“Siapa kau?” Seru dua orang yang sedang saling berhadapan itu nyaris bersamaan” untuk beberapa detik mereka sama-sama terdiam, menebak-nebak mengenai siapa manusia yang ada di hadapan mereka sekarang.
Di depan Shi hui saat ini berdiri seorang pemuda yang kira-kira berumur beberapa tahun diatasnya, memakai jaket bomber berwarna Brown beaver sembari menyorotkan senter ke wajahnya, membuatnya refleks menutupi wajah karena silau yang ditimbulkan.
Awalnya Shi Hui sempat berpikir kalau lagi-lagi ia terciduk oleh polisi lagi seperti kejadian tempo hari di tempat yang sama, tapi setelah mengamati tampilan pemuda itu dari ujung kepala sampai kaki entah mengapa ia menyimpulkan sendiri kalau kemungkinan pemuda itu juga adalah seorang wartawan yang penasaran seperti dirinya.
Hmmmm apakah dia pencari berita juga? Sepertinya bukan aku saja yang penasaran tentang rumah ini.
Li Shuai berjalan mendekat ke arah gadis itu, masih dengan senter di tangannya Siapa gadis itu? bagaimana bisa dia masuk kesini.
“Siapa kau? apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanyanya dengan penuh selidik masih sambil menyorotkan senter di tangannya.
“Sebelum bicara bisakah kau menurunkan sorot di tanganmu itu?” Seru gadis itu.“Kau sendiri siapa? Kau wartawan ya?” tanya Shi Hui tak mau kalah.
Li Shuai terdiam mendengar tebakan dari gadis itu. Otaknya sudah mulai berpikir, saat tadi ia masuk tadi tak ada tanda-tanda pintu gerbang terbuka, dan kunci...ia bisa memastikan kalau semua kunci termasuk kunci cadangan telah ada di pihak kepolisian.
Pemuda itu kemudian refleks mengangguk. Rasa penasaran yang besar mengenai apa yang akan dilakukan gadis itu selanjutnya dan bagaimana ia bisa masuk ke halaman ini Li Shuai tidak mengatakan identitasnya, ia merasa dengan identitasnya yang sekarang gadis itu akan lebih terbuka kepadanya.
“Ehmmmm...aku wartawan juga, Hou Yin.” jawabnya serta merta dengan asal-asalan mencomot nama salah satu anggota timnya.
“Really? Kau wartawan dari kantor berita mana?” Setelah mengetahui kalau pemuda itu wartawan juga sama seperti dirinya, Shi Hui bisa merasa lebih rileks.
“Jinxiang News.” Jawab Li Shuai lagi-lagi dengan dengan asal-asalan, asal menyebut nama media yang terlintas di pikirannya.
“Jinxiang? aku mengenal wartawan-wartawan yang ada di sana tapi aku tak pernah melihatmu...” jawab Shi Hui sembari mencoba mengingat-ingat, Dunia wartawan bisa dibilang cukup sempit, apalagi wartawan khusus di kasus-kasus kriminal seperti dirinya jadi tak heran kalau ia mengenal dengan sangat baik wajah orang-orang yang bekerja di circlenya.. “ Ah! kau anak baru ya!” seru Shi Hui dengan percaya diri.
“ya ya ya benar aku wartawan baru, aku masih sangat baru di lingkup ini.” jawab Li Shuai dengan wajah innocent.
“Aku Shi Hui dari kantor berita Zhenxiang. kau pasti sedang mencari hot news ya haha kita berada di kapal yang sama berarti. ” jawab Shi Hui menyimpulkan sendiri.
“Zhenxiang ??”
“Ya Zhen Xiang.”
“...............” Li Shuai terdiam beberapa saat.
“Ah kau pasti belum pernah mendengarnya ya, wajar saja kau kan masih baru. Ngomong-ngomong Apa yang kau lakukan di sini, apa jangan-jangan kau juga penasaran sepertiku?”
“Penasaran sepertimu? apa yang membuatmu penasaran?”
“Kuberi tahu ya sebuah rahasia,” Shi Hui mendekat ke arah pemuda itu, berkata dengan setengah berbisik, “Kupikir kematian Alex Shen bukan bunuh diri .”
Li Shuai menatap tajam gadis itu sembari mengerutkan keningnya, beberapa hari ini setelah berdebat dengan beberapa orang bahkan dengan atasannya sendiri di kepolisian, Li Shuai merasa berdiri sendiri dengan pendapatnya, nyaris tak ada yang sepemikiran dengan pendapatnya, dan malam ini tiba-tiba seorang gadis antah berantah serta merta mengatakan hal itu, Untuk pertama kalinya ia mendengarkan seseorang yang memiliki pendapat dengannya. “kenapa kau menyimpulkan begitu?” tanyanya dengan wajah serius.
“Uhmmm, hanya feeling saja he he he.” Jawab Shi Hui dengan santainya, “ makannya aku di sini untuk memastikan dugaanku.”
Li Shuai menghela napas panjang.
“kau, Bagaimana kau bisa masuk kesini?”
“Ha ha ha rahasia. Kau dulu, bagaimana kau bisa masuk kesini.” Tanya Shi Hui
Li Shuai mengeluarkan segepok kunci dari dalam jaketnya dan mengayunkannya di depan Shi Hui.
Shi Hui benar-benar shock saat melihat kunci itu awalnya ia pikir pemuda itu masuk kedalam dengan cara yang sama seperti dirinya, tapi ternyata tebakannya meleset “Kau….bagaimana kau bisa mendapatkan kunci-kunci itu?” Tanya Shi Hui tak habis pikir.
“Uhmm, dari seorang polisi kenalanku.”
“kekuatan orang dalam ternyata, enak sekali ya kau bisa masuk tanpa harus merangkak-rangkak menerobos lubang tikus sepertiku.”
“Lubang tikus?” Li Shuai mengerutkan dahinya menatap gadis itu., “kau masuk lewat lubang itu? tunjukkan dimana tempatnya.” Li Shui membombardir gadis itu dengan pertanyaan itu.
“Wait..wait kau kan sudah punya kunci itu untuk apa kau tahu jalan rahasia yang kulewati.”
Li Shuai mencoba mencari alasan, sebenarnya ia bisa saja mengatakan identitasnya yang sebenarnya dan menyuruh gadis itu untuk memberitahukan jalan rahasia yang ia lewati untuk masuk ke dalam halaman ini, tapi sepertinya itu bukan hal yang tepat untuk saat ini, ia masih ingin mendengarkan pemikiran-pemikiran wartawan di depannya.
“Ha ha ha aku hanya penasaran saja, bisakah kau menunjukkannya padaku sekarang?”
Shi Hui memutar otak, ada seulas senyum tipis tersungging dari bibirnya,” Hei dengan kunci itu bagaimana kalau kita masuk kedalam? Siapa tahu kita bisa mendapatkan bahan berita yang menarik untuk membuat berita besar, setelah itu baru aku akan menunjukkan padamu letak lubang rahasia itu.” kata Shi Hui bersemangat.
Li Shuai melotot menatap gadis itu. terdiam beberapa saat, sementara gadis di depannya menunggu jawabannya.
“Haiyaaaa jangan-jangan kau takut ya? tenang saja ada aku, sebagai wartawan senior aku akan mengajarimu mencari berita di TKP, ini kesempatan langka, mumpung tak ada Li Shuai si polisi iblis itu hahaha”
“Uhuk uhuk.” mendengar namanya di sebut-sebut Li SHuai menjadi agak salah tingkah.
“Oh jangan-jangan kau belum mengenalnya ya karena kau anak baru, dia itu polisi yang sangat menyebalkan, entah dendam apa yang ia miliki dengan wartawan seperti kita. julukan polisi iblis benar-benar cocok dengan dirinya ha ha ha.”
“Apa kau mengenalnya?”
“Huh meski tak pernah melihat sosoknya langsung tapi aku sudah terbayang si polisi iblis itu, pria tua dengan wajah galak dan penuh kerut dan jenggot….Eh...kenapa kita jadi membahas dia, ayo kita segera masuk saja.”
Li Shuai berpikir sesaat, gadis itu tidak salah proses identifikasi di TKP memang sudah usai, masuk kedalam harusnya, tak akan mengganggu proses penyelidikan, apalagi sejak awal kedatangannya ia juga berniat menyambangi kembali kamar itu.
“Huh kalau saja tempo hari kami tidak ketahuan oleh polisi-polisi itu, pasti kami sudah membuat berita besar.”
“ketahuan?“ Li Shuai lagi-lagi mengernyitkan keningnya, “Oh jadi gadis ini adalah yang menyusup waktu itu, Li Shuai berpikir menemukan jalan rahasia yang tak terpantau kamera CCTV maka alibi-alibi para saksi mata yang ia curigai itu bisa dimentahkan, bunuh diri seratus persen menjadi bukan kemungkinan yang mutlak lagi.
Pintu itu memang terkunci jadi dalam, namun jendela kamarnya tertutup namun tak terkunci, sang manager mengatakan kalau Alex sering membuka jendela kamarnya untuk mendapatkan angin dari luar. secara logika jika ia benar-benar bunuh diri ia bahkan sempat mengunci pintu kamar, tapi mengapa jendela itu sedikit terbuka? bukankah itu tak masuk akal. Biasanya orang yang sudah memutuskan bunuh diri akan menutup semua kemungkinan untuk dirinya diselamatkan. lalu mengapa jendela itu tak dikunci?
