"Iya. Kenapa? Kaget?" Melva berucap begitu angkuhnya. "Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Axel. "Karna kau di sini!" "Lalu, untuk apa kau menyusul ku ke sini?!" Axel mulai menunjukkan ekspresi kerasnya. "Untuk menemuimu!" Melva menjawab santai. Rahang laki-laki itu mengeras, berbarengan dengan timbulnya urat-urat di leher dan di tangannya. "Akh!" Axel menjambak rambutnya dengan kasar. "Apa kau tidak bisa sehari saja untuk tidak membuatku kesal!" teriaknya mengeram. "Aku sudah menelepon mu, tapi kau mengabaikan telpon dariku. Salah siapa cobak?" balas Melva menantang. "Dasar perempuan sial! Kau mau apa lagi dari diriku!" "Santai saja, Baby! Kenapa kau memekik seperti ini kepadaku. Apa aku salah menemui kekasihku sendiri. Hem?" Melva tersenyum tipis. Merapatkan tubuhnya pada Axel