Arthur memandang cucunya yang tampak mengeluarkan aura yang dulu sering ia keluarkan, obsesi.
Pria tua itu mendirikan tubuhnya lalu meraih album yang di bawa oleh Alaizya, ia membacanya pelan lalu menatap Alaizya lagi. "Kemarilah!" ucap Arthur sangat lembut.
Gadis itu mengikuti ucapan Arthur, ia menjalankan kakinya mendekati sang Grandpa dan duduk tenang di kursi.
Arthur ikut duduk di kursi kebesarannya, ia menatap manik Alaizya yang tampak memerah memancarkan kemarahan, tangan Arthur mengulur meraih telapak tangan sang cucu kemudian ia kecup lembut. "Principessa, kau sungguh ingin mengetahui semua ini?" tanya Arthur berusaha membuat gadis itu melupakan keinginannya.
"Tentu iya Grandpa, kenapa Grandpa tanyakan itu?" tuding Alaizya balik.
Arthur menelan salivanya pelan lalu mengangguk. "Karena ini otomatis akan merubah kehidupanmu," ujar Arthur diangguki oleh Alaizya.
"Aku siap dengan apapun yang terjadi, Grandpa. Kau hanya perlu katakan apa yang sebenarnya terjadi," ujar Alaizya semakin menekan.
Arthur menganggukkan kepalanya lalu membuka album yang di bawa oleh cucunya tersebut. "Lama sekali sebelum kau ada bahkan sebelum Daddymu ada, Grandpa hidup dalam kegelapan dimana tak ada kasih sayang dan jiwa manusiawi dalam diri Grandpa. Grandpa selalu menyelesaikan masalah dengan otot tanpa pikir panjang, oleh karena itu Brian menemani Grandpa apapun yang terjadi, dan ternyata sifat Grandpa seperti itu memang dibentuk secara sengaja oleh seseorang, dan orang itu adalah paman Grandpa sendiri. Grandpa melihat kedua orang tua Grandpa mati di depan mata Grandpa, Ala. Mereka mati tertembak, dan mulai saat itu, Grandpa bersumpah untuk memburu siapapun yang membunuh mereka. Hingga akhirnya Grandpa tau, Grandpa hidup dalam lingkungan Regnarok, seperti yang kau duga. Regnarok adalah organisasi gelap, a mafia."
Alaizya menelan salivanya mendengar penjelasan Arthur, terlebih pria itu tampak menggertakkan giginya. "Grandpa berhasil membunuh orang yang membuat kedua orang tua Grandpa mati, namun Grandpa mendapatkan sesuatu yang sulit dijelaskan dalam Regnarok hingga akhirnya Granpa tetap mendirikan Regnarok hingga menjadi penguasa di Eropa bahkan di Amerika dan negara besar lainnya, Regnarok tersebar rata dan semua membuat mafia lain takut dan mereka takluk pada Regnarok, namun diantara mereka tidak menyukai kekuasaan Grandpa hingga akhirnya Daddymu menjadi korban. Grandpa sama sekali tak berniat memberi tau Daddymu perihal ini, namun ia di culik dan kejadian itu pula menjadi alasan Grandpa membeberkan semuanya pada Daddymu. Alhasil ia melanjutkan kekuasaan Grandpa."
"Daddy menjadi ketua Regnarok?" tanya Alaizya diangguki oleh Arthur.
"Daddymu mesin pemburu yang dimiliki oleh Regnarok, Ala. Dia bahkan berhasil menjadi pemimpin tertinggi organisasi ketua mafia di dunia atau disebut The Highest Table dia menjadi pemimpin yang sangat disegani. Namun saat ia memikirkan dirimu, ia memutuskan untuk meninggalkan masa kelamnya dan membubarkan Regnarok agar hidupmu sepeeti anak gadis pada umumnya. Ia tau kau jenius Ala, Daddy mu melihat itu sedari kau kecil, oleh karena itu kau selalu di sembunyikan olehnya. Ia hanya takut orang-orang dari masa lalunya berhasil melukaimu, karena jika itu terjadi, Leonardo akan hancur," ujar Arthur dengan hembusan napasnya yang berat.
"Dan masalah album itu, kau benar. Itu adalah deretan kasus yang berhasil dipecahkan Regnarok dari kepimpinan pertama hingga Daddymu," ujar Arthur serius.
Alaizya tampak berpikir keras, kerutan di dahinya berhasil membuat Arthur sadar. "Sekarang, apa yang akan kau lakukan setelah mengetahui semua ini?" tanya Arthur dibalas tatapan penuh obsesi di maniknya.
"Grandpa, kalian sudah menjagaku dengan baik dan aku sangat bersyukur memiliki kalian, namun saat ini aku sudah besar Grandpa, aku ingin menjalani kehidupan ku yang aku inginkan dengan caraku sendiri tanpa sembunyi lagi atau sejenisnya, aku ingin mengembalikan apa yang kita miliki," jelas Alaizya semakin membuat Arthur gugup, jujur saja. Melihat keteguhan yang terpancar dari manik gadis itu, Arthur sudah tau maksudnya.
"Izinkan aku membangkitkan kembali Regnarok, Grandpa," pintanya pada Arthur.
Arthur menghela napasnya, sesuai dengan yang ia prediksikan. Pria yang sudah berumur itu mengusap lembut sisi wajah sang cucu. "Kau tak tau betapa kerasnya kehidupan itu, Ala. Kehidupan dimana orang terdekat mu dapat menjadi rivalmu sendiri, penghianat bak jamur yang tumbuh di mana saja bahkan di dekatmu sekalipun, kehidupan dimana jika kau sudah membunuh satu orang maka kau akan haus darah, kehidupan dimana kau akan merasa puas disaat melihat banyaknya penyiksaan pada manusia lain_"
"Persetan dengan semua itu, Grandpa. Aku yakin aku akan mengembalikan kekuasaan Regnarok dan aku berjanji aku akan tetap mengingat kalian tanpa membutakan mataku. Percayalah Grandpa, aku mampu lakukan semua ini. Aku mampu membangkitkan Regnarok dari tidur panjangnya, sekarang ia akan bangun dan menguasai kembali Eropa dan negara besar lainnya," ucap Alaizya penuh keinginan.
Arthur menghela napasnya pelan, percuma ia menolak gadis itu karena apapun akan ia lakukan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, jangankan Regnarok ia bahkan mampu melakukan hal di luar nalar. "Grandpa akan memberikan kuasa Regnarok jika kau berhasil menguasai yang orang-orang Grandpa tau mengenai dunia ini," ucap Arthur memberi syarat.
Alaizya menganggukkan kepalanya cepat. "Apa yang harus aku lakukan?"
Arthur menerawang ke atas lalu menatap wajah cantik putri Leonardo itu. "Pertama belajarlah menjadi sniper tangguh seperti Brian, kedua jadilah hacker hebat seperti Matthew dan belajarlah bela diri pada Grandpa."
"Itu mudah, aku sudah bisa semuanya," ucapnya cepat.
Arthur tersenyum, memang benar gadis itu mampu semua yang Arthur ajukan. "Maka kau hanya perlu pembuktian," jelas Arthur diangguki cepat oleh Alaizya.
"Namun kau harus melewati satu syarat lagi, Ala." Arthur berkata pelan, gadis itu segera mengangkat pandangannya menatap sang Grandpa.
"Kau harus bisa menguasai samurai seperti Daddymu, Grandpa tau itu tak akan mudah karena Daddymu sangat tak ingin kau mempelajari hal yang tak seharusnya kau pelajari. Namun Grandpa yakin kau dapatkan hal itu, Ala. Karena setelah kau menguasai yang Daddymu ajarkan, maka kau akan Grandpa bawa ke The Highest Table untuk mengumumkan kembalinya Regnarok."
Alaizya tersenyum, sebuah tantangan menyambutnya di depan mata dan itu adalah Daddy-nya sendiri. "Aku siap, Grandpa. Aku akan kembali setelah aku dapatkan apa yang aku butuhkan dari Daddy," ucap Alaizya dengan mendirikan tubuhnya lalu mencium sekilas pipi Arthur.
"Grandpa percaya kau mampu, Ala. Kembalilah secepatnya," ucap Arthur diangguki cepat oleh Alaizya.
Gadis itu menganggukkan kepalanya lagi, dan dengan langkah cepat keluar dari ruangan sang Grandpa melewati tangga dan berhenti tepat di hadapan Tabitha. "Principessa? Kau akan pergi lagi?" tanya Tabitha diangguki oleh Alaizya.
"Aku akan kembali secepatnya Grandma, jangan takut," ucapnya dan mencium pipi Tabitha lalu keluar dari mansion Arthur dan memasuki jet pribadinya.
"Aku akan dapatkan restumu, Dad," gumamnya dengan senyum miring.
••×••
Dengan langkah kaki yang cepat, Alaizya memasuki mansion keluarganya, gadis itu tampak sangat tergesa-gesa dan hal itu terlihat oleh sang Mommy, Florence.
"Hei, Principessa. Ada apa?" tanya Florence sedikit risau. Wanita itu menatap anak gadisnya yang tiba-tiba duduk di bawah kakinya.
"Where's my Daddy?" tanyanya dengan napas yang memburu.
Florence menghela napasnya pelan, ia mengusap sangat lembut sisi wajah Alaizya. "Ada, dia di kamar baru saja pulang, katanya ia tak jadi menginap di California, urusannya sudah di handle oleh Uncle Reo," jelas Florence diangguki oleh Alaizya.
Gadis itu mengecup lembut pipi Florence dan berlalu tanpa mendengarkan kalimat terakhir yang di ucapkan sang Mommy, Alaizya menaiki tangga dengan cepat dan berakhir tepat di depan pintu berwarna hitam yang menjadi kamar sang Daddy. "Dad," panggilnya lembut. Tak terdengar sahutan dari dalam, Alaizya berdecak pelan. "Dad? Kau di dalam?" ucap gadis itu tak menyerah.
Tak lama terdengar suara Leonardo berdehem, Alaizya menarik ujung bibirnya sehingga terlukis senyum miring yang sedikit menyeramkan di bibirnya. "Daddy di dalam Principessa, masuklah!" ujar Leonardo menyahuti dari dalam kamar.
Alaizya yang mendengar sahutan dari sang Daddy segera memutar knop pintu seraya mendorongnya, gadis itu dapat melihat Leonardo yang tengah menghadap jendela dengan segelas vodka di tangannya. "Ada apa Principessa?" tanya Leonardo tanpa melihat ke belakang. Alaizya menjalankan kakinya dan mendudukkan tubuhnya tepat di kursi yang bersebelahan dengan posisi Leonardo.
"Langsung ke intinya saja Dad, aku lelah terus berbasa-basi," ujar Alaizya membuat Leonardo menatap ke samping dan melihat putrinya dengan satu alis yang terangkat.
"Apa maksudmu? Inti apa?" tanya Leonardo membuat Alaizya mendirikan tubuhnya dan mendekati Leonardo hingga ia berdiri tepat di depan sang Daddy.
Mengehela napasnya dan menatap sang Daddy dengan manik tajamnya, Alaizya berucap dengan nada rendahnya. "Aku tau semua masa lalumu, Dad. All of you," ujar Alaizya yang menciptakan kerutan di dahi Leonardo.
Pria itu meletakkan segelas vodkanya di atas meja, ia meraih tangan putrinya dan menciumnya lembut. "Apa yang kau ketahui, Principessa?" tanya Leonardo lembut.
Alaizya menggelengkan kepalanya pelan. "Semuanya Dad, semua yang kau sembunyikan dari diriku, semua yang menjadi alasan kau menyembunyikan ku. Dan aku senang akhirnya aku dapat fakta itu," ujar Alaizya.
Leonardo membalikkan tubuhnya, sejujurnya ia sudah menduga ini pasti akan terjadi. Alaizya bukan gadis biasa ia menyadari itu, percuma ia sembunyikan kebenaran namun anak itu terlalu cerdas dan Leonardo yakin hal ini akan terjadi. "Lalu sekarang kenapa kau menemuiku, Alaizya?" tanya Leonardo dengan memasukkan satu tangannya di saku celana.
Alaizya berjalan dan berhenti tepat di hadapan Leonardo. "Aku ingin kau mengajariku samurai, hanya itu," pinta Alaizya dengan tatapan penuh obsesinya.
Leonardo menggelengkan kepalanya pelan. "Kau boleh saja mengetahui kebenaran ini, Ala. Namun apapun yang terjadi tak akan Daddy biarkan kau terjerat di dalam dunia itu, tidak kau ataupun Evander. Kalian putra putri Daddy, dan sampai kapanpun Daddy akan menjaga kalian seperti Daddy menjaga diri Daddy sendiri, jadi sampai kapanpun jangan pernah bermimpi kau dapatkan hal itu dari Daddy," ucap Leonardo dalam mode pedasnya.
Alaizya menengadahkan kepalanya, ia tersenyum miring. "Begitukah? Katakan. Apa ini juga karena gander? Karena aku seorang wanita kau melakukan semua ini, Daddy? Aku mampu bertahan dalam dunia yang kau sebutkan tadi dan percayalah aku tak akan mengecewakan mu," ucap Alaizya masih tak mau kalah.
"Alaizya, Daddy hanya tak ingin kau jatuh di lubang yang sama."
"Apapun Dad, aku akan dapatkan yang seharusnya menjadi milik kita. Aku berjanji dan untuk janji itu aku butuh kau."
"Maafkan aku Principessa, tapi kau tak bisa."
"Daddy tak percaya padaku? Harus apa aku agar Daddy mau nengajariku?"
"Kau tak bisa," ucap Leonardo namun urat sudah terlihat di lehernya.
"Aku bisa Dad."
"YOU CAN'T ALAIZYA! WHATEVER YOU WANT TO DO, BUT YOU CAN DO IT WITHOUT ME!" teriak Leonardo plus dengan sentakkan tajamnya.
Alaizya menggelengkan kepalanya tak menyangka, untuk pertama kali sang Daddy menyentaknya tajam. Dengan sesak yang menikam d**a, Alaizya beringsut keluar dari kamar Leonardo namun ia menghentikan langkah kakinya sejenak. "Aku akan lakukan apapun, Dad," ucapnya pelan namun masih bisa di dengar oleh telinga Leonardo.
Dengan langkah kaki tegapnya, Alaizya menelusuri lorong menuju kamarnya, gadis itu tak mengeluarkan air matanya sama sekali, ia hanya merasa sesak saat sang Daddy meninggikan suaranya.
"Kak!"
Panggilan dari Evander sama sekali tak diindahkan oleh Alaizya, gadis itu tetap dalam tujuannya yaitu kamarnya. Ia tak perduli Evander yang berlari mengejarnya hingga akhirnya lengan Alaizya di tahan oleh adiknya. "What wrong with you?" tanyanya sedikit risau.
Alaizya menggelengkan kepalanya ia menghembuskan napasnya. "I'm okey Evan, I’m just tired," ucapnya alasan.
Evander menggelengkan kepalanya cepat seakan mengetahui saudaranya ini tengah berbohong. "Kau bohong Kak, aku mengenalmu sejak kecil dan kau selalu mengerjakan pekerjaanmu dengan sempurna kau tak mengindahkan tubuhmu yang lelah. Namun sekarang? Kau beralasan lelah? Sungguh aku tak percaya dengan ucapanmu itu," ujar Evander semakin membuat Alaizya menatap sang adik dengan tatapan sendunya, gadis itu tak menangis namun kesedihan begitu terlihat di maniknya.
Evander yang mengerti dengan keadaan kakaknya pun segera melangkahkan kakinya memasuki kamar sang kakak, ia dudukkan Alaizya di tepi ranjang sementara Evander sendiri meraih botol wine dan menuangkan isinya di gelas, ia menyerahkan gelas berisi wine itu pada Alaizya. "Minumlah, kurasa kau buruh sedikit ketenangan," ucap Evander pelan.
Alaizya meraih gelas dari Evander dan meminumnya hingga tandas. "Sekarang apa yang terjadi? Katakan, Kak!" tekan Evander.
Alaizya menghembuskan napasnya pelan. Perlahan ia menceritakan semua yang ia dengar dari Arthur ia pun menceritakan perihal Leonardo yang meninggikan suaranya tadi, sontak saja hal itu membuat Evander membeku di tempatnya, ia juga bahkan tak mengedipkan matanya. "Bagaimana menurutmu, Evan?" tanya Alaizya mencari dukungan namun Evander masih dalam lamunannya. Alaizya yang menyadari hal itu langsung menepuk lengan atas sang adik. "Evan!" sentaknya.
Evander mengerjabkan matanya beberapa kali sebelum menatap sang Kakak dengan tatapan penuh pujian. "Our family is mafia?" tanya Evander diangguki cepat oleh Alaizya. Pria itu membuka mulutnya dan membentuk huruf "o" dengan matanya yang berbinar.
"That's so amazing, i can believe that! We are wariors! We are a criminal!"