saat jam istirahat
"Eh.. ngapain kok pada kumpul gini sih" terlihat jejeran anak laki-laki yang sedang antri mengambil selembar formulir di tangan Okta.
"Ta. Ngapain ?" desak Raya lagi curiga, saat tak ada jawaban dari Okta membuat Raya menarik lembaran formulir tersebut dan saat membacanya membuat Raya tak bisa menahan keterkejutannnya.
Formulir calon pacar Rayalisa Arasy
Biodata diri
Nama :
Usia :
Keahlian :
Ceritakan dirimu secara singkat :
"apa-apaan ini Ta...!" teriak Raya, ia sudah tak dapat menahan amarahnya.
"Pergi semua.. gak ada pendaftaran pergi..!!"
"dan lo Ta.. gue gak suka sama cara lo!" bentak Raya tepat diwajah Okta, ia berusaha menahan amarahnya membuat wajahnya memerah sempurna.
"Ray.. tunggu Ray.. !" desak Okta, berlari menghampiri Raya.
"Ray.. kok lo marah? bukannya kemarin lo setuju usul gue ?" tanya Okta keheranan, ia tak menyangka jika Raya akan semarah ini.
aku hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar, sebenarnya aku bahkan tak mengerti apa yang aku lakukan selama ini.
"Gue juga gak tau kenapa gue setuju sama lo kemarin" sahut Raya setelah dapat merendam amarahnya.
"Ta.. gue gak mau lo ngadain pendaftaran kayak gini lagi" lembut Raya ia bahkan merangkul bahu Okta, ia tahu betapa pentingnya menjaga persahabatan.
tiba-tiba saja datang Theo mendekat kearah mereka, seraya mengambil formulir yang tersisa.
"Gue mau!" pekiknya masih memandangi formulir ditangannya.
"Apa ?" tanya Okta heran ia memandang Raya yang juga keheranan.
"Lu.. jadi pacar gue sekarang. lu lagi ngadain sayembarakan" jawabnya angkuh.
seperti kerbau yang dicocok hidungnya Raya hanya menurut saja saat tangan Theo menariknya kekantin. membawa ia duduk disana. Theo memang berbeda dari cowok lainnya, ia cukup tampan dan karismatik. semua wanita disekolahnya bahkan mengakui hal itu. ditengah makan Theo tampak gelisah sesekali ia memperhatikan sekitar membuat Raya juga tak nyaman.
"Kenapa?" tanya Raya hati-hati.
"Udah lo gak usah banyak tanya. yang penting lu punya pacar sekarang" jawabnya tegas.
Ingin sekali Raya mengatakan jika ia sedang tak mencari pacar, jika semua itu hanya usulan Okta, tapi pesona Theo membuat Raya bungkam seribu bahasa.
sepulang sekolah mereka pulang bersama, selama tiga hari tak ada hal yang mencurigakan pada diri Theo. Raya perlahan membuka hatinya untuk Theo. seperti anak seusianya ia merasakan cinta yang membara untuk Theo. Siang ini Raya menunggu Theo untuk pulang bersama. walau tadi pagi Theo bilang jika Raya pulang sendiri saja. tetapi kebiasaan menunggu Theo membuat Raya tak buru-buru pulang kerumah.
saat Raya sudah sampai kelas Theo ternyata disana ada Theo dan Sherly. Theo yang sedang memegang tangan Sherly
"Kamu jahat Heo.." teriak Sherly.
"kamu tahu aku begini karena kamu! kamu tahu aku cinta kamu, tapi kenapa kamu gak pernah mau jadi pacar aku!" marah Theo pada Sherly.
"Tapi kamu gak perlu deket sama Raya buat bikin aku cemburu"
"memangnya kenapa? toh aku gak salah. dia memang mencari mainan untuk dirinya dan aku mencari cara membuat kamu yakin perasaan kamu" desak Theo yang masih mengukung Sherly dipelukkannya. melihat Sherly yang terus saja berontak membuat Theo memaksa mengecup bibir gadis itu, setelah lama ciuman mereka semakin larut bahkan Sherly sudah mengalungkan tanganya dileher Theo. Raya yang melihat semua merasa marah, hampa, bahkan hatinya terasa mencolos kebawah. tak terasa air matanya turun bersamaaan dengan Theo dan Sherly yang keluar kelas menatap Raya yang masih memerah wajahnya karena tangisannya.
"Makasih Ray.. berkat lo gue sama Sherly jadian" hanya kata itu yang diucapkan Theo padanya, tak ada kata maaf telah mempermainkan perasaannya. terlihat Sherly yang juga malu-malu berada dirangkulan Theo. sakit.. merasa rendah yang tersisa dihati Raya. Ia bahkan tak tahu masih bisa kah dirinya menatap kedua orang itu nantinya.
seminggu ini Raya lebih banyak diam, meski genk Melisa ditambah Rio melontarkan penghinaan demi penghinaan ke Raya, namun ia tak berusaha membalas. ia merasa hatinya terlalu lelah putus cinta pertama berdampak dahsyat bagi seorang Raya.
"Ray.. lo kenapa sih? masih gara-gara Theo?. lo tahu si Melisa ngtawain lo dari tadi pas tahu kalau lo cuma dimanfaatin Theo." cerita Okta, ia bahkan sebal sendiri dengan Melisa and genk.
"gak taulah" jawab Raya malas.
"tapi yang ini lo kudu tau Ray.. si Sherly itu bilang dirinya lebih cantik dari lo makanya si Theo milih dia" mendengar cerita Okta buru-buru aku mengganti posisi malasku jadi duduk. aku tak percaya jika hal ini juga terjadi. tetapi setahu aku Okta tak akan berbohong untuk masalah seperti ini, ia memang resek tapi bukan pembohong.
"serius lo Ta" ku coba menggali lagi informasi dari bibir Okta.
"Ikut gue kalau lo gak percaya"
aku dan Okta sudah sampai di eksul balet yang memang diikuti Sherly. terlihat Sherly dengan dua temannya mengobrol. Akupun dan Okta berusaha menguping.
"Jadi pacar lo mutusin Raya karena lo"
"Hehehe.. bukan mutusin emang mereka belum jadian kalik. mana mau Theo sama Raya yang gak ada apa-apanya" sahut Sherly malu-malu ia bahkan terlihat memainkan rambutnya manja.
"Hahahaha... emang yah si Raya itu sok kecakepan banget baru juga dibilang mirip Lisa KW. buktinya dia gak punya pacarkan" balas temannya lagi. sungguh amarah sudah sampai diubun-ubun Raya, tangannya bahkan mencekram kuat sampai buku-buku tangannya memutih. jika saja ia tak dilarang Okta, mungkin hari ini ada satu orang yang masuk rumah sakit.
"Ray.. lu udah gakpapakan ?" tanya Okta hati-hati mereka sekarang sedang duduk di saung sambil meminum es kelapa, kenyataan pahit membuat Raya butuh pelepasan setidaknya meminum, minuman yang manislah pilihannya.
"lo mau begini terus?" kembali Okta bertanya karena Raya tak kunjung merespon.
Rayapun hanya menggeleng lemah, ia sendiri tak tahu harus membalas semua penghinaan yang ia terima dengan cara apa. saat masih duduk tanpa sengaja mata Raya menatap dua orang didepannya. Ia Theo dan Sherly yang bersiap melajukan motornya dengan tangan Sherly dipelukan Theo mesra, rasa sakit kembali Raya rasakan. Inikah namanya cemburu? atau karena ia hanya merasa harga dirinya terinjak-injak.
"Ta.. gue akan balas semua perlakuan mereka, gue bakal buktiin kalau gue bisa lebih dari Sherly, gue gak akan tinggal diam kalau sampai ada yang nginjek-injek gue lagi" sahutnya berapi-api. Mulai sekarang tak akan ada lagi laki-laki yang dapat meninjak harga diri seorang Raya. Ia tak akan lagi dimanfaatkan.
Hari ini Raya kesekolah dengan tampilan yang berbeda, ia tak setomboy biasa bahkan ia juga berdandan walau dengan make up natural, wajahnya tak segarang biasa. Ia akan selalu tersenyum manis dengan siapapun yang ia temui. Menambah kecantikannya menjadi 200 %. gak cuma murid pria, bahkan guru-gurupun sangat terpesona dengan Raya. genk Melisa jangan ditanya mereka bahkan sudah sangat kesal sejak awal melihat Raya. sementara Okta hanya tersenyum puas. akhirnya ia bisa mengeluarkan sisi Raya yang feminim.
"Jadi hari ini aku ngdate sama siapa Ta..?" tanya Raya, hari ini Okta sudah membuatkan jadwal ngdate Raya, dan Raya akan berusaha seanggun mungkin, ia tak akan jadi Raya yang dengan mudah tersulut emosinya.
"Eh cewek bin*l.. ngapain lo sok-sokan mau ngdate sama Arka? lo gak tau hah Arka gebetan Ajeng?" bentak Chelsea kearah Raya, ia bahkan menoyol kepala Raya.
dengan senyum tipis Raya berusaha berdiri dengan anggunnya. menatap Chelsea yang tegang entah mengapa melihat Raya, Chelsea merasa begitu terintimidasi. harum parfum Raya menghentikan kata-kata yang ingin ia lontarkan.
"Owh jadi Arka gebetan Ajeng, maaf aku gak tahu" jawab Raya semanja mungkin, matanya mengedip-endip sementara tanganya memegang bahu Chelsea.
"yah.. tapi gimana dia duluan yang chat aku ngajakin jalan, dia bilang dia Jomblo" sahut Raya kembali dengan penekanan saat mengatakan jomblo.
setelah mengatakannya Raya berlalu menghampiri Ajeng yang menangis sesegukkan. dibisikinya Ajeng
"Hei.. kalian bilang aku cewek bin*lkan? sekarang akan aku tunjukan sebin*l apa diriku"
Cuppp...! dikecupnya ujung kepala Ajeng dengan tatapan menggoda. membuat Melisa dan Ella bergidik keengerian. sesaat mereka melihat kilatan dendam dimata Raya.
mulai sekarang tak akan ada lagi Raya yang dengan mudah mereka hina, tak akan ada lagi Raya yang dengan mudah dimanfaatkan untuk diinjak-injak.