Hou Yin masuk ke dalam ruangan investigasi dengan membawa sejumlah berkas penyelidikan, Hua Mei sudah ada di ruangan itu sedari tadi, wajahnya nampak masih murung, tak jauh berbeda dengan saat hari pertama tubuh Alex Shen ditemukan. Gadis itu, Hua Mei, ia telah menjadi manager Alex bahkan sebelum Alex Shen menjadi terkenal seperti sekarang ini, gadis yang sudah menjadi manager pria itu sejak Alex masih menjadi penyanyi amatir yang tak memiliki banyak fans seperti sekarang dan hanya dipandang sebelah mata. Dimana ada Alex Shen di situlah ada sang manager menemani, mengurus segala keperluan sang artis, meskipun begitu gadis itu nyaris terlepas dari hingar bingar kehidupan Alex Shen, bahkan mungkin para fans Alex Shen sendir puni tak menyadari keberadaan gadis itu.
“Kau tahu kenapa kau dibawa ke ruangan investigasi ini?” Tanya Hou Yin.
Gadis itu menggeleng dengan wajah sendunya.
Ia menarik napas panjang,” Entah sudah keberapa kali aku dipanggil untuk menjadi saksi, kalian terus menanyakan dengan pertanyaan yang sama.”
Kau tahu kalau Alex sering mengkonsumsi obat tidur?.”
Gadis itu mengangguk, ”Tentu saja aku tahu, aku adalah managernya, dia sudah meminum obat itu sejak beberapa bulan yang lalu.”
Dosis obat tidur yang ditemukan malam itu jauh melebihi batas normal, dan obat-obat tidur itu bukanlah obat yang diresepkan oleh dokter pribadinya, dan kami sudah menyelidiki orang yang membeli obat itu adalah kau, Hua Mei.”
Hua Mei menatap mata Hou yi dalam-dalam, “Memang aku yang membelinya, tapi itu karena Alex yang memintanya, katanya obat yang diresepkan dokternya kurang mempan. tapi...tapi aku tak menyangka kalau ia akan menggunakannya untuk hal seperti itu.” Katanya lirih sambil berusaha menahan tangis.
Lalu, apa yang menurutmu membuat dia pada akhirnya memutuskan bunuh diri? kata Hou Yin melanjutkan pertanyaanya.
Gadis itu kembali menundukkan kepalanya, bahunya sedikit terguncang, tak lama kemudian suara sesenggukan kembali terdengar, “Entahlah aku juga tak mengerti, dia nampak baik-baik saja selama ini.”
Apa kau tahu siapa kekasih Alex?
“Kekasih? Alex adalah seorang wanita dengan teman wanita yang tak terhitung jumlahnya bahkan akupun tak mengenal mereka satu persatu” gadis itu tersenyum kecut.
Li Shuai menyaksikan percakapan itu dari ruangan samping, kedua ruangan itu hanya dibatasi oleh sebuah kaca satu arah lengkap alat audio, Li SHuai bisa dengan jelas mendengar dan melihat proses interogasi itu, setelah beberapa menit mengamati dari ruangan itu akhirnya ia berjalan ke samping dan masuk kedalam ruangan tempat Sang manager dan Hou Yi berada.
“Hua Mei, apa kau tahu kalau Alex bukan bunuh diri melainkan dibunuh?” Tanya Li Shuai sambil memperhatikan ekspresi gadis di depannya.
“A… apa??? di - di - dibunuh bagaimana bisa???” tanya gadis itu dengan ekspresi terkejut.
“Ya dia bukan bunuh diri tetapi dibunuh,
“Apa yang kau lakukan sejam dua jam sebelum Alex ditemukan meninggal?”
“Aku berada di studio, hari itu ALex memiliki acara sebagai bintang tamu dan dia memintaku untuk datang terlebih dahulu, tapi dia tak kunjung datang jadi aku pergi ke kediamannya.”
“Mengapa kau tak langsung masuk saat itu?”
“Kau memang tak terlihat masuk di sekitar terjadinya waktu kematian Alex, tapi mobilmu nampak terparkir di jalan.”
“Alex tak suka diganggu jadi aku menunggunya di dalam mobil, itu hal yang sudah lumrah antara aku dan dia.”
“Kenapa kalian terus menanyakan hal ini? aku sudah menjelaskannya berkali-kali.” Gadis itu nampak sedih dan hampir menangis
****
Li Shuai masuk ke dalam ruangan investigasi dengan sebuah berkas di tangannya, ia duduk di samping Hou Yin dan menatap gadis itu untuk beberapa saat.
sebuah tatapan yang mengintimidasi.
“kau yakin tak ada hubungan lain yang kau sembunyikan?”
“Hubungan apa yang bisa kami miliki? Hua Mei tertawa, “Baginya aku adalah manager biasa, tak lebih.
“kau membuat Alex meminum obat tidur seperti biasanya, namun kali ini dalam dosis tinggi, setelah Alex tertidur pulas kau menyalakan briket itu dan keluar melalui jendela kemudian kau keluar melalui jalur tikus itu. Lalu kau dengan segera masuk ke mobilmu dan mencari bantuan warga ,berpura-pura panik karena Alex tak bisa dihubungi...dan terciptalah alibi sempurnamu.”
Gadis itu mengangkat wajahnya, menatap Li Shuai dengan tatapan tajam, “Kalian…..para polisi ternyata jago juga mengarang cerita, bukti apa yang kalian miliki sehingga kalian menuduhku membunuh Alex?” Wajah tangis duka lara itu kini berubah menjadi sinis.
“Apa hubungan apa antara dirimu dengan Alex Shen?” Tanya Li Shuai tak kalah tajamnya.
“Hubungan? tentu saja hubungan bos dan manager?”
Li SHuai berhenti tertawa, dan nada bicaranya mendadak berubah menjadi serius, nada bicaranya terdengar sangat mengintimidasi, membuat siapapun yang mendengarnya bergidik karena aura dingin yang mendadak memancar.
“Dengar Nona Hua Mei aku tak akan berbasa-basi padamu, kau tahu tempat yang ada di foto ini?” tanya Li Shuai segera sembari meletakkan sebuah foto di depan gadis itu, foto lubang rahasia yang semalam ia lewati.
Hua Mei memperhatikan foto-foto itu dengan tatapan serius namun tak ada perubahan ekspresi sama sekali di wajahnya “Te...Tempat apa ini, aku tak mengetahuinya?” tanyanya dengan wajah bingung.
“kau yakin tak pernah melewati tempat ini.”
“tentu saja.”
“Tapi mengapa jejak DNA mu ditemukan di lubang ini, apa kau lupa rambutmu sempat tersangkut saat melewati tempat ini?
Hua Mei terdiam beberapa saat sembari menundukkan kepalanya, Ia bukan gadis yang bodoh, dengan sepenggal kalimat terakhir yang diucapkan oleh Li SHuai ia segera sadar bahwa pelariannya telah sampai pada ujung.
“Pria itu…. setelah menjadi terkenal dia menjadi berubah seratus delapan puluh derajat...Aku adalah wanita yang selalu berjuang di sampingnya dari titik nol, dulu ia pernah berjanji kalau setelah sukses nanti ia akan menikahiku dengan pernikahan terbaik. Tapi kalian bisa lihat sendiri kenyataanya, setelah sukses dia melupakan semua janji itu, ia terus bergonta-ganti wanita selebritis, mencari sensasi demi menaikkan pamornya sementara aku di samping setiap saat dan harus menelan pil pahit.
Pria itu…. dia tak sebaik yang orang-orang kira, dia adalah pria b******k yang penuh dengan janji-janji kosong. Dia….dia lebih mementingkan karirnya diatas segalanya.
“Karena itukah kau membunuhnya?”
“Hhhh dia pantas mendapatkannya” gadis itu tersenyum, tak ada raut penyesalan sama sekali di wajahnya, melainkan sebuah senyum penuh kepuasan.
Nada bicaranya terdengar tenang namun ekspresinya menunjukkan sebuah kemarahan, kata demi kata terucap dengan penekanan seakan-akan, ia ingin meluapkan semuanya.