Hari pertama kerja di restoran Fean, Dara yang sudah sampai memakai jas warna biru laut melengkapi dress selutut warna putihnya, dibuat dongkol. Fean mewajibkan Dara untuk duduk atau sekadar memantau keadaan restoran. “Om! Ini apa-apaan, sih? Enggak guna banget aku duduk di sini! Nyamuk dan lalat saja mencari makan dengan terbang ke sana-sini, tapi aku? Patung bukan, tapi diminta diam!” Dara mengomel sambil melirik sinis Fean. Di sudut dapur bagian depan, di meja khusus yang disertai dua kursi, Dara tak hentinya mengomel. Namun, Fean yang tengah sibuk menyiapkan setiap hidangan dibantu para koki dan asisten yang kiranya ada tujuh belas orang, selalu menyikapi Dara dengan senyuman. “Perhatikan, deh ... semenjak Non Dara menikah dengan pak Fean, Non Dara ngomongnya sekeras itu. Teriak-ter