Sepulang sekolah ini Arka dan Raya memang sudah janjian pulang sama-sama.Raya berjalan mendekat kearah Arka seorang diri tanpa ditemani Okta, entah kenapa tiba-tiba saja Okta tak jadi pergi. ia beralasan ada sesuatu yang harus ia urus.
"Hai.. udah lama ?" tanyaku lembut.
"Engga kok!" Arka nampak gugup. sebenarnya Arka sudah lama mengamati Raya apalagi sejak gadis itu berubah. Arka memang suka dengan gadis yang pintar menjaga kebersihan diri, tentu saja dengan kulit seputih s**u dan rambut yang tergerai indah membuat Raya pantas mendapat predikat wanita yang resik.
"Emm.. kita mau kemana ?" tanyaku lagi sambil melihat sekelilingnya, mencoba mencairkan suasana.
"Kita makan dulu yuk" pinta Arka, akupun menurut mengikuti langkahnya.
"Kita makan bakso yuk !" saran Arka kembali. aku mengganguk patuh.
sekitar 15 menit kami menunggu, nampak Arka yang gelisah.
"Lama banget sih! liat tuh mana abangnya jorok banget lagi, masa ngelap mangkuk baru pake satu lap yang sama terus. itu gimana bisa bersih" bisik Arka kembali. sebenarnya aku risih dengan laki-laki yang bergosip. tak lama tersaji dua mangkuk bakso. aku bergegas ingin langsung menyantapnya tak ingin berlama-lama mendengar keluh kesah Arka.
"Tunggu Ray.. sendoknya dicuci dulu lagi, kamu gak tahukan dia nyucinya bersih apa enggak, terus itu tangan kamu dicuci dulu dong jorok tahu!" titah Arka kepadaku, sungguh aku jadi kesal dibuatnya. tapi aku coba tahan ku lakukan semua yang ia suruh tanpa bicara.
"sekarang kita makan" lanjutku mematahkan pembahasan Arka.
"Kamu yakin Ray mau makan? aku kok takutnya kalau ini dagingnya gak fresh gitu atau jangan-jangan ini tuh daging tikus.. iiihhhhhkkk...ngeri"
Kutatap Arka dengan malas, kalau segitu ketakutannya kenapa minta makan disini ?
"Gak akan. abangnya langganan aku, basonya enak asli daging sapi" jawabku ketus.
"tapi sekarangkan beda Ray.. apa-apa lagi mahal, bisa ajah abangnya jadi gak kuat beli daging terus pakai daging tikus deh.tuh liat proporsi baksonya engga bangetkan"
tahan Ray.. tahan.. kudongakan kepalaku ke atas. Ya Tuhan begitu beragam ciptaanMu.
"Jadi kamu mau makan atau gak?" tegasku tak ingin bertele-tele.
"engga deh.. kalau kamu mau kamu ajah, aku lebih baik kelaparan daripada makan-makanan gak bersih" sahut Arka dengan angkuhnya, membuat aku kehilangan nafsu makan.
"masih ada yang mau diomongin ?" aku sungguh malas berlama-lama dengan laki-laki angkuh.
"ahk.. ada.. ada.. emm.. Ray aku udah lama suka sama kamu, tapi dulu kamu masih kucel kalau sekarang kamu terlihat beda Ray, kamu bersih dan wangi" jawab Arka dengan senyum bodohnya. sungguh ini sesi nembak atau sesi penghinaan untuk Raya, suka aku karena bersih dan wangi, terus kalau aku tiba-tiba bau bagaimana? atau kalau aku kembali kucel lagi ? akupun hanya tersenyum miring.
"Gimana Ray ? maukan?" tanya Arka kembali memastikan, menatap mata Raya lebih dekat.
"Emm.. gimanayah?... Raya menjawab sambil memasukkan jarinya kelubang hidung membuat gerakan seolah mengup*l.. ia ingin lihat rekasi Arka, benar saja laki-laki itu bergidik keengerian. bahkan sengaja Raya menaikan satu bokongnya yang duduk didepan Arka.
"Maaf tadi kentut dikit. tapi gak bau kok.. tuh.. tuh.. cium gak baukan?"
kelakuaan Raya sukses membuat Arka lari terbirit-b***t bagai baru melihat hantu, dan Raya akhirnya dapat bernafas lega dari laki-laki aneh seperti Arka.
tak lama Arka pergi Okta datang menghampiri Raya.
"Gimana tadi" tanya Okta seraya memesan minumannya.
"Gagal. tolong dicatat seorang Raya tak suka sama laki-laki bawel yang selalu curiga tanpa mendasar. dan aku juga akan buat syarat-syarat pastinya" seringai Raya penuh percaya diri.
"Siap bos! tapi sayang sebenarnya loh, Arka cakep juga kalau dilihat-lihat" balas Okta sambil angguk-angguk ke arah jalan entah melihat kesiapa.
"Lu kambing pake jas juga kata lu cakep. lagipula tadi aku baru tahu kalau Arka masih PDKT sama Ajeng, dan aku gak akan mencoba menggoda milik orang lain. siapapun yang dekat sama aku ia harus Free"
"Ahk.. orang lainnya juga Ajeng ini kan"
"siapapun itu, siapapun aku tak mau menyakiti hatinya"
Okta hanya tersenyum mendengar perkataan Raya, ia tahu jika temannya ini berbeda dari gadis lainnya.
"jadi siapa lagi mangsa selanjutnya"
"tenang Ray.. besok gue akan kasih tahu lo. sekarang mending kita ke perpustakan dulu yuk. gue mau cari bahan tugas kita"
"yuk.. gue juga ahk"
Raya dan Oktapun pergi keperpustakaan dekat sekolah mereka.
"tapi Ray.. lo kok udah jarang eksul sih?" tanya Okta curiga.
"yah apalagi.. gara-gara kejadian Ikhsan itulah.. gue malu kalau sampai ketemu dia lagi"
"yellah Ray.. cuek ajah kalik kalau lo malu terus, lama-lama lo gak bakal sekolah. di PMR ada Ikhsan, diBallet ada Sherly, di Basket ada Theo, dikelas ada Melisa and genk belum lagi Rio dan tadi Arka" sahut Okta seraya menghitung musuh-musuh Raya.
'Okta bener juga kalau gue begitu terus gimana gue bisa maju dan kasih liat ke Sherly dan genk melisa kalau gue gak serendah yang mereka pikir'.
setelah sampai diperpustakan mereka langsung mengambil buku-buku yang mereka butuhkan. nampak Raya dan Okta yang serius belajar. sampai pada Raya yang merasa risih merasa ditatap wajahnya oleh orang lain.
"tuh cowok kenapa sih ngliatin kita ajah" bisik Raya ke Okta.
Oktapun menoleh kesamping melihat laki-laki yang dibicarakan Raya.
"Bukan liatin kita, tapi liatin lo, kayaknya target baru nih" goda Okta. Ia bahkan telah mengeluarkan formulir perjalanan cinta Raya.
"Kita jadiin target yuk!"
"Eh.. gila lo. Kok gue terus sih? lo dong sesekali" marah Raya melihat catatan Okta menjadikan laki-laki itu target.
"Kata lo emang ada cowok yang mau sama cewek kurus kering kayak gue ini"
"Huuhh.. tapi gue males ahk" pengalamannya bersama para cowok sebelumnya membuat Raya malas untuk dekat kembali dengan laki-laki.
"Lu jangan gitu dong! namanya juga cari yang terbaik. yah lu kudu coba dulu jalanin dulu baru tahu baik apa gaknya"
Kali ini Okta menang lagi, Raya tak bisa berkutik karena sekarang Okta telah mendekati laki-laki itu dan mengajaknya belajar sama-sama.
tampak Okta dan laki-laki yang baru dikenal berjalan kearah Raya.
"Hai.. aku Ari, aku boleh duduk dan belajar disini ?"
"Hemm.. " jawab Raya asal. Ia tak berniat menanggapai Ari dengan serius. Berbeda dengan Okta yang sejak tadi bermain mata. Ia ingin menjadikan Ari target selanjutnya.
"Jadian yah Ray sama si Ari itu, liat badannya uuhhhkkkk.. keren banget tinggi tegap" bisik Okta setelah melihat Ari yang pamit. Okta bahkan memuncangkan tangan Raya erat.
"Iyah.. iyah " jawab Raya malas. sesuai dengan janjian dengan Okta. sekarang Raya dan Ari janjian kencan ditaman.
Ari berjalan dengan gagahnya kearah Raya, pomade membuat rambut Ari terlihat begitu kelimis. Raya tak bisa menahan tawanya, bahkan minyak wangi Ari menguar menusuk hidung Raya.
"Pakai apa lo? " tanya Raya sambil menutup hidungnya.
"Gimana wangi gak ?" tanya Ari percaya diri.
"Mau mati gue baunya.." sarkas Raya tanpa basa-basi.
" iih jangan muji berlebihan gitu dong Ray.." jawab Ari malu-malu. Ia berfikir Raya terpesona dengan dandananya. tiba-tiba saja Ari berlutut dan mengeluarkan secarik kertas.
"Gue mulaiyah Ray.." ucap Ari tersenyum sipul. sementara Raya bingung sendiri, mulai apa ? Gumamnya dalam hati.
"RAYA.. Kau bagai mentari dalam hidupku, selalu menerangi setiap langkahku. RAYA.. kau bagai rembulanku selalu menerangi setiap malamku, RAYA.. kau bagai embun pagiku.. selalu memberikan kesejukkan ditiap hari... RAYA.. kau bagai derasnya hujan mampu membuatku basah akan cintaMu.. Raya... " nampak Ari yang berfikir ia lupa dengan catatannya. "pokoknya gitu deh Ray.. baguskan puisi gue" lanjut Ari sambil berdiri. Ia berfikir puisi yang ia colong dari mading kelas berhasil menggetarkan hati Raya.
"Stop.. stop.. stop" ucap Raya frustasi. Raya tahu jika itu puisi karya teman sekelasnya. bahkan artinya lebih bagus diucapkan oleh pembuat puisi dibanding dengan yang Ari ucapkan. 'dasar mau sok puitis tapi gak modal' geramnya sendiri.
"Lo tahu gue bahkan bisa bikin puisi yang lebih BAIK dari yang lo baca dalam waktu 5 menit" sarkas Raya bangga. Ia bahkan menekankan kata Baik.
memang benar sejak kecil Raya juara 1 lomba menulis, satu-satunya keahliannya yang dipuji dan dibanggakan sang ayah. menurut sang ayah, bakat menulis Raya memperlihatkan bahwa Raya wanita seutuhnya, berbeda dengan keahlian Raya bela diri yang dibenci sang ayah.
Raya berjalan meninggalkan Ari.
"Ray.. Ray ... tunggu! Jadi gimana ? apa gue diterima jadi pacar lo?" tanya Ari setelah berhasil mengejar Raya.
"lo boleh balik lagi setelah lo berhasil buat puisi hasil karya lo sendiri.dan satu lagi. berhenti pakai minyak wangi terlalu banyak. lo bakal dikerebutin nyamuk" jawab Raya datar. Ia ingin melihat Ari menjadi laki-laki seutuhnya yang memberikan hasil karya yang seseungguhnya untuk seorang wanita yang ia sayangi.