Kamu akan menjadi putri kami

1874 Kata
Parman pun menghela nafas panjang dan dia pun akhirnya memberikan keputusannya. "Baiklah Nak Airin. Kami akan menerima kamu, untuk tinggal bersama kami. Kebetulan kami tidak memiliki putri dan putri kami sudah lama meninggal. Kamu … kamu, kamu bisa menggunakan identitas putri kami. Hhhmm … bagaimana? apakah Nak Airin mau?" tanya Parman. Sebenarnya dia tidak mau melakukan hal itu. Tapi, karena Airin yang memintanya dan Airin juga tidak memiliki identitas lain lagi. Maka, Parman hanya bisa membantu hingga sampai disitu saja. Mendengar hal itu, Airin pun tersenyum bahagia dan dia pun menggenggam erat tangan Parman dan juga Mimin. "Te … terima kasih. Terima kasih pak! Terima kasih ibu. Terima kasih karena kalian sudah membantu aku, aku … aku, aku berjanji akan menjadi putri kalian yang baik dan aku … aku tidak akan membuat masalah apapun untuk kalian. Aku berjanji," ucap Airin dengan senyuman yang begitu indah. Dia sangat bahagia, karena ada dua orang tua yang mau menerimanya bahkan mereka rela memberikan identitas putrinya untuk Airin. Airin semakin yakin, jika dua orang yang ada didepannya saat ini, adalah malaikat yang Tuhan kirimkan untuk menemani dirinya yang selama ini selalu merasa kesepian. Mimin pun membalas senyuman Airin dan dia pun menjawab, "Sama-sama nak. Anggap saja kalau ini adalah bentuk penebusan dosa kami kepada kamu nak. Karena …," Mimin menghentikan ucapannya dan dia pun langsung menundukkakn kepalanya, lalu dia pun melanjutkan ucapannya, " …. Karena … Kamilah yang sudah bersalah kepada kamu nak! Hhmm … ibu minta maaf atas nama suami ibu, dia … dialah yang menabrak mobil kamu dan karena suami ibulah, maka terjadilah kejadian seperti ini. Kamu menjadi sakit dan tidak bisa kembali ke keluarga kamu lagi," ucap Mimin. Dia pun menitikkan air matanya dan Mimin merasa sangat bersalah kepada Airin. Apalagi melihat keadaan Airin yang seperti saat ini, rasa bersalah Mimin semakin besar. Airin pun mengulurkan tangannya dan membantu untuk menghapus air matanya Mimin yang sudah membasahinya dan Airin mengusap lembut pipinya sambil menatap wajah Mimin dengan tatapan yang sangat lembut. "Bu! Tolong jangan menangis," ucap Airin yang merasa hatinya ikut sakit, ketika dia melihat Mimin yang menangis karena menyalahkan dirinya sendiri. Mimin pun iku menatap Airin dengan tatapan lirih, "nak! Ibu mohon … ibu memohon pengampunan kepada kamu nak Airin. Ibu mohon, agar kamu, jangan laporkan suami ibu ke polisi, kami … kami … kami hanyalah orang biasa nak, ibu mohon agar kamu memaafkan kami!" ucap Mimin, air matanya terus mengalir lebih deras dari sebelumnya. Mendengar itu, Airin pun langsung terdiam. Dia mengingat kembali kejadian saat dia hendak kecelakaan, dia ingat jika itu bukanlah kesalahan dari orang yang mengemudikan truk besar itu, tapi karena ada kesalahan dari mobilnya, dia juga harusnya berterima kasih pada suaminya Mimin ini, karena sudah menyelamatkannya, saat dia loncat dari mobil itu, dia sudah ditolong dan masih bisa hidup sampai saat ini. Airin pun tersenyum, dia pun kembali membantu untuk menghapus air mata Mimin dan setelah itu, dia pun menggenggam kedua tangan Mimin dengan eratnya “Ibu tidak perlu merasa khawatir, aku tidak akan melakukan apapun, Apalagi melaporkan bapak ke polisi. Karena kalian berdualah yang sudah menyelamatkan aku hingga aku masih hidup sampai saat ini. Hhhmmm … Justru aku ingin berterima kasih pada ibu dan juga bapak yang sudah menyelamatkan aku, jadi. Aku mohon, jangan menyalahkan diri kalian lagi,” ucap Airin, dia pun tersenyum sangat cantik, karena sudah satu minggu dia dalam keadaan koma, dan aura kecantikannya semakin bersinar, bahkan Mimin pun merasa sangat terkejut saat melihat Airin yang sedang tersenyum kepadanya saat ini. Airin terlihat sangat cantik dan dengan dengan melihat senyumannya saja, sudah membuat sebuah ketenangan di dalam hatinya. Mimin membalas senyuman Airin dengan lembut dan menjawabnya, "Terima kasih nak, kamu benar-benar anak yang sangat baik. Melihat kamu saat ini … tiba-tiba saja, ibu menjadi ingat dengan putri kami yang sudah meninggal," ucap Mimin sambil menghapus sisa air mata yang membasahi pipinya. Airin pun merasa sangat terkejut. Dia pun mengingat dengan ucapan Parman sebelumnya. Jika mereka memiliki seorang putri dan Airin akan memakai identitas putri mereka. Airin pun menatap kearah Mimin dan bertanya, "Memangnya, kemana putrinya, Bu?" Mendengar pertanyaan Airin. Mimin pun menghela nafas panjang dan dia pun berkata, " Kami ini hanyalah pasangan tua yang tidak memiliki anak, kami memiliki satu putri yang jika sekarang hidup mungkin akan seumuran dengan nak Airin," ucap bu Mimin dia pun menunduk, dia merasa sangat sedih, Jika mengingat tentang putrinya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Airin semakin mengeratkan genggaman tangannya Mimin dan berkata, ”Ibu jangan bersedih, mulai sekarang, ibu bisa menganggap aku sebagai putri ibu dan aku juga akan menjadi putri ibu yang baik dan semoga saja, aku bisa menjadi seperti ibu yang baik itu," ucap Airin, dengan bersunguh-sungguh dan dia meyakinkan Mimin, jika dia bisa menjadi anak yang baik untuknya dan juga suaminya itu. Mimin pun merasa sangat terkejut dengan apa yang Airin katakan padanya "Nak Airin. Tolong jangan mengatakan hal seperti itu. Karena Ibu ... ibu, ibu tidak pantas dipanggil sebagai ibu kamu nak, kamu adalah putri dari seorang yang kaya dan seorang pengusaha terkenal di kota ini. Sedangkan ibu, ibu hanyalah orang miskin dan jika dibandingkan dengan papa kamu, ibu dan bapak tidak ada apa-apanya. Jadi, ibu merasa sangat tidak pantas jika harus menjadi ibu kamu. Ya! Ibu benar-benar merasa sangat tidak pantas,” ucap Mimin, dia pun menyeka air matanya, walaupun air matanya terus mengalir, karena hatinya benar-benar sangat tersentuh. Mendengar itu, Airin tidak setuju sama sekali. "Jangan mengatakan hal seperti itu Bu. Aku sekarang adalah putri ibu. Di masa depan nanti. Aku akan berusaha menjadi putri kalian yang paling terbaik dan tentunya, aku akan membalas Budi atas apa yang kalian berikan padaku. Jadi, aku mohon! Jangan katakan itu lagi dan untuk papa aku. Tolong sebut nama dia lagi. Karena Airin putrinya memang sudah meninggal dan dia tidak akan memikirkan putrinya itu lagi. Jadi, aku mohon! Aku mohon. Kalau kalian bisa menganggap aku sebagai putri kalian sesungguhnya. Ya, pak! Ya Bu! Bisa kan?" ucap Airin dan dia menatap kearah Mimin dan juga Parman secara bergantian. Mendengar itu. Parman dan Mimin pun menganggukkan kepalanya dan mereka menyetujui apa yang Airin minta kepada mereka. Mendengar itu, Airin merasa sangat bahagia dan dia tidak merasa khawatir lagi tentang identitas barunya dan juga kehidupan barunya setelah ini. Airin juga merasa sangat bersyukur karena dari kejadian seperti ini. Setidaknya dia mendapatkan banyak hikmah. Hikmah karena dia mengetahui jika, Gavin telah mengkhianatinya serta dia tidak pernah sungguh-sungguh mencintai dirinya dan juga, bagaimana sikap saudara tiri dan ibu tirinya yang benar-benar tidak peduli padanya. Dan untuk ayahnya. Airin tidak bisa mengatakan apapun, karena Airin tidak pernah dekat dengan ayahnya lagi. Airin selalu salah di mata ayahnya dan ayahnya sudah tidak pernah menyayanginya lagi. Hingga, Airin benar-benar merasakan rasa kekurangan kasih sayang dari sosok seorang orang tua. Namun, ketika dia melihat pasangan paruh baya yang ada didepannya. Airin pun merasakan hal yang berbeda. Perasaan ada sosok kedua orang tua yang dia butuhkan selama ini, telah dia temukan. Apalagi, Parman dan Mimin dengan tulus merawatnya selama satu Minggu dalam keadaan tidak sadarkan diri. Itu membuktikan jika mereka adalah orang-orang yang sangat baik. Sehingga Airin. Merasakan jika keputusannya untuk menjadikan mereka sebagai orang tua angkatnya, adalah keputusan yang terbaik untuknya. Sementara itu, Parman dan juga Mimin merasa sangat bahagia. Karena diusianya yang tidak lagi muda. Mereka tidak bisa memiliki anak lagi, karena Mimin mendapatkan dirinya terkena tumor di rahimnya sehingga dia harus menjalani operasi pengangkatan rahim dan dia tidak bisa memiliki anak lagi. Tapi, Tuhan memiliki rencana yang indah untuknya. Karena Tuhan telah mengirimkan Airin untuk menjadi putrinya, walaupun hanya sebagai putri angkat. Setidaknya, Mimin bisa merasakan rasanya sebagai seorang ibu