“Ah semuanya karena polisi iblis itu, kalau bukan karenanya kita para wartawan pasti bisa mendapatkan berita dengan lebih mudah tanpa harus bersusah payah seperti ini.” kata si hui sembari menggerutu. Sementara pria yang dibicarakan.
Li Shuai mengerti siapa sosok yang di maksud oleh gadis itu. Ia sudah sangat sering mendengar saat anggota timnya membicarakan mengenai bagaimana ia di sebut-sebut sebagai polisi iblis di kalangan para wartawan yang tak lain adalah dirinya sendiri, kendati begitu ekspresi wajahnya sama sekali tak berubah.
Keduanya masuk ke dalam rumah itu, kondisi rumah itu masih sama seperti sebelum-sebelumnya. bersih. rapi. garis polisi itu masih terpasang di sekeliling TKP.
Shi Hui langsung mengelilingi kamar itu berjalan dari ujung ruangan ke ujung ruangan lainya, kemudian ia berdiri terpaku pada barisan foto-foto di dalam pigura kecil terpampang rapi diatas meja. Shi Hui terheran-heran Li Shuai dikenal sebagai playboy tapi diantara foto-foto itu tak ada satupun foto dirinya dengan gadis-gadis yang ia kencani.
Li Shuai membuka satu persatu lemari pakaian dan laci-laci yang ada di kamar itu, berharap menemukan sebuah petunjuk yang masih tertinggal. Alex Shen nampaknya adalah seorang penggemar sastra, di ujung kamarnya terdapat sebuah rak yang berisikan buku-buku yang berbicara tentang sastra dan puisi berjajar dengan rapi di sepanjang rak bertingkat itu. Ia kemudian sibuk membuka lembar demi lembar buku-buku itu dengan berurutan dari kiri ke kanan.
Shi Hui melihatnya dari belakang dengan teheran-heran, “Hei apa yang kau lakukan?”
“Mencari bukti.”Jawabnya dengan singkat sambil masih terus membuka satu persatu halaman di buku itu.
“Hmm sebagai wartawan baru kau totalitas sekali, luar biasa.” Shi hui kemudian berjalan kedepan, kemudian ikut membantu membuka satu persatu buku itu sembari berdiri.
beberapa saat kemudian sebuah kertas terjatuh dari buku yang sedang ia pegang.
“Hou Yin, lihat...kartu nama ini...ini adalah kartu nama untuk wedding planning?”
Li Shuai sontak berdiri dan memperhatikan kartu nama itu dengan seksama.
di kartu itu tertulis sebuah nama ‘Grace wedding organizer’
“Menurutmu apakah Alex Shen sedang berpikir untuk menikah?” Tanya Shi Hui begitu melihat kartu nama itu.
“............”
“hmmmm mengapa orang yang mau menikah malah bunuh diri? bukankah ini aneh?”
Li Shuai memotret kartu itu dan dengan segera mengirimkannya kepada Hou Yi.
Hubungi pemilik nomor ini dan cari tahu apa kaitannya dengan Alex Shen.
begitu bunyi pesan singkat yang ia kirimkan kepada Hou Yi.
Meski belum memberikan bukti kuat namun ini setidaknya memberikan alasan bahwa Li Shuai tidaklah depresi hingga mau membunuh dirinya sendiri.
Tak lama kemudian ponsel Li Shuai berdering, Li Shuai buru-buru keluar dari kamar tempatnya berada,” Hou Yin, apa kau menemukan sesuatu.”
“Kapten dari mana kau menemukan kartu nama ini, nomor telepon yang ada di situ...Luo Yi mengatakan, Alex Shen memang benar beberapa kali menelepon ke nomor itu.” Suara Hou Yin terdengar dari seberang.
Hou yin sekarang pergilah temui pemilik nomor itu dan investigasi semua tentang Alex Shen.”
“Baik kapten.”
Li Shuai mematikan ponselnya dan segera kembali ke dalam.
Di dalam Shi Hui nampak masih mondar-mandir di sekeliling kamar itu, namun ia belum menemukan apapun juga yang bisa menghilangkan rasa penasarannya. Ia berjalan ke arah jendela kamar itu, tempat dahulu ia pernah mencoba mengambil foto dari luar kamar sebelum akhirnya ketahuan.
Jendela itu tak tertutup rapat salah satu kuncinya nampak sudah rusak, sehingga angin malam menyusup kedalam, membawa udara dingin hingga sampai ke tulang, udara malam itu membuat bulu kuduknya berdiri.
Krieeeeet
salah satu jendela membuat angin yang cukup menusuk tulang dan merinding, tiba-tiba angin bertiup kencang.
Hou Yin kemana ya? kemana dia lama sekali...apa jangan-jangan dia menjelajahi hingga ke belakang batinnya sembari buru-buru menutup daun jendela yang ternyata memang tak mau tertutup rapat.
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundaknya dari belakang