Hari sudah mulai gelap, dan Elea kehilangan arah. Dia tidak tahu jalan untuk membawanya keluar dari tempat ini. setiap kali Elea mengikuti petunjuk dari pohon, maka pada akhirnya tanda itu hilang. “Tetap tenang,” ucapnya pada diri sendiri. Elea menahan diri untuk tidak menangis. “Gak papa, pasti bisa keluar. Ayo jalan lagi.” Mengepalkan tangan melawan rasa takut, matahari sudah mulai tenggelam, “Elea, lu pasti bi──Aaaaaa!” BRUK! Elea jatuh berguling ke bawah. “Aw, sakit.” Memegang kakinya yang kini berdarah, Elea tidak bisa lagi menahan air matanya. Dia menyeka air matanya kasar sambil tersedu. “Mama…. hiks…. Mau pulang.” Memaksakan dirinya untuk tetap melangkah, sampai Elea mendengar suara gemercik air. Langsung mendekat ke sungai dan membersihkan lukanya. “Sakit… mau pulang, Mama….”