dan bisa memiliki seorang putri yang cantik dan juga baik hati seperti Airin. "Jangan mengatakan itu nak, ibu bersyukur karena kamu mau menjadi putri kami dan kami, kami tidak bisa menjanjikan kebahagiaan yang sama seperti keluarga kamu yang dahulu, karena kami hanyalah orang yang sederhana dan tidak memiliki banyak uang seperti papa kamu. Jadi … kalau Nak Airin merasa kurang nyaman saat bersama kami, maka Nak Airin bisa …." Mimin menghentikan ucapannya dan dia pun segera menundukkan kepalanya. Parman melihat kearah istrinya dan dia pun menyela ucapan istrinya. "Apa yang dikatakan ibu adalah benar. Nak, kami hanyalah orang miskin dan kami, kami takut kalau kamu akan ikut hidup susah dengan kami. Hhhmm ... Apakah kamu, kamu mau hidup susah bersama kami?" Ucap Parman dengan nada lirih dan terlihat dari sorot matanya, dia merasa sedih karena dia tidak akan bisa membahagiakan Airin seperti ayahnya yang bernama Anton Wijaya. Airin pun melihat kearah Parman dan dia menggenggam erat tangannya juga. Airin pun tersenyum dan dia pun menjawab, "Aku tidak peduli dengan uang dan harta kekayaan. Yang aku butuhkan dan yang aku inginkan saat inj adalah sosok kedua orang tua yang mau menyayangi aku dan juga menerima aku sebagai putrinya. Karena bagiku, itu hal yang paling berharga yang aku inginkan saat ini," ucap Airin. Dia pun menarik nafas pendek dan kembali melanjutkan ucapannya lagi, "Jadi, aku mohon. Jangan mengatakan hal itu lagi. Karena aku sudah sangat bersyukur karena kalian mau menerima aku menjadi bagian dari keluarga kalian. Aku berharap, aku bisa menjadi anak yang berbakti untuk kalian berdua dan juga, bisa membahagiakan kalian berdua," ucap Airin dan dia terus meyakinkan kedua orang tua itu, agar mereka tidak terus-menerus merendahkan diri mereka sendiri dan merasa terus menerus membandingkan diri mereka dengan ayahnya yang menurut Airin tidak memiliki hati sama sekali. Mendengar itu, keduanya pun saling memandang satu sama lainnya dan setelah itu, mereka pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda, jika mereka akan sangat setuju. "Baiklah nak. Kami tidak akan mengatakan itu lagi dan kami, kami merasa sangat bahagia. Karena kami memiliki putri yang baik seperti kamu dan juga, bapak akan berusaha lebih keras lagi, untuk membahagiakan kalian berdua," ucap Parman dengan sungguh-sungguh. Mendengar itu semua. Airin pun tersenyum bahagia dan bukan hanya Airin. Bahkan keduanya juga ikut merasa bahagia sehingga suasana ruangan yang tadinya terasa hening dan penuh kesedihan, kini berubah menjadi tawa bahagia yang membawakan Airin ke dalam kehidupan yang baru dengan keluarga yang baru dan juga identitas yang baru. Setelah keduanya tertawa bersama. Parman pun memanggil dokter untuk memeriksa tubuh Airin yang baru saja bangun dari koma. Dokter pun masuk dan memeriksa tubuh Airin yang ternyata sudah baik-baik saja dan jika tidak ada halangan. Airin bisa pulang keesokan harinya. Mendengar kabar itu, ketiganya pun merasa semakin bahagia dan Airin sudah tidak sabar lagi untuk bisa tinggal bersama dengan kedua orang tua angkatnya dan memulai kehidupan barunya serta membalaskan semua dendam kepada orang-orang yang sudah membuatnya menderita selama ini. Setelah Dokter selesai memeriksanya. Airin pun kembali beristirahat dan Parman pergi keluar untuk mengurus surat kepulangan Airin. Sedangkan, untuk Mimin, dia mengemas barang-barang yang harus dibawa nanti ketika pulang. Karena mereka tidak memiliki pakaian anak perempuan. Mimin pun memutuskan untuk pergi ke toko pakaian dan membeli beberapa potong pakaian yang akan digunakan Airin. Sehingga, keduanya pun meninggalkan Airin seorang diri di dalam kamar itu. Airin pun memejamkan matanya dan tidak lama kemudian dia pun tertidur. Namun, ketika dia tertidur. Tiba-tiba, ada seseorang yang datang didalamnya. Seseorang pria yang tidak pernah dia lupakan. Pria pertama yang dekat dengannya ketika dia duduk di bangku sekolah menengah pertama. Pria yang selalu ada bersamanya dan dia jauh lebih baik dari pada Gavin. Dia yang selalu ada ketika Airin sedih dan selalu mendapatkan masalah dari ibu dan juga saudara tirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN