Past

991 Kata
“Good morning to all passengers. We have landed at XMN airport in Xianhu where the local time is 10.00 and the temperature is 21º C. We really hope you have enjoyed your flight and we wish you a very safe journey to your final destination, thank you” Suara pengumuman kedatangan pesawat serta merta membangunkannya, entah sudah berapa lama ia tertidur yang jelas perjalanan hampir sepuluh jam tau-tau sudah berlalu begitu saja rasa kantuk karena kurang tidur selama berhari-hari rasanya terbalaskan sudah dan sekarang badannya terasa jauh lebih segar. Dari jendela pesawat nampak cuaca sangat cerah, Shi Hui buru-buru mengambil tasnya dan turun dari pesawat. Ia sudah menginjakkan kakinya di Xianhu. Sambil menyeret koper beratnya Shi Hui menaiki sebuah bus yang menuju ke panti asuhan Chenguang,  suasana  bus siang itu cukup ramai, ia duduk di dekat jendela sambil menikmati pemandangan sepanjang jalan yang menyuguhkan deretan gedung yang bersusun vertikal, juga jalanan layang yang melingkar-lingkar di ketinggian. Sudah banyak yang berubah, Xianhu tampaknya sudah menjadi kota besar dengan perubahan yang pesat, sesekali matanya mengamati penumpang yang ada di dalam bus itu,  segerombol gadis berseragam sekolah yang sedang heboh membicarakan murid baru di kelas, ibu-ibu yang sedang menelpon seseorang dengan nada suara yang kencang tak peduli jika didengar orang-orang di sekitarnya, seorang ibu yang sedang kerepotan menenangkan bayinya yang terus-terusan menangis. Shi Hui tersenyum, Logat ini, keramaian ini, perasaan ini benar-benar terasa familiar baginya, suasana yang tak pernah ia temui selama dua belas tahun ini. Aku kembali ! Mendekati Chenguang di sepanjang perjalanan akan nampak garis pantai yang membentang panjang hingga ujungnya tak nampak, sungguh pemandangan yang memanjakan mata. Akhirnya bus yang ia tumpangi berhenti di halte tak jauh dari panti tempatnya tinggal dulu berada, halte itu berjarak kurang lebih dua ratus meter dari pintu gerbang panti sehingga Shi Hui masih harus berjalan beberapa  langkah sembari menyeret kopernya sebelum akhirnya ia tiba di depan Ia tiba di depan sebuah papan nama bertuliskan kaligrafi Hanzi ** (Chenguang) yang berarti Mentari Pagi.Yah, nama yang cocok seperti namanya tempat itu bagaikan mentari pagi bagi Shi Hui dan puluhan anak-anak lainnya. Tempat terhangat yang pernah ia rasakan, tempat yang memberikan hari-hari baru. Sebuah bangunan besar bercat putih yang dikelilingi dengan  pekarangan yang sangat luas kini berdiri kokoh tepat di depan matanya, Sebelum memasuki pekarangan depan panti Shi Hui harus melewati sebuah pintu gerbang dari besi yang juga bercatkan putih, di sanalah ia kemudian berdiri dengan senyum lebar, sembari memperhatikan sekelompok anak-anak yang sedang bermain dengan riang di pekarangan panti. Seorang anak kecil berusia sekitar enam tahun yang sedang bermain bersama teman-teman sebayanya mendadak terdiam saat melihat melihat Shi Hui berdiri di depan gerbang lengkap dengan koper dan tas berukuran besar di sampingnya, ia lantas berbisik kepada kawan di sampingnya. Shi Hui melambai sembari tersenyum kepada anak kecil itu lantas segera berjalan mendekatinya sambil menyeret koper di tangannya. “Haizi, Apakah Wang yi ada di dalam?” tanya Shi Hui dengan ramah. “Mmmh” Anak lelaki itu segera mengangguk mengerti, tanpa dikomando ia berlari masuk kedalam sembari berteriak “Ada tamuuuuu!!!!” tidak lama kemudian ia keluar bersama seorang wanita berkacamata dengan  yang berjalan tergopoh-gopoh dengan bertumpu pada sebuah tongkat di tangan kanannya. “Wang yi!” Shi Hui setengah berteriak, matanya berbinar-binar, ia nyaris melompat karena saking girangnya. Wang yi,  begitu ia dan anak-anak di panti Chenguang biasa memanggilnya, wanita paruh baya yang barusan ia panggil tadi adalah kepala panti asuhan Chenguang, usianya kini sudah lebih dari enam puluh tahun, ia sudah menghabiskan sebagian besar hidupnya mengabdi di tempat ini, bagi Shi Hui dan mungkin juga bagi sebagian besar anak-anak yang tumbuh di Chenguang, Bibi Wang sudah seperti orang tua kandung mereka sendiri. Wanita yang dipanggil segera mengangkat kepala menoleh ke arah datangnya suara, mengerjap-ngerjapkan matanya mengamati sosok gadis muda dengan rambut panjang di ikat yang sedang berlari kearahnya. A yi, kau masih ingat padaku? tanyanya dengan bersemangat. Wanita tua itu memperhatikan gadis yang kini berdiri di depannya lekat lekat dari ujung kaki sampai ujung kepala. “Kau...siapa??” tanyanya sembari mengerutkan keningnya, belakangan karena faktor usia pandangan mata wanita paruh baya ini semakin berkurang saja, dan sekarang di tambah lagi gadis yang berdiri di hadapannya adalah gadis yang sudah bertahun-tahun tak dilihatnya, bocah kecil yang telah bermetamorfosa seperti wanita muda yang cantik . “Iya A yi ini aku, Shi Hui.” “Ya Tuhan, sudah lama aku tak melihatmu, sampai-sampai aku hampir tak mengenalimu lagi.” katanya sembari menepuk pundak Shu Hui, Mata wanita paruh baya itu nampak berkaca-kaca spontan ia memeluk gadis muda yang ada di depannya. Wanita paruh baya itu lantas mengajak Shi Hui masuk ke dalam,  bangunan Chenguang yang keseluruhan bercat putih itu terdiri dari beberapa bangunan terpisah dan dihubungkan oleh lorong-lorong, bangunan di sisi timur berisikan kamar-kamar sedangkan sisi barat berisi aula dan kantor administrasi. Setelah bertahun-tahun semuanya  masih nampak sama tak ada yang berubah, kecuali cat-cat tembok yang sudah nampak pudar dan mengelupas di sana sini. “Hidupmu di sana pasti berat, kau masih sangat muda dan harus berjuang di negeri yang asing bagimu” “Semuanya sudah berlalu A yi, lihatlah sekarang aku baik-baik saja.” Shi Hui tersenyum “Kudengar kau sudah bekerja menjadi jurnalis di sana, jadi aku sama sekali tidak menyangka akan bertemu denganmu hari ini.” Tangannya sibuk menyeduh teh di dalam sebuah cangkir keramik. “Aku berencana untuk bekerja di Beishan A yi,sudah cukup dua belas tahun aku berada di Sydney kupikir ini sudah saatnya aku kembali, apalagi An Na sekarang ada di Beishan juga bukan, rasanya pasti akan jauh lebih menyenangkan, An na juga tidak tahu kalau aku kembali ke China, aku ingin mengejutkannya he he he. Oya, apakah belakangan An Na pulang kemari? Sudah sebulan ini aku tidak bisa menghubunginya,dia juga tidak membalas pesanku.” Bibi Wang yang tadi sedang mengaduk minuman mendadak terdiam, membatu sesaat. “An Na—” Wanita paruh baya itu menatap Shi Hui lekat-lekat, entah mengapa matanya mulai berkaca-kaca, ekspresinya mendadak berubah murung. =============    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN