"Silahkan, lalukan apapun yang kamu inginkan terhadap dia. Mulai sekarang dia bukan lagi seorang Al-atas. Saya tidak memiliki anak perempuan lagi di dunia ini. Rumah saya tertutup untuknya selamanya, jangan sangkut pautkan apapun dia dengan saya, bahkan untuk sebuah nama di batu nisan sekalipun." Aku bergelung erat, memeluk diriku sendiri merasakan kalimat Baba menusukku dengan cara yang sangat menyakitkan melebihi belati. Rasa sakit itu menyayat, tanpa peduli pada diriku maupun tangis Ummi yang memohon agar Baba mencabut kembali ucapannya, beliau pergi. Derap langkah beliau yang tergesa saat keluar menunjukkan betapa jijiknya beliau berada satu ruangan lebih lama denganku yang berlumur dosa ini. Dosa yang bahkan tidak aku inginkan dan tidak aku perbuat. Sunyi seketika melingkupi ruangan