Pria itu membaringkan tubuh wanitanya perlahan. Sepasang matanya tak lepas dari wajah wanitanya yang mulai memerah. Dia tersenyum tipis dan kembali mencium bibir Valaria dengan lembut sedangkan kedua tangannya melepas pakaian wanita itu.
Seth menatap belahan d**a Valaria membuat wanita itu memalingkan wajahnya merasa malu. Seth tersenyum sedangkan salah satu tangannya menangkup wajah Valaria, menariknya untuk menatap dirinya.
"Kau terlihat cantik, sejak pertama kali ku melihatmu," bisik Seth tepat di depan bibir Valaria.
Wanita itu tersenyum mendengar pujian Seth. Dia pun mengalungkan kedua tangannya pada tengkuk pria itu saat kedua bibir mereka kembali bertaut. Ciuman Seth turun, dia mencecap di sepanjang leher jenjang wanitanya. Sedangkan kedua tangannya memeluk sepasang gundukan daging kenyal dengan ujungnya yang berwarna merah muda. Tubuh Valaria menggelinjang saat merasakan sentuhan lembut tangan Seth di sepanjang lekuk tubuhnya.
"Tubuhmu indah, Laria," bisik Seth di telinga Valaria.
Valaria hanya mampu tersenyum mendengar pujian pria itu.
Seth merayap di atas tubuh Valaria. Kedua lengannya mengungkungi tubuh Valaria, membuat milik keduanya saling bergesekan. Valaria mendesah pelan merasakan milik Seth yang sudah menegang di bawah sana. Sedangkan Seth menenggelamkan wajahnya pada leher wanita itu.
"Dillon," panggil Valaria pelan saat tangan kanan Seth mengelus bibir kewanitaannya.
"Kau menyukainya?" tanya Seth dan memasukkan satu jari ke dalam l**************n wanitanya membuat Valaria melenguh panjang.
Napas keduanya sudah tidak beraturan. Gairah menguasai mereka, menuntut untuk saling dipuaskan. Seth menambahkan satu jari ke dalam tubuh Valaria dan menggerakkannya dengan tempo yang cepat hingga membuat wanita itu mendesah kenikmatan.
Kini liang kewanitaan Valaria sudah basah akibat permainan jari Seth. Pria itu mulai mengarahkan batang kejantanannya tepat di depan bibir kewanitaan Valaria. Dengan gerakan perlahan, Seth mulai menerobos masuk ke dalam tubuh wanitanya.
***
Dering ponsel berbunyi nyaring, meleburkan lamunan wanita yang sedang duduk seorang diri dalam ruangannya. Dia melirik ke arah layar ponsel. Setelah mengetahui nama kontak yang meneleponnya, Valaria enggan untuk menerima panggilan tersebut.
Valaria menangkup wajahnya yang kembali memerah. Setiap kali memikirkan kejadian pagi tadi, selalu membuat wajahnya memerah padam. Dia merasa malu karena tidak bisa mengontrol dirinya saat menikmati sentuhan pria itu. Ini bukanlah yang pertama kali untuknya, namun pengalamannya b******a dengan Seth yang luar biasa adalah pertama kali dalam hidupnya.
Valaria mematikan ponselnya saat Seth masih menghubunginya hingga dua kali. Dia meraih pensil untuk melanjutkan menggambar desain gaun pengantin. Karena pukul sepuluh pagi nanti customernya akan datang.
Usai percintaan yang mereka lakukan pagi tadi, Valaria segera pergi ke butiknya tanpa menunggu Seth. Bahkan dia meninggalkan Seth seorang diri di apartemennya. Dirinya merasa malu jika bertemu dengan pria itu.
Decit pintu yang terbuka tiba-tiba membuat Valaria melonjak kaget. Dalam sedetik dia merasa cemas jika yang membukanya adalah Seth, tetapi dia merasa lega karena sahabatnya yang datang.
Marcella tertegun melihat keterkejutan dari wajah Valaria. Dia pun segera menutup pintu dan mendekat ke arah meja Valaria.
"Ada apa?" tanya Marcella bingung. Tangannya menarik salah satu kursi di hadapan meja Valaria lalu duduk di sana.
"Tidak. Tidak ada apa-apa," jawab Valaria sembari menggelengkan kepala. Perhatiannya teralihkan pada selembar kertas di atas meja.
"Oh yah?"
"Tumben kau datang di jam sepagi ini?" tanya Valaria mencoba mengalihkan pembicaraan.
Marcella tersenyum dan menggidikkan bahu, "Tiba-tiba kantor di suruh libur, jadi daripada aku harus pulang, lebih baik aku mampir ke sini," jawab Marcella.
Marcella tertegun mengingat sesuatu. Dia menatap Valaria serius, "Bagaimana dengan pelatihan cintanya? Ini hari pertama bukan? Kapan pelatihannya akan di mulai? Terus apa saja yang akan kalian lakukan di hari pertama?"
Serentetan pertanyaan Marcella membuat Valaria mematung. Wajah wanita itu kembali memerah membuat Marcella mengernyit bingung menyadari hal tersebut.
"Kau kenapa? Wajahmu tiba-tiba berubah merah," tanya Marcella.
Valaria mengejapkan matanya berulang kali. Dia memalingkan wajah seraya menutupnya. "A-apa? A-a-aku tidak apa-apa," jawab Valaria dan segera bangkit berdiri.
Marcella mengawasi bahasa tubuh Valaria yang menjadi gugup. Wanita itu berjalan ke arah pintu sembari menepuk-nepuk pipinya.
"Dingin .... Kenapa cuacanya jadi dingin seperti ini? Ah, mungkin karena aku belum sarapan," gumam Valaria sembari menoleh ke arah Marcella. Dia tersenyum kaku dan membuka pintu ruangannya. "Kau ikut tidak? Aku ingin keluar mencari makan," ajak Valaria.
"Oke," ucap Marcella dan menyusul Valaria keluar ruangan.
Mereka berdua bersama-sama masuk ke dalam mobil Marcella. Awalnya Valaria ingin memakai mobilnya sendiri, tetapi Marcella menolak dan meminta supaya satu mobil dengannya.
Marcella melajukan mobilnya menuju kafe yang menjadi tempat tongkrongan favorit mereka. Membutuhkan waktu hingga tiga puluh menit untuk sampai di sana.
***
Seth mendesah pelan saat menyadari Valaria mematikan ponselnya. Dia pun memasukkan ponselnya ke dalam saku celana jeans-nya dan melenggang pergi dari apartemen tersebut.
Pria itu berjalan ke arah halte untuk menaiki bus menuju apartemennya. Seth duduk di kursi halte sembari melipat kedua tangannya di depan d**a.
"Dillon?"
Seth tertegun mendengar seseorang memanggil nama samarannya. Dia pun menoleh ke arah seorang wanita yang tersenyum padanya. Wanita itu menyusul Seth duduk di kursi halte.
"Lama tidak bertemu," sapa wanita berambut pirang tersebut.
Seth menaikkan sebelah alisnya, tanda dirinya tidak mengenal wanita itu hingga membuat wanita itu tertawa pelan lalu mendengus kesal.
"Sorry," ucap Seth dan menunjuk wanita itu serta dirinya bergantian.
"Nina George. Nina," ucap wanita itu menyebutkan namanya membuat Seth terdiam mencoba mengingat. "Sepertinya kau sudah lupa denganku. Aku pernah mengikuti pelatihan cinta denganmu dua tahun yang lalu."
"Oh," Seth tertawa kaku. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Maaf karena aku sedikit lupa. Iya, aku mengingatnya," jawab Seth.
Wanita yang dikenal dengan nama Nina itu membalas ucapan Seth dengan senyum manisnya. "Lalu dengan siapa sekarang kau melakukan pelatihan cinta?" tanya Nina.
"Seorang wanita," jawab Seth.
Nina mendengus kesal. Dia menyenggol lengan Seth saat keduanya saling tertawa.
Sedangkan dari arah lain sebuah mobil melaju di jalan tersebut. Marcella tertegun melihat dari jauh seorang pria sedang bercanda dengan wanitanya. Mereka nampak akrab dan tertawa bersama di halte. Marcella pun memelankan laju mobilnya membuat Valaria yang sejak tadi memperhatikan jalan di depannya tertegun.
"Why?" tanya Valaria. Dia pun mengikuti arah pandang Marcella.
"Dillon," jawab Marcella dan menggidikkan dagunya ke arah kanan jalan.
Valaria terdiam melihat pria itu sedang tertawa bersama seorang wanita asing. Sekilas. Karena mobil yang dikendarai Marcella telah berlalu dari hadapan mereka.
"Ka-kau ingin berhenti?" tanya Marcella ragu.
"Tidak usah," jawab Valaria sembari memalingkan wajahnya.
"Oke," timpal Marcella.
Marcella mulai menambah kecepatan laju mobilnya. Sesekali dia menoleh ke arah Valaria yang menjadi diam. Melihat ekspresi wajah temannya yang berubah seperti patung tersebut pun Marcella hanya menghela napas pelan.
"Apa Dillon lupa kalau hari ini adalah hari pertama pelatihan cinta kalian? Kenapa dia justru bersama wanita lain," gerutu Marcella. Matanya melirik ke arah Valaria.