"Bagaimana keadaanmu?" Lama kami berada di kemacetan kota Jakarta di jam pulang dan itu adalah pertanyaan pertama yang terlontar dari pria yang ada di sampingku. Konyol sekali menanyakan bagaimana keadaanku saat seluruhnya hancur berkeping-keping. "Buruk." Jawabku singkat. Bahkan tanpa menoleh ke arahnya yang juga tampak mengenaskan karena kepalanya yang diperban. Gelas yang aku hantam ke kepalanya rupanya membuatnya terluka cukup parah. Hela nafas berat terdengar dari pria di sampingku, membuat suasana semakin canggung dan dingin. Berdua satu mobil seperti ini membuatku merasa de javu, dulu, ya rasanya dulu sekali saat aku bersama dengan Kak Andika seperti ini. Biasanya aku akan berbicara banyak hal, entah itu hal yang penting atau yang receh sekalipun, bahkan tidak jarang aku turut