Suasana menjadi hening. Seth nampak asyik memperhatikan Valaria sedangkan wanita itu seolah bersikap acuh tak acuh padanya. Bahkan dirinya mondar-mandir dari meja kerja menuju meja sofa tanpa mengatakan apapun pada Seth. Valaria menunjukkan sikap ketidak peduliannya pada Seth.
"Jam berapa kau pulang?" tanya Seth setelah melihat Valaria kembali duduk dengan tenang.
"Mungkinkah sudah pas?" gumam Valaria bertanya pada diri sendiri. Dia mengabaikan pertanyaan pria di depannya. "Sepertinya akan terlihat bagus jika menaruh payet di daerah kamisol dan brukat tulle-nya," sambung Valaria. Penanya kembali sibuk merapikan desain gaun.
"Bagaimana jika nanti kita makan malam di luar?" tawar Seth.
"Oke, tinggal dipasang payet bentuk batangan dan mutiara."
Seth mendesah pelan karena Valaria kembali mengabaikan. Dia pun meraih pensil dari genggaman Valaria hingga membuat wanita itu tertegun dan menatap ke arahnya.
"Kembalikan," pinta Valaria dan mengulurkan tangannya untuk merebut pensil tersebut.
"Kenapa kau sengaja mengabaikan ku?" tanya Seth.
"Aku sedang sibuk. Cepat kembalikan pensil ku!" Valaria terlihat kesusahan merebut pensilnya karena Seth berusaha menjauhkan pensil itu dari jangkauan tangan Valaria.
Seth tidak mendengarkan ucapan Valaria. Dirinya justru bangkit berdiri. Kedua kakinya berjalan mundur seraya mengangkat tangan kanan yang menggenggam pensil. Valaria ikut berdiri dan mengejar Seth. Dia menarik lengan pria itu dan sesekali berjinjit untuk membantu tinggi badannya yang hanya mencapai bawah telinga Seth. Valaria nampak kesusahan untuk merebut pensilnya karena lengan pria itu juga cukup panjang.
Pria itu berdiri mematung, membiarkan Valaria terus berusaha merebut pensil. Dirinya justru memilih memperhatikan wajah wanita itu. Kedua matanya menatap lekat-lekat wajah Valaria yang terlihat cantik. Hingga tanpa sadar lengan kirinya memeluk pinggang wanita itu membuatnya tersentak.
Valaria ikut mematung saat Seth menarik tubuhnya mendekat. Keduanya saling menatap dalam diam. Sedangkan lengan Valaria sudah berada di depan d**a Seth. Perlahan lengan kanan Seth turun ke bawah dan mengeratkan pelukan pada pinggang wanitanya.
Seth bergerak maju, mendekatkan wajahnya hendak mencium bibir Valaria. Tetapi wanita itu justru mendorong tubuhnya hingga pelukan pada pinggang Valaria terlepas. Valaria memalingkan wajahnya seraya merebut pensil miliknya dalam genggaman Seth dan berbalik arah. Saat kedua kakinya hendak melangkah menuju meja sofa, Seth justru menarik lengannya. Menabrakkan tubuh Valaria ke arahnya membuat wanita itu terlonjak kaget.
Lengan kanan Seth memeluk pinggang Valaria sedangkan lengan kirinya menahan tengkuk wanita itu. Seth langsung mencium bibir Valaria dan sedikit menekan tengkuknya supaya Valaria tidak bisa menolak ciumannya.
Kedua tangan Valaria terlihat memberontak dan memukul d**a Seth supaya ciumannya terlepas. Tetapi Seth tidak mempedulikan hal itu. Dirinya justru berjalan cepat ke arah dinding dan mendorong tubuh Valaria hingga menempel pada permukaan dinding.
Saat Seth melepas ciumannya untuk membiarkan wanita itu bernapas sejenak, Valaria kembali mendorong tubuh Seth menjauh. Hingga membuat Seth terpaksa mengunci pergerakan tangan Valaria dengan memegang setiap pergelangan tangan wanita itu di sisi kepalanya.
"Dil ... lon ... Eummb ...." gumam Valaria dan mencoba menolak ciuman pria itu. Bahkan dirinya tidak membalas lumatan Seth pada bibirnya.
Perlahan Seth melepas ciumannya dan memberi jarak pada wajahnya dengan wajah Valaria. Wanita itu menundukkan tatapannya dengan napas tersengal-sengal akibat ciuman Seth. Sedangkan Seth terlihat memperhatikan Valaria.
"Jangan mengabaikan kekasihmu, Laria," bisik Seth.
Valaria mulai menatap Seth. "Jangan mencium ku tanpa ijin," desis Valaria.
Tiba-tiba saja dirinya merasa kesal pada Seth. Bayangan tentang apa yang mereka lakukan pagi tadi dan melihat Seth nampak akrab dengan seorang wanita di halte, membuat Valaria tidak menyukai perlakuan pria itu. Dia ingin memprotes atau bertanya tentang wanita yang di halte, tetapi dirinya merasa bingung dan malu. Valaria takut jika Seth akan berpikir jika dirinya merasa cemburu. Padahal dia tidak senang jika melihat Seth dekat dengan wanita lain ketika sedang dalam kontrak bersamanya.
"Kau sekarang adalah kekasihku. Jadi aku tidak perlu ijin," balas Seth.
Ketika Seth hendak mencium bibir Valaria kembali, wanita itu memalingkan wajahnya seraya berusaha melepas cengkeraman Seth pada kedua lengannya. Seth menyeringai melihat ekspresi cemas dari raut wajah Valaria. Dia pun memiringkan kepalanya dan mendekat ke arah telinga wanita itu.
"Dua puluh sembilan hari ke depan, kau adalah kekasihku. Itu artinya kau menjadi milikku untuk satu bulan ke depan. Aku tidak sabar melewati hari-hari yang panas bersamamu," bisik Seth diiringi senyuman. Tak lupa dia mencium leher jenjang Valaria sekilas lalu menegakkan tubuhnya.
Valaria langsung mendorong tubuh Seth ke belakang saat pria itu melepas cengkeramannya. Tatapannya berubah tajam sedangkan Seth hanya menyunggingkan senyum.
"Oke, kau pun harus ingat!" Valaria mengacungkan jari telunjuk ke arah wajah Seth, seolah ingin memberi ancaman pada pria di hadapannya. "Selama dua puluh sembilan hari ke depan, kau tidak boleh dekat dengan wanita lain manapun. Kau juga tidak boleh menjalin kontrak pelatihan cinta dengan wanita atau pria manapun."
"Tunggu!" Seth mengernyitkan keningnya, "Pria? Apa kau pikir aku bukan pria normal? Aku sama sekali tidak pernah membuka pelatihan cinta untuk seorang pria," ucap Seth menegaskan.
"Intinya kau tidak boleh membuka pelatihan cinta untuk orang lain saat sedang dalam ikatan kontrak denganku!"
"Jadi ... Apa kau ingin kita memakai nama panggilan sayang?" tanya Seth.
"Jangan konyol!" tolak Valaria dan berjalan melewati Seth.
Valaria kembali duduk di lantai dan melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Seth hanya tersenyum melihat kekesalan Valaria dan menyusul wanita itu. Kini dirinya duduk di samping Valaria. Dia menyanggah kepalanya dengan tangan kanan sembari memperhatikan wajah wanita itu.
"Tumben sekali kau memakai jas," celetuk Valaria tanpa menoleh ke arah Seth.
"Bagaimana menurutmu? Apa aku cocok memakai jas?" tanya Seth.
Valaria menghentikan pekerjaannya. Dia menatap Seth dan memperhatikan pria itu dengan seksama. "Kau tidak cocok memakai jas monoton seperti itu," jawabnya dengan nada sarkastis.
"Benarkah?" tanya Seth memastikan.
Valaria menganggukkan kepalanya lalu mengalihkan perhatian. Dirinya melanjutkan pekerjaannya. Seth pun langsung melepas jas hitam serta dasinya. Dia meletakkan kedua benda tersebut di atas sofa lalu menggulung lengan kemejanya hingga siku. Tak lupa dia juga melepas tiga kancing kemejanya hingga menampakkan dadanya.
Seth bangkit berdiri. Dia berjalan ke arah meja kerja Valaria dan memperhatikan isi meja tersebut. Valaria hanya menoleh ke belakang sekilas untuk memastikan apa yang sedang dilakukan Seth di meja kerjanya.
Pria itu duduk di kursi. Perhatiannya langsung jatuh pada beberapa tumpuk kertas yang menampakkan hasil desain Valaria. Meskipun belum benar-benar jadi, tetapi desain wanita itu terlihat cukup menarik. Hingga membuat Seth berdecak kagum di dalam hati.
"Jangan menyentuh apapun," ucap Valaria memperingati.