FM - BAB 7

2502 Kata
“Daddy!” Teriak Aubrey saat melihat Diego ternyata sudah pulang. Chalondra yang baru saja pulang dan hendak mandi itu akhirnya ikut keluar dari kamar saat mendengar teriakan anaknya yang memanggil Diego. “Aubreyy anak Daddy.” Diego langsung saja berlutut menyambut anaknya yang berlari itu. Akhirnya keduanya berpelukan dan Diego langsung saja menggendong anak perempuannya itu sambil menciumi seluruh wajah Aubrey membuat anak kecil itu tertawa kegelian. “Daddd geli hahahaa geli Dad.” Teriak Aubrey. “Hai, kamu udah pulang. Kenapa nggak kabarin aku?” Tanya Chalondra sambil memegang lengan Diego, pria itu hanya tersenyum simpul padahal Chalondra sudah menicum pipinya. “Iya nggak sempat.” “Aku nggak suruh orang buatin kamu makan jadinya karena kamu nggak bilang.” “Gapapa, aku udah makan di kantor.” Hal itu benar adanya, karena sore hari tadi ia meminta Lexa memasak untuknya sebelum wanita itu pulang. Diego semoat terpikir menaikkan gaji Lexa lagi agar bekerja satu harian untuknya saja dan tak usah bekerja di tempat lain. Supaya kalau Diego lembur bakalan ada yang memasakkan untuknya. Pastinya akan membayar lebih dengan gaji yang Lexa dapatkan dari minimarket pastinya. “Oh ya? Bukannya yan—” “Aku udah dapat yang baru, malah masakannya kali ini jauh lebih enak dari yang sebelumnya. Aku berpikir akan membawa dia pulang ke rumah kita untuk bekerja di rumah saja, gimana menurut kamu?” “Kalau kamu udah suka aku bisa apa? Bukannya kamu selalu harus di dengarkan?” Entah mengapa kali ini mood Chalondra tidak baik sehingga mengatakan hal itu membuat Diego jadi curiga. Diego menurunkan anaknya itu dan ikut berlutut. “Kamu boleh tunggu Daddy di kamar? Malam ini Daddy akan menemanimu tidur, tapi Daddy harus mandi dulu bolehkan?” “Beneren Dad?” Tanya Aubrey dengan semangat, Chalondra sudah mengernyitkan keningnya karena kesal. “Iya bener, kamu duluan ke kamar dan tunggu Daddy ya.” Aubrey menganggukkan kepalanya dengan semangat, setelah itu ia berlari menuju kamarnya dan menunggu kedatangan Diego. Setelah itu pria itu kembali berdiri dan membawa Chalondra masuk ke dalam kamar. “Kamu ada masalah makanya bilang gitu?” Tanya Diego pelan sambil membuka jasnya. “Kamu mau tidur sama Aubrey? Kamu padahal baru pulang dan memilih tidur sama Aubrey?” Tanya Chalondra dengan kesal. “Justru karena aku baru pulang makanya Aubrey pasti butuh aku. Pasti Aubrey kangen sama Daddynya, kamu nggak lihat tadi dia kesenangan gitu? Jadi akum au temenin Aubrey supaya dia senang.” “Terus sama aku gimana?” Tanya Chalondra. “Kamu kenapa?” Tanya Diego bingung. “Hah sudahlah, kamu juga nggak akan ngerti.” Decak Chalondra sambil menghentakkan kakinya dengan kesal. Padahal Chalondra juga ingin di perhatikan dan ingin tidur dengan Diego malam ini. Sudah lama mereka tidak tidur bersama, walaupun benar-benar tidur dan tak melakukan apa-apa. Bahkan sebelum Diego pergi saja, pria itu malah ketiduran di kamar Aubrey bukan di kamar mereka. Makanya Chalondra sangat kesal, apalagi pria itu pulang nggak bilang. Untung saja dia pulang lebih cepat kali ini dari apartement Gyan, kalau tidak bisa ketahuan kalau dia sering keluar dari rumah. “Kamu habis dari mana? Kayaknya kamu juga baru pulangkan?” Tanya Diego membuat Chalondra mengernyitkan keningnya bingung karena tumben pria itu bertanya dan perduli padanya. Biasanya juga ia tidak pernah mau tahu Chalondra habis dari mana. Padahal Diego seperti itu karena mulai terganggu dengan perkataan Lexa. “Habis ketemu sama temen, biasa pada kumpul.” Jawab Chalondra cuek sambil melepaskan antingnya itu. Diego terdiam, karena pria itu diam akhirnya Chalondra hendak masuk ke dalam kamar mandi. “Kamu mau mandi?” Tanya Diego lagi. “Kelihatannya gimana?” Tanya Chalondra dengan sedikit kesal. “Aku juga mau mandi, yaudah mandi bersama saja.” Chalondra benar-benar speechless dengan Diego yang tiba-tiba mengajaknya mandi bersama. “Kenapa kayak orang aneh gitu? Bukannya biasa kita mandi bersama? Malah kamu yang terus ngajak aku dan terus masuk ke dalam kalau aku lagi mandikan?” Hal itu memang benar adanya, mereka memang biasa mandi bersama. Benar-benar hanya mandi tidak melakukan apapun selain mandi. Walaupun Chalondra sudah menggoda pria itu, namun tetap saja Diego tidak melakukan apapun padanya. Chalondra sudah secara terang-terangan bahkan mengajak Diego untuk mereka melakukan hal gila namun tetap pria itu juga tidak mau. Chalondra juga yang sering sekali masuk ke dalam kamar mandi agar mereka bisa mandi bersama. Chalondra yang paling agresif di antara mereka. “Aneh aja, kamu tiba-tiba mau mandi sama.” Sindir Chalondra. Karena memang selama ini dirinya yang mau dan Diego selalu menolak untuk mereka mau mandi bersama. “Gapapa, kali ini aku lagi kepengen aja mandi bareng kamu. Ayo.” Ajak Diego membuat Chalondra menggelengkan kepalanya. Harusnya Chalondra senang karena Diego mengajaknya mandi bersama, malah seharusnya Chalondra bsia menggoda Diego siapa tahu karena keanehan ini bisa membuat Diego akhirnya menyentuhnya nanti. Hanya saja ia tak bisa melakukan itu sekarang, karena tubuhnya penuh dengan jejak Gyan. Kalau dia tidak menggunakan apa-apa di depan Diego, maka pria itu akan tahu bahwa dirinya sudah bermain gila dengan pria lain. Karena tanda merah yang tinggalkan Gyan sangat banyak bahkan di tempat-tempat sensitive. Mana mungkin ia beralasan alergi bukan? “Kalau kamu mau mandi duluan aja, aku akan mandi setelah kamu.” Diego mengernyitkan keningnya bingung. “Kenapa kamu nggak mau mandi bareng aku?” Tanya Diego penasaran. “Gapapa, aku lagi nggak mood aja mandi bareng kamu. Buruan gih mandi, aku juga mau berendam jadi bakalan lama.” “Yaudah gapapa, ayo bareng.” Chalondra menghembuskan napasnya panjang. “Bukannya kamu yang tadi udah janji sama Aubrey buat nemenin dia tidur? Mau berapa lama Aubrey nungguin kamu? Katanya mau buat dia senang.” Sindir Chalondra buat Diego jadi tidak bisa berbuat apa-apa. “Yaudah kalau gitu, aku duluan.” Diego masuk ke dalam kamar mandi dan Chalondra langsung saja menyiapkan pakaian pria itu dan menunggu di dapur saja agar pikirannya tenang dengan tidak melihat Diego. Moodnya jadi buruk karena Diego. ***** Ke esokkan harinya Lexa kembali melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Membersihkan lantai paling atas terkhusus ruangan Diego. Setelah itu ia akan menyiapkan kopi untuk Diego, istirahat sejenak lalu menyiapkan makan siang untuk Diego. Selalu saja seperti itu, tapi kali ini entah mengapa Lexa mengubah sedikit agendanya. Setelah membuatkan kopi untuk Diego, ia langsung saja memasak makan siang untuk Diego. Setelah selesai menyiapkan makan siang Diego, barulah ia beristirahat. Lexa berjalan naik ke atas menuju ruangan peristirahatan melalui tangga darurat. Lexa memang terbiasa untuk berjalan, sehingga dengan menaiki tangga sudahlah hal biasa bagi Lexa karena sudah terbiasa. Lagian Lexa masih cukup muda untuk bisa melakukan hal itu. “Awwww huaaaaaa hiks.” Lexa kaget ketika mendengar suara orang jatuh lalu berteriak menangis. Maka Lexa dengan cepat naik ke atas guna melihat siapa yang sedang terjatuh itu. Lexa kaget ternyata yang jatuh seorang anak perempuan dan Lexa sadar bahwa yang nangis adalah Aubrey anak dari bossnya itu. Lexa ingat karena pernah melihat foto Aubrey di handphone Diego. Bahkan di meja kerja pria itu juga ada foto anaknya, untuk foto mereka bertiga tidak ada. Hanya foto Aubrey dengan Diego dan satu lagi foto anaknya sendiri. “Kamu gapapa? Yaampun berdarah.” Pekik Lexa kaget saat melihat lutut Aubrey berdarah. “Sakit Tante huaaa.” Tangis Aubrey pecah. “Kamu ikut Tante ya? Biar Tante obatin yuk lukanya.” Lexa langsung saja menggendong Aubrey dan di bawanya ke ruang istirahat. Sampai di sana diletakkannya di Kasur lalu Lexa mengambil kotak P3K. “Kamu tahan sebentar ya? Sakitnya sebentar aja kok, Tante mau kasih kamu obat supaya lukanya cepat sembuh.” Aubrey menganggukkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca. “Kamu namanya siapa?” Tanya Lexa smabil mengobati Aubrey agar anak kecil itu tidak terlalu fokus dengan rasa sakit yang di alaminya. “Nama aku Aubrey Tante.” Jawab Aubrey pelan. “Wahhh namanya bagus sekali, siapa yang kasih kamu nama secantik itu?” “Daddy, kata Daddy karena aku anak yang cantik mirip Daddy jadi namanya Aubrey.” Jawab Aubrey dengan selamat. Kalau sudah menceritakan tentang Daddynya yang sangat menyayanginya itu membuat Aubrey jadi semangat. “Wahh kamu memang anak yang cantik dan manis, mirip sama Daddy.” “Tante kenal sama Daddynya Aubrey?” Lexa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Kenal dong, Tantekan kerja sama Daddynya kamu.” “Wahhh asyikk, aku jadi bisa main sama Tantekan? Kata Daddy aku nggak boleh main atau ngobrol sama orang yang nggak di kenal. Karena Tante kenal sama Daddy saling kenal, ajdi aku bisa main sama Tante iyakan?” Lexa jadi tertawa mendengar permintaan Aubrey. “Iya dong pasti boleh, Tante juga senang mau main sama kamu. Nanti kalau lukanya udah kering, kita main ya?” Aubrey menganggukkan kepalanya dengan semangat. Lexa memang juga bisa dekat dengan anak-anak. Karena dia memang juga pernah bekerja untuk menjaga anak-anak. Sayang saja mereka harus pindah makanya Lexa tak bisa ikut. Pengalaman bekerja Lexa memang sangat banyak. “Aubrey kenapa bisa ada di tangga tadi? Mommynya Aubrey kemana?” Tanya Lexa penasaran. “Aku tadi ikut sama Daddy karena hari ini libur sekolah. Mommy nggak ikut ke sini. Tadi Daddy lagi ketemu sama temennya, jadinya aku sendirian di ruangan Daddy. Tapi akunya bosan, jadinya keluar deh akhirnya turun dari tangga sekalian cari Daddy eh malah jatuh.” Kata Aubrey menjelaskan, Aubrey memang anak yang pintar sangat mirip dengan Diego yang juga pintar. “Aaaa begitu, kamu umurnya berapa?” Tanya Lexa lagi, karena sedikit lagi ia selesai mengobati luka Aubrey. “Udah lima tahun Tante, kata Daddy aku mau pindah sekolah karena umurnya mau tambah. Aku bentar lagi ulang tahun, nanti kalau aku ulang tahun Tante datang ya? Nanti aku bilang sama Daddy. Tante namanya siapa? Tantekan udah tahu nama aku, harus gantian dong.” Lexa dibuat lagi tertawa karena Aubrey yang bijak. “Nama Tante Lexa, kamu bisa panggil Tante Lexa.” Kata Lexa seperti suara anak-anak. “Okedeh Tante Lexa, senang bisa ketemu sama Tante. Apalagi Tante baik nolongin aku waktu jatuh.” Senyum Lexa mengembang. “Sama-sama sayang, lain kali kamu hati-hati ya?” Aubrey menganggukkan kepalanya mengiyakan. “Kita tunggu di sini sebentar ya sampai obatnya kering, baru deh kita main lagi ke bawah gapapakan?” “Oke Tante, aku juga capek karena turun tangga tadi.” Lagi Lexa di buat ketawa sama tingkah lucu Aubrey. Maka Lexa menaikkan Aubrey lebih ke dalam lagi agar ia bisa berbaring di samping Aubrey. Tempat tidur tersebut dua tingkat dan mereka tidur di bagian bawah. Keduanya sama-sama berbaring dan akhirnya Lexa memilih untuk bercerita. “Kamu kalau es krim sukanya apa?” Tanya Lexa guna memenuhi obrolan mereka. “Sukanya rasa stroberi Tante. Tapi Daddy suka nggak kasih kalau aku minta, katanya kalau kebanyakan dan keseringan buat gigi aku jadi sakit. Jadi Daddy kasihnya kalau aku lagi nangis aja. Padahal es krim stroberi enakkan Tante?” Lexa tertawa. “Yang di bilang Daddy kamu benar, kalau kebanyakan juga bisa buat sakit. Emang kamu mau sakit? Sakitkan nggak enak.” Aubrey menganggukkan kepalanya. “Iya Tante emang nggak enak.” “Oh iya kamu biasanya paling dekat sama Daddy atau Mommy?” Tanya Lexa penasaran. “Sama Daddy, karena Daddy baik banget sama aku. Walaupun Daddy sibu, tapi suka telepon aku. Kalau pergi lama karena kerja pasti aku di bawain hadiah. Setiap malam Daddy juga bakalan temenin aku baca buku cerita sampai aku tidur. Daddy juga suka nemenin aku buat tidur.” Kata Aubrey dengan semangat. “Emang Mommy enggak gitu?” Aubrey menggelengkan kepalanya. “Mommy juga selalu sibuk tapi nggak suka telepon aku. Mommy juga nggak pernah nemenin aku tidur atau bacain cerita. Kita sering sama kalau ada Daddy aja, kalau Daddy kerja Mommy juga pergi. Jadi aku suka main sendirian di rumah.” Ucap Aubrey dengan sedih, Lexa jadi tak tega dengan cerita Aubrey yang sedih itu. Lexa paham kalau Diego bekerja, apa mungkin istri dari bossnya itu juga bekerja pikirnya. Buat apa lagi bekerja kalau dengan Diego saja semuanya sudah tercukupi bukan? Kasihan Aubrey jadi kehilangan kasih sayang orangtuanya dan nggak dapat perhatian sepenuhnya. Kalau ia ada di posisi istri bossnya itu lebih baik ia di rumah saja mengurus anak nggak capek pikirnya. Lexa menggelengkan kepalanya saat pikirannya mulai memikirkan hal yang tak masuk akal. Karena Lexa mendapatkan kasih sayang yang penuh sebelum Ayahnya pergi meninggalkan mereka. Lexa paham bagaimana rasanya tak diperhatikan, karena anak yang pernah di jaganya dulu seperti itu. Kedua orangtuanya sibuk bekerja dan akhirnya membuat anaknya kekurangan kasih sayang. Untung saja ada Lexa yang bisa menemaninya. Hanya saja tetap semua itu tak cukup, karena kasih sayang orangtua pasti jauh lebih baik bukan? “Tadi malam Daddy bacain cerita apa sama kamu? Coba ceritain sama Tante dong, manatau Tante jadi suka sama cerita kamu.” Tanya Lexa mengalihkan, supaya Aubrey tidak mengingat kembali hal sedih tentang Mommynya itu. Akhirnya mengalirkan cerita Aubrey tentang tadi malam, apa yang di bacakan Diego untuknya sampai akhirnya dia tertidur. Setelah Aubrey cerita, maka gantian Lexa yang cerita sampai akhirnya anak kecil itu tidur. Lexa melihat jam, masih ada waktu untuk mereka tidur sebelum Diego makan pikirnya. Maka Lexa juga ikut bergabung dengan Aubrey untuk tidur sejenak, karena memang tujuannya di awal tadi untuk itu. Tanpa mereka tahu terkhususnya Lexa bahwa Diego sudah kelimpungan mencari keberadaan Aubrey yang tidak di temukan itu. Bahkan Diego sudah mengerahkan karyawannya untuk mencari anaknya. Sangkin paniknya Diego tak kepikiran sama sekali melihat CCTV. Ia takut anaknya hilang dan terjadi sesuatu. Alarm Lexa bunyi menandakan bahwa ia harus mengantar makanan untuk Diego. Maka itu Lexa membangunkan Aubrey agar anak dari bossnya itu ikut bersamanya. Bagaimanapun Aubrey juga harus, makan syukur hari ini Lexa tidak masak makanan yang pedas. Jadi Aubrey bisa ikut makan kalau memang mau. “Hey, anak cantik bangun yuk. Tante harus anter makanan sama Daddy kamu, ikut ya? Biar kamu juga ikut makan.” Aubrey bangkit untuk duduk sambil mengucek matanya. “Tapi katanya kita mau main, Tante mau ingkar janji ya? Daddy bilang kalau ingkar janji itu nggak boleh loh.” Lexa tersenyum melihat kebijakan Aubrey itu. “Kita jadi kok mainnya, tapi setelah makan siang ya? Nanti kalau kita main kamunya kelaparan terus perutmya sakit gimana? Tante nggak mau ahh temenan sama Aubrey kalau sakit nanti Daddynya Aubrey marah lagi sama Tante..” Ancam Lexa. “Yaudah deh Tante ayo kita makan. Tapi beneren ya setelah makan, kita main Tante jangan bohong sama aku ya?” Lexa menganggukkan kepalanya mengiyakan Aubrey. Akhirnya mereka turun dari tempat tidur dan Lexa menggandeng tangan Aubrey dan membawa anak dari bossnya itu menuju ruangan Diego terlebih dahulu sebelum mengambil makan siang untuk anak dan bossnya itu. “Masih belum ketemu juga?” Tanya Diego dengan panik karena masih belum ditemukan anaknya semakin membuat Diego kelimpungan. “Belum Pak.” Emosi Diego juga sudah meledak-ledak tadi pada karyawannya karena gagal menemukan anaknya. “Lihat CCTV sekarang di mulai dari ruangan saya kemananya anak saya pergi! Sekarang cepat! Saya harap kalian sudah dapat hasilnya, jangan sampai nggak dapat lagi!” Teriak Diego marah. Namun sebelum ia naik lift untuk menuju ke atas, Diego melihat anaknya sedang berjalan dengan Lexa dengan bergandengan tangan membuat emosi Diego memuncak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN