Kencana merasa aman berada dalam pelukan Gamal. Dia tidak merasa terasingkan atau merasa sendirian lagi sejak bertemu dan mengenal pria ini. Bahkan Kencana merasa jika Gamal selalu ada untuknya. Dia semakin terisak ketika bayangan orang tuanya terlintas di pikirannya. Cengkeraman jemari Kencana pada kemeja abu-abu Gamal semakin erat. “Takdirmu sudah ditentukan oleh Allah, Kencana. Jangan pernah mengeluhkan takdir,” ujar Gamal masih memperhatikan sekitar mereka. Orang-orang yang berada jauh dari mereka terlihat begitu memperhatikan lekat. Tapi Gamal tidak peduli dan tetap membiarkan Kencana selesai dari isakan tangisnya. Dia terus mengusap lembut punggung Kencana. Sementara Kencana menumpahkan banyak air mata yang terpendam. Rasanya, air mata yang tumpah ini