… 1 jam kemudian., Dalam perjalanan., Gamal masih menyetir dengan kecepatan sedang. Tanpa mengurangi konsentrasi, matanya menatap lurus ke depan, memperhatikan jalanan yang lumayan tidak ramai. Dia masih menelaah pembicaraan antara ia dengan sang Paman beberapa menit lalu. Berulang kali ia menghela napas ketika mencerna kembali satu kalimat yang membuatnya mati kutu tadi. “Pasti ada wanita yang kau suka? Jujur dari hatimu, Mas. Jangan bohongi Ayah.” “Tidak ada, Yah. Harus bagaimana lagi aku berkata jujur supaya Ayah percaya padaku??” “Lalu? Alasan ilham saja itu sangat tidak masuk akal. Pasti ada alasan lain yang lebih meyakinkan. Jangan bohongi Ayah. Ayah juga pernah muda dan pernah melewati fase usia kalian.” Bahkan pamannya saja bisa membaca niat