Wilie keluar dari ruangan kerja itu. “Selamat pagi, dr. Zhain, Tuan Gaza,” ujarnya ramah menurunkan pandangannya ke bawah. “Pagi, Wil.” Zhain membalasnya dengan senyuman yang sama ramah. “Pagi, Wil. Semoga harimu menyenangkan,” ujar Gaza sembari mengikuti langkah kaki lambat sang Eyang, Zhain Afnan. “Saya permisi,” sambung Wilie kemudian keluar dari ruangan dan menutup rapat pintu dua daun berwarna coklat tua itu. Gamal berjalan menghampiri sang Eyang yang mendekatinya. “Eyang … aku sangat merindukanmu. Kau semakin tampan saja,” ujarnya hendak memeluk sang Eyang dengan membuka lebar kedua tangannya. Namun, sayangnya pria senja itu sudah sangat terbiasa dengan tingkah konyol cucu kesayangannya ini. Dia mengangkat tongkat coklat berlapis emas itu, lalu meno