya terkejut, saat ini aku hanya ingin menutup pintu itu,” kilah Shino. Saat Shino terus melangkah sampai di depan pintu dia merasa ada sosok yang sangat luar biasa berlari ke arahnya. “Shino!“ suara itu sekan memintanya, untuk menunggu sejenak. Shino mencoba menatap ke arah suara, yang datang. Seketika senyumnya kembali merekah, dia tidak menjadi murka. Wanita cantik dan rupawan langsung memeluknya erat, seakan sedang terbebas dari maut. Dia menenggelamkan wajahnya di d**a Shino. “Maaf aku terlambat, tolong aku. Mereka mau mencelakaiku,” ujarnya masih tidak beraturan dalam bernapas. Sedangkan di dalam ruangan semua mata menatap penuh tanya, bahkan mereka tertegun melihat cara gadis asing itu, memeluk Shino dengan santai. “Tenang, saat ini kamu sudah aman. Ada aku di sini, bagaimana kamu bisa kacau begini?“ tanya Shino. “Apa? Masa aku kacau, ada kaca?“ tanyanya santai. Shino menarik Ashley ke toilet, di sisi kanan ruangan. Ashley yang melihat rambutnya sedikit berantakan, langsung menjerit. “Dasar penjahat sialan, aku sudah bersusah payah merias wajah dan rambutku. Dia membuatnya seperti ini.” Wajah Ashley semakin kacau dan geram. “Maaf ya tuan, aku pasti mempermalukanmu?” ujarnya memelas. Shino tersenyum simpul, dia menghubungi Bimo dan meminta beberapa peralatan kecantikan. Bimo dengan sigap membawakan , semua yang di butuh kan. Sedangkan kondisi di ruangan rapat masih simpang siur, Reina dengan gegabah nya mengumumkan tentang pertunangan Xilena dan Shino. “Bagaimana tuan, aku sudah rapi?“ tanya Ashley. Shino semakin takjub, melihat Ashley merapikan dirinya. Riasan itu walau tidak sesempurna sebelumnya, masih bisa membuat Shino terpaku. Segera Shino mengabadikan foto Ashley, lalu memperlihatkan kedua foto Ashley sebelum kacau dan setelah di perbaiki. “Ini aku? Seperti bukan, ya?” tanya Ashley takjub. “Ayo tuan jangan berlama-lama, nanti tuan di cari mereka.” Ashley menarik lengan Shino, membuat dia tersenyum lalu Shino mengubah nya dengan menggenggam erat tangan Ashley. Dia menggandeng Ashley, berjalan berdampingan. Saat memasuki ruangan dengan banyak orang, terdengar Reina berbicara di atas mimbar, mengumumkan sesuatu yang mustahil Shino bisa lakukan. “Hari ini saya mengumumkan Pertunangan, Shino dengan Xilena putri saya. Dengan pertunangan ini, maka perusahaan Sanddreams Foundation akan semakin kokoh, serta maju di kancah Internasional,” serunya dengan senyum yang lebar. Dia memandang ke arah Shino berada, Ashley yang mendengar itu ingin melepas genggaman tangan Shino. Entah hati kecilnya seperti sangat kecewa. ‘Sadar Ashley, kamu hanya barang yang di jual. Tidak perlu pakai hati, biasa saja hal seperti ini sudah pasti terjadi. Jangan mimpi terlalu tinggi, lagian dia juga baru kenal sama kamu semalam,' ujarnya dalam hati. Ketika Ashley mulai melepas satu persatu jari tangannya, Shino semakin menggenggamnya erat. Bahkan matanya menatap Ashley tajam, seakan memerintahkan jangan melepas genggaman tangannya. Ashley akhirnya menelan saliva, dia teringat ini adalah perintah sang majikan. Terpaksa sambil mengikuti langkah Shino, dia ikut naik ke atas mimbar. Shino mulai mengambil mikrofon itu, lalu berbicara dengan santai di depan para pria berdasi. Menarik napas panjang dan memejamkan mata, lalu merapikan dasinya. Sambil terus menggenggam tangan Ashley, dia mulai berbuka suara. “Mohon maaf dengan semua kejadian ini, benar saya akan bertunangan dengan Xilena. Hanya saja jika, Xilena dan keluarga besarnya bersedia, menjadi yang kedua,” ujarnya lantang, dengan senyum merekah. Xilena dan Reina tampak kesal, dia merasa di permalukan di depan publik. “Shino!“ teriaknya dan melayangkan tamparan di wajah Shino. Dengan sigap Ashley menahan lengan itu, mata Reina menatap tajam ke arah Ashley. “Dasar w************n,” umpat nya kesal. Ashley hanya tersenyum sinis, tanpa membalas dengan kata-kata. Tanpa di duga Xilena berbicara lantang, di depan publik. “Saya akan menerima, menjadi yang kedua,” ungkap Xilena. Reina yang terkejut mendadak pingsan di depan publik, sehingga kekacauan saat itu menjadi tranding topik. Apalagi saat itu Reina sengaja membiarkan beberapa wartawan, masuk untuk meliput. Bukannya menolong, Shino malah pergi membawa Ashley. Tapi, gadis itu merasa simpatik kepada kondisi Xilena. “Shino, seharusnya kamu membantunya,” pinta Ashley. “Kamu hanya harus mengikutiku, jangan terlalu ikut campur yang jauh. Kita akan mempersiapkan, pertunangan ini,” ujar Shino. Saat berada di luar bangunan, wartawan sudah siap dengan berbagai pertanyaan. Bahkan pertanyaan yang sangat menghina, juga di lontarkan. “Nona, beredar isu katanya, Anda wanita panggilan?“ pertanyaan yang sempat, membuat wartawan lain terdiam. Shino geram mendengar pertanyaan itu, dia langsung menarik Ashley ke belakang tubuhnya. “Apa hakmu menilainya sembarangan, kalau itu tidak benar kamu siap menerima gugatan dariku?“ ujar Shino. Wartawan itu langsung mundur dan segera meminta maaf. “Maafkan saya tuan, saya hanya mendapat pesan singkat,” ujarnya dengan wajah panik. Segera Shino mengambil smartphone milik wartawan itu, dia membaca pesan singkat dari pengirim anonim. Segera Shino mengambil bukti itu dengan memfoto nya, dia mengirimkan foto itu agar segera di cari tahu. “Apa yang kalian tanyakan, tolong di pikir ulang. Jika, aku memilih Ashley sebagai tunangan berarti, aku sudah mengetahui apa dan bagaimana latar belakangnya. Jika aku saja menerima, kalian tidak punya hak untuk membuat cerita yang tidak benar,” ujar Shino dengan wajah dingin. Akhirnya Shino mulai meninggalkan wartawan dan masuk ke dalam mobil miliknya. Ashley masih tertunduk, dia takut pertanyaan wartawan tersebut akan menjadi bumerang. Apalagi di saat Reina pingsan, Shino tidak memedulikannya. “Hem, maaf tuan. Apakah perlakuan tuan tadi berlebihan,” ujar Ashley. Shino yang semula diam langsung mengepalkan pukulan, tepat di samping Ashley. Wajah pria itu sangat marah, bahkan Ashley menjadi ketakutan. “Ma–af, saya hanya memikirkan hal lain.” Ashley gemetar, saat ini Shino seakan mengunci tubuhnya. Seperti seseorang, yang ingin mencabik-cabik lawannya. Ashley menelan saliva dan menunduk, dia takut jadi sasaran kemarahan Shino. Apalagi Shino mulai mendekatkan wajahnya, jarak antara wajah mereka hanya tinggal beberapa helai rambut. Napas Shino terasa berat bahkan, sangat hangat mengembus di depan wajah Ashley. Gadis itu memejamkan mata. ‘Oh Tuhan akan kah dia melampiaskan rasa kesalnya dengan seperti ini. Dia akan mencoba sesuatu yang ranum dan merah di wajahku,’ batin Ashley. Hidungnya saat ini sudah saling bertemu, Ashley merasakan degup jantungnya semakin nyaring.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN