2. Bertemu Mantan

1310 Kata
Suara notifikasi pesan pada ponsel Lukas berbunyi, pria itu segera mengambilnya dari saku jaket bombernya. Senyumnya merekah saat melihat nama sang kekasih yang tertera. Namun sedetik kemudian, senyuman itu berganti dengan amarah bercampur kekecewaan. Tangan kirinya mengepal dengan kuat setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Vero. My Babe: Kak, maaf banget aku nggak bisa ikut antar Kakak ke bandara. Ada urusan mendesak yang harus aku kerjakan. Semoga perjalanan Kakak menyenangkan. Lukas menggeram kesal, padahal ini terakhir kalinya mereka akan bertemu, tapi Vero seakan menyepelekannya. Lukas mengembuskan napas berkali-kali, menjaga agar emosinya bisa tertahan. Karmila yang melihat gelagat sang putra, tampak menyunggingkan senyum sinisnya. Tentu saja dia sudah tahu siapa yang mengirimkan pesan pada putranya. Namun, Karmila segera menetralkan raut wajahnya, lalu berkata dengan nada simpati kepada Lukas yang masih terlihat penuh amarah. "Kenapa wajahmu murung seperti itu, Nak?" tanya Karmila dengan wajah berpura-pura tidak tahu. "Aku baru dapat pesan dari Vero, kalau dia nggak bisa datang mengantarku pergi, padahal ini terakhir kalinya kami bertemu," ucap Lukas dengan nada kecewa. "Kok bisa, Nak? Setahu Mama, Vero itu sangat mencintai kamu, tapi kenapa dia nggak mau nganterin kepergian kamu?" tanya Karmila yang semakin menyalakan bara api di dalam hati Lukas. Lukas hanya terdiam, merasakan kekecewaan mendalam kepada sang kekasih. Pria itu kembali mengembuskan napas berulang kali untuk meredam amarah yang kian sulit ditahan. Sementara Johan hanya diam melihat percakapan keduanya. Sesekali pria itu bergantian menoleh kepada istri dan putranya. Johan tampak menggelengkan kepala sebelum bicara pada Lukas. "Jangan gampang emosi hanya karena masalah sepele! Coba berpikir positif aja! Dia nggak datang pun, kalian masih tetap bisa komunikasi," ucap Johan seraya menepuk bahu sang putra. Lukas pun sedikit lebih tenang setelah mendengar ucapan sang ayah. "Benar juga apa yang Papa bilang. Siapa tahu Vero memang ada urusan mendesak. Ya udah, aku mau beli minum dulu, ya," ucap Lukas, segera bangkit dari posisi duduknya dan beranjak pergi. "Baguslah! Akhirnya, wanita rendahan itu mengerti di mana posisinya." "Mama ngomong apa barusan?" tanya Johan yang merasa seperti mendengar Karmila bicara. "Nggak apa-apa, Pah! Papa mungkin salah dengar," elak Karmila yang tak mau sang suami curiga dengannya. Sementara itu, Lukas yang baru berjalan beberapa langkah kembali berhenti karena ponselnya berdering, dia melihat sebuah nama dari seorang wanita yang satu jurusan dengannya. Membuat Lukas mengernyitkan dahinya. "Tumben banget nih orang telepon," gumam Lukas sebelum mengusap layar ponselnya. "Lukas, lo di mana?" Suara wanita yang tegas menyapa indra pendengarannya. "Gua ada di bandara mau flight ke London. Gua mau lanjut S2 di–" Sebelum Lukas menyelesaikan perkataannya, wanita itu sudah memotong ucapannya. "Pantas aja tuh cewek berani. Sebentar, gua kirimin foto-foto yang tadi gue ambil, ya!” "Foto? Foto apa? Nggak jelas banget ini orang." Decakan kesal keluar dari mulut Lukas yang kembali melanjutkan langkahnya sambil memasukan ponselnya ke dalam saku jaket. Usai membeli minuman, Lukas tampak menyesap es kopinya dan bersiap kembali ke tempat di mana kedua orang tuanya menunggu. Saat di tengah jalan, lagi-lagi ponselnya berbunyi, kali ini Lukas melihat sebuah pesan dari nomor yang sama dengan yang tadi menghubunginya tampak mengirim sebuah foto. Pria itu langsung membukanya. Seketika tubuhnya membeku. "Nggak mungkin. Vero nggak mungkin mengkhianatiku. Ini pasti ada kesalahpahaman," ucap Lukas, tatapan terlihat hampa saat menatap foto-foto yang menampilkan kekasihnya tengah bermesraan dengan pria lain. Meski beberapa kali ingin menampik apa yang dilihatnya. Namun, rasanya itu mustahil karena apa yang ditunjukan foto-foto itu benar-benar sulit terbantahkan. Bahkan tanpa sadar, Lukas menjatuhkan gelas kopi yang tinggal setengah itu, menimbulkan sedikit keributan karena cairan berwarna coklat itu mengenai sepatu sport pink milik seorang gadis yang sedang berjalan terburu-buru. Keributan terjadi di antara keduanya sampai Kamila datang melerai. "Berhenti! Lukas apa-apaan kamu bertengkar sama perempuan!" "Aku mau ganti sepatu dia yang kena tumpahan kopiku, tapi dia malah anggap aku modus," ungkap Lukas dengan nada kesal menjelaskan pada sang ibu. Ucapan Lukas ternyata disambut penuh amarah oleh wanita itu. Kamila pun kembali melerai perdebatan yang terjadi di antara mereka, “Sudah, Lukas! Kamu pergi aja duluan ke papamu, sebentar lagi pesawat akan lepas landas. Masalah ini biar Mama yang urus, Mama yang akan bicara sama mbaknya.” Lukas pun segera meninggalkan keduanya meski masih merasa kesal dengan wanita arogan itu. "Mana mamamu?" tanya Johan saat tak melihat Karmila bersama putranya. "Mama sebentar lagi ke mari," jawab Lukas singkat. Johan yang mengetahui telah terjadi sesuatu hanya dapat terdiam, nanti saja dia akan bertanya kepada Karmila apa yang terjadi pada putra mereka. Sepuluh menit kemudian, Karmila menyusul. Entah kenapa Johan merasa aneh saat melihat raut bahagia di wajah wanita yang sudah bersama dengannya selama 30 tahun itu. Sementara Lukas, kembali dikuasai amarah saat melihat foto-foto Vero di ponselnya. Di foto pertama, Vero terlihat menggandeng tangan seorang pria dengan senyum merekah, disusul foto kedua di mana Vero sedang menyuapi pria itu makan, foto ketiga dan seterusnya fokus Lukas hanya tertuju akan kebersamaan Vero dengan pria yang entah siapa. Dia sendiri baru pertama kali melihatnya. Namun, tak bisa dia tampik jika pria itu tak kalah tampan darinya. "Sial!" umpatan kasar tak lama keluar dari bibir Lukas. Karmila semakin menyunggingkan senyum puasnya yang segera dia rubah saat bertanya kepada sang putra. "Lukas! Mulutnya. Ada apa sampai kamu berkata kasar seperti itu?" Lukas menatap Karmila lalu menunjukkan foto-foto itu kepada sang ibu. "Ya ampun, Vero selingkuh! Pantas saja dia nggak mau datang nganterin aku, ternyata dia lagi asyik sama selingkuhannya," ucap Karmila dengan nada prihatin. "Mama berarti nggak salah orang, empat bulan lalu Mama juga lihat cewek yang mirip Vero lagi makan berdua di mal, tapi Mama nggak mau bilang aja sama kamu. Mama takut salah orang waktu itu. Kalau tahu itu dia benar selingkuh, udah Mama suruh putus sama kamu saat itu juga. Lukas, kamu lebih baik lupakan dia! Mama akan jodohkan kamu sama anak teman Mama. Mama jamin perempuan pilihan Mama itu nggak aneh-aneh dan pastinya sepadan dengan kita." Karmila sengaja terus memengaruhi pikiran Lukas agar sang putra semakin membenci Vero. "Terserah Mama aja.” Lukas memilih kembali diam. Tak ingin mendengar ucapan sang ibu terus bicara soal perselingkuhan Vero di depannya. Namun, di dalam hati, pria itu benar-benar menyimpan dendam karena tidak terima dengan pengkhianatan Vero. Rasanya sungguh menyakitkan. Gadis yang selama ini dicintainya, ternyata tidak lain adalah seorang penipu. “Awas kamu, Vero! Aku nggak akan pernah lupa sama pengkhianatan ini. Suatu saat nanti, kamu akan membalas semua rasa sakitku. Mungkin tidak sekarang, tapi nanti saat aku kembali!” Lukas bermonolog sendiri. Mengepal erat tangannya saat amarah semakin mengusik hatinya. *** Lima tahun kemudian, di sebuah ruangan kantor, seorang wanita tampak berkutat dengan laporan keuangan yang harus dia selesaikan sebelum pulang ke rumahnya. Namun, baru saja dia menuju pantry, suara teriakan mencegah langkahnya. "Vero! Semua staf keuangan diminta untuk menghadap GM yang baru di ruangannya." Mata Vero melebar saat mendengarnya, dengan langkah tergesa-gesa dia pun mengikuti langkah kaki temannya itu. "Semua staf keuangan sudah berkumpul, Pak," tutur manager keuangan setelah melihat Vero dan satu staf lagi masuk bersamaan. "Bagus, saya mau berkenalan satu persatu dengan mereka." Vero yang sejak masuk ruangan memang belum melihat atasan barunya pun sontak saja terkejut saat mendengar suara itu begitu dikenalinya. Suara tegas dan berat yang kembali didengarnya setelah bertahun-tahun lamanya. “Nggak mungkin ….” Vero menatap ke depan. Melihat sang atasan baru tengah masih memunggungi semua staf yang sejak tadi sudah menunggu untuk berkenalan. Meski gugup, Vero coba berbiasa saja sampai sang GM membalikan tubuhnya dan benar seperti dugaannya, pria itu adalah mantan kekasihnya. “Lukas ….” "Perkenalkan nama saya Lukas Harfandi. Saya adalah General Manager yang baru di kantor ini. Semoga kita bisa bekerja sama, ya." Vero menghela napas kasar saat melihat tatapan Lukas yang seperti menyimpan kebencian padanya. Rasa gugup mulai menyerang saat Lukas sudah berdiri di hadapannya. "Akhirnya, kita bisa bertemu lagi, Vero. Aku harap kamu akan menikmati neraka yang akan kuciptakan untukmu di sini," ucap Lukas mendekatkan bibirnya pada telinga Vero hingga membuat wajah wanita itu semakin pucat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN