Enam

581 Kata
"Seorang bayi tidak pernah bisa memilih lahir dari orangtua yang mana, sekalipun lahir dari sebuah perbuatan yang berdosa, bayi itu tidak salah apapun. Tidak adil membiarkan pihak perempuan yang menanggung semuanya sendirian." Kalimat dari dokter Indra menghajar lubuk hati Andika hingga babak belur, ya memang kalimat itu tidak di tujukan untuk Andika secara langsung tapi nyatanya Andika cukup tersinggung, tapi mau marah pun tidak bisa. Andika hanya menatap dokter Indra sekilas sebelum akhirnya dia pergi keluar. Sosoknya yang gagah dan berwibawa tampak linglung layaknya seorang yang baru saja kalah berjudi, pikiran Andika benar-benar setengah kosong saat dia kembali pada Dilla untuk meminta identitas Shireen guna mengurus informasi. Bisa Andika lihat Shireen tertidur lelap, infus menancap di lengannya dan wajah pucat yang sebelumnya membuat jantung Andika serasa berhenti berdetak tersebut mulai kembali warnanya. "Buruan urus administrasinya, Ka." Ucap Dilla lelah. "Biar Shireen bisa segera pindah ke ruang inap, sumpah gue capek jawab basa-basi orang kepo yang pengen tahu dia kenapa! Gue malu." Terjawab sudah kenapa brangkar tempat Shireen mendapatkan pertolongan pertama tertutup rapat oleh tirai, seperti orang Indonesia kebanyakan yang sangat ramah, kadang sikap ramah itu berubah menjadi keingintahuan yang mengganggu, dan itu adalah hal yang sangat tidak disukai oleh Dilla. Baik Dilla maupun Shireen keduanya bukan orang yang bisa berbeda-basi, itu sebabnya saat ada orang bertanya-tanya secara berlebihan maka wajah judes akan dilayangkan oleh Dilla. Angkuh dan sombong, mungkin itu kesan yang tertinggal di diri Dilla, namun menarik dimata Andika. Bahkan sekarnag saat Dilla mengatakan hal tersebut, dua orang wanita paruh baya yang ada di dekat mereka seketika merengut, ya dua orang wanita paruh baya tersebut merasa Dilla tengah menyinggung mereka yang basa-basi bertanya kenapa dengan Shireen. "Iya, nggak usah merengut kayak gitu." Tegur Andika. "Ya gimana nggak merengut coba, orang jelas-jelas kena musibah masih aja ditanyain ini-itu. Gedek banget tahu." Alih-alih meredam emosinya, Dilla justru semakin meledak. Terlebih saat Dilla menatap ke arah sepupunya yang masih belum sadar, untuk pertama kalinya Dilla menatap Shireen dengan pandangan tidak suka yang semakin membuat Andika tidak nyaman. "Gue sama sekali nggak nyangka kalau dibalik penampilan polosnya ternyata diam-diam dia seliar ini, gayanya saja sok nyeramahin gue biar tobat dari hidup gue selama ini, eeehhh ternyata ini anak dikelonin orang juga mau. Mbok ya udah gede udah tua itu mikir, kalau mau dikelonin cowok ya main pinter, nggak main tembak dalam jadinya berabe kayak gini. Bego banget jadi perempuan, munafik lo, Reen." Ya, sebelumnya Dilla marah atas semua orang yang bertanya-tanya apa yang membuat kondisi Shireen seperti ini, namun sekarang kalimat kerasnya justru terdengar kemana-mana membuat setiap orang yang memiliki telinga tahu aib apa yang sudah terjadi pada Shireen. "Aku urus adminitrasi dulu biar bisa dapat kamar."Andika tahu meminta Dilla diam hanyalah akan menyulut amarah wanita cantik tersebut, bukan tidak mungkin sifat kerasnya akan membuat Dilla berteriak-teriak, hingga cara terbaik untuk menghentikan Dilla menuruti apa yang dimintanya. Tidak lama untuk Andika mengurus semua admintrasi, berkat Om Abra yang menghubungi rumah sakit Ciputra Medika, semuanya dipercepat. Perawat dan petugas pun bergerak cepat memindahkan Shireen ke ruang rawat inap dan itu membuat Andika sedikit tenang karena Dilla tidak akan mengamuk dan mempermalukan Shireen lagi. Andika keluar sebentar, sekedar merokok karena mulutnya benar-benar asam dan meluruskan otaknya semrawut tidak karuan, benar-benar sebentar, mungkin tidak sampai 15 menit sampai Andika ke ruang inap Shireen, namun saat dia kembali suara tamparan dan makian terdengar menusuk ke telinga Andik. "Anak kurang ajar kamu ya, Reen. Malu-maluin keluarga. Katakan siapa, siapa Ayah dari bayi haram ini atau Baba bunuh kamu sekalian."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN