Penyesalan yang mendalam.
Di dalam ruangan kerjanya.
Seorang pria tampan yang lain, sedang menatap foto dirinya bersama Airin. Namun, foto itu adalah foto dirinya yang melakukan foto prewedding sebelum kejadian buruk yang menghilangkan nyawa Airin dan membuat dirinya tidak bisa bertemu lagi dengan Airin untuk selamanya.
Pria tampan itu merasa sangat menyesal dan dia merasa, jika dirinya adalah pria yang sangat bodoh.
Dia adalah Gavin Airlangga, dia adalah tunangan sekaligus calon suaminya Airin.
Tatapannya sangat lah sedih dan hatinya benar-benar sangat menyesal. Karena ulah dirinyalah, dia harus kehilangan Airin yang seharusnya menjadi istrinya saat ini.
Karena hari ini adalah hari di mana dia harusnya melangsungkan upacara pernikahan bersama Airin, tapi semuanya hancur dan berubah menjadi hari ke tujuh atas meninggalnya Airin.
Gavin pun memijat dahinya dan dia pun duduk sambil menyandarkan punggungnya ke kursi sambil memeluk foto yang menurutnya sangatlah berharga.
Gavin pun mengingat kejadian, dirinya yang ditemukan oleh Airin sedang bercinta dengan Felly dan dia pun mengejar Airin saat itu.
Ketika itu ….
Setelah Airin berlari sambil menangis dan pergi meninggalkan dirinya bersama Felly di kamar hotel itu. Gavin pun langsung bergegas untuk mengejar Airin. Namun, ketika dirinya sudah sampai di lobby hotel itu. Gavin sudah tidak bisa menemukan mobil Airin.
Sehingga, Gavin pun merasa sangat panik dan dia, terus menghubungi ponsel Airin tapi Airin tidak mau menjawab panggilannya.
Sehingga, Gavin pun segera bergegas dengan langkah yang sangat cepat, untuk mengambil mobilnya dan mengejar mobil Airin yang entah dia juga, tidak mengetahui keberadaannya.
Setelah dirinya sudah berada didalam mobil. Gavin pun menyalakan sistem pelacak ponsel milik Airin. Karena ponsel Airin masih dalam keadaan aktif , membuat Gavin tidak terlalu kesulitan sama sekali.
Gavin pun menyalakan mesin mobilnya dan mulai mencari Airin melalui alat itu.
Gavin pun terus mencari Airin. Namun, tiba-tiba dia melihat titik berhenti Airin di suatu daerah pegunungan. Gavin pun terkejut, karena daerah ini adalah daerah yang rawan kecelakaan. Apalagi, Gavin mengingat gaya mengemudi Airin yang mengerikan membuat Gavin semakin khawatir.
Tidak lama kemudian, Gavin berhenti ditempat yang ditunjukkan oleh sinyal GPS nya dan melihat banyak orang sudah berkumpul disana.
Gavin terkejut karena itu adalah sebuah kecelakaan
Gavin mendekatinya dan bertanya, "Ada apa ini?" Ucap Gavin dengan wajah khawatir.
Seorang pria paruh baya yang berdiri di TKP pun menoleh dan dia pun menjawab, "Ada kecelakaan, mobilnya langsung masuk ke jurang dan mobil itu langsung meledak dan yang tertinggal hanyalah tas dan ponselnya ini saja," ucap pria paruh baya itu pun menunjuk kearah polisi yang sedang memegang tas itu .
Deg ….
Jantung Gavin berdetak cepat, dia merasakan sebuah firasat buruk.
Dia langsung berlari dan segera melihat tas yang dikatakan pria paruh baya itu dan itu ternyata benar! tas dan ponsel itu adalah milik Airin.
Gavin terduduk lemas dan air mata nya pun meleleh. Dia tahu jika mobil yang meledak itu adalah mobil Airin.
Gavin bertanya pada polisi yang mengurus TKP itu.
"Pak! kemana wanita yang mengendarai mobil ini?'' tanya Gavin, dia terlihat sangat sedih dan dia masih berharap jika Airin masih bisa diselamatkan .
Polisi itu menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Mohon maaf mas, wanita itu tidak bisa terselamatkan, dia masuk ke jurang bersama mobilnya itu dan kami hanya bisa mengucapkan turut berduka cita, " ucap polisi itu sambil meninggalkan Gavin yang sudah berwajah pucat. Gavin merasa kakinya lemas, dia pun terduduk diatas jalan dan menitikkan air matanya. Gavin merasa sangat marah pada dirinya sendiri. Karena jika saja dia tidak menemui Felly dan tidak meninggalkan Airin, mungkin saja Airin masih hidup saat ini.
Gavin pun menitikkan air matanya, dia sangat menyayangi Airin walaupun dia tidak mencintai Airin seperti perasaan cinta seorang pria dewasa terhadap wanita, Namun Gavin sangat menyayangi Airin seperti adiknya sendiri.
Gavin mengacak -acak rambutnya dan penyesalan pun datang menghampirinya.
Gavin mengambil ponselnya dan menelpon ayah Airin, dia adalah Anton.
Saat Gavin sedang menelponnya.
Anton baru saja selesai meeting, dia melihat ponselnya menyala dan saat dia melihatnya, dia melihat ID panggilan itu dari Gavin. Anton langsung tersenyum karena dia tahu hari ini Gavin bertemu dengan Airin sebelum hari pernikahan mereka.
Anton menekan tombol 'ok' dan dia pun langsung menjawab, "Hallo!"
Anton berharap dengan pernikahan Gavin dan Airin akan menjadikan hubungan perusahaannya semakin kuat, karena Airin juga dijodohkan dengan Gavin karena untuk hubungan bisnisnya dimasa depan.
Gavin yang sedang sedih dan dengan bibirnya yang gemetar, dia langsung mengatakannya tanpa basa-basi lagi.
"O …. Om! ada berita buruk!" ucap Gavin dia pun langsung menutup matanya.
Anton langsung terkejut saat mendengar suara Gavin yang terdengar sangat berbeda.
"Berita buruk apa? Coba katakan Gavin?" Tanya Anton, dia sedikit khawatir tentang putrinya.
Gavin menghela nafas panjang dan dia pun menjawab, "A … Airin, mengalami kecelakaan mobil dan mobilnya masuk ke jurang, lalu ... lalu ... mobil itu pun meledak!" ucap Gavin, dia langsung memegang dahinya. Dia benar-benar merasa sangat menyesal.
Anton langsung merasa sangat terkejut dan dia langsung berteriak, "Apa?! Gavin, kamu jangan bercanda! ini sangatlah tidak lucu?!" ucap Anton. Dia tidak percaya dengan ucapan Gavin karena selama ini Gavin sudah sering mengerjai Anton tentang keadaan Airin, supaya Airin mendapatkan perhatian dari dirinya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan juga keluarga barunya.
Gavin yang wajahnya penuh dengan air mata, dia pun terisak dan menjawab, "O … om, aku tidak berbohong, Airin sudah meninggal om," ucap Gavin, dia merasa hatinya sangat sesak dan merasa tidak rela jika Airin meninggal begitu saja.
Mendengar itu, Anton merasa seluruh tubuhnya menjadi lemas dan dadanya juga menjadi sesak, dia terkejut karena Airin tidak mungkin meninggalkannya secepat ini.
Anton duduk dengan lemas diatas lantai. sekertarisnya yang bernama Sarah yang baru saja masuk dia pun terkejut saat melihat bosnya duduk dilantai dengan wajah pucat seputih kertas. Sarah pun segera berjalan menghampirinya dan dia pun membantu Anton sambil berkata, "pak …! apakah anda baik-baik saja?" Ucap Sarah dan diapun mengangkat Anton secara hati-hati.
Anton langsung mengatur nafasnya. Matanya terlihat kosong namun dia melihat kearah Sarah saat ini.
"Sarah! cepat antarkan saya ke tempat Gavin yang dia tunjukkan, sekarang juga!" Perintah Anton dengan perasaan gelisah didalam hatinya.
Sarah pun segera menghubungi supir dan setelah itu, dia pun membantu untuk mengantarkan Anton sampai kedalam mobil. Sarah menelpon Gavin dan meminta tempat dimana dia sekarang. setelah mendapatkan alamat tempatnya sekarang berada, Anton menyuruh supirnya untuk cepat segera menuju kesana. Anton ingin membuktikannya sendiri bahwa putrinya baik-baik saja dan berita dari Gavin itu adalah bohong.
Dengan perasaan yang sangat rumit Anton merasa hatinya sudah tidak tenang dia terus berkata untuk mempercepat laju mobilnya. Dia berharap untuk tiba secepatnya ditempat itu, rasa was-was dan perasaan cemas semua campur aduk dan menjadi satu dalam pikirannya. Melihat bosnya yang terlihat tidak tenang Sarah hanya bisa berkata "pak! Nona Airin pasti akan baik-baik saja," ucap Sarah, dia berusaha menenangkan bosnya.
Anton pun mengangguk dan menjawab, "saya yakin dia baik-baik saja Sarah," ucap Anton dan dia berusaha menenangkan dirinya namun hatinya masih tetap tidak merasa tenang.
Setelah itu, Anton pun berusaha agar dirinya bisa berpikir positif dan yakin, jika putrinya akan baik-baik saja.