Prolog

543 Kata
Untuk kisah kita yang tidak berakhir bahagia, sejujurnya gue masih menyimpan harapan besar di dalam hati. Kalaupun tidak berakhir bahagia, tolong jangan pernah lupa pada keberadaan gue yang pastinya akan hilang bersama dengan waktu. Ketika kita bertemu, lo mungkin selalu jadi pihak yang menghindar dan berlari karena jijik. Tapi gue sama sekali nggak mau mempermasalahkan semua itu. Kita seharusnya nggak berakhir karena kita nggak pernah memulai. Kisah kita tidak pernah selesai karena memang tidak pernah ada ‘kita’ di antara lo dan gue. Untuk kali ini, boleh gue sebut lo sebagai bagian dari hidup gue yang nggak akan pernah bisa gue miliki sepenuhnya? Bolehkah, Van? Lo mungkin nggak akan pernah bisa merasakan jatuh cinta dengan cara yang sangat menyakitkan. Tapi Van, gue mau bagi kisah gue sama lo. Gue mau kasih tahu seluruh dunia kalau ada cinta yang besarnya sama dengan dunia ini padahal di sini cuma gue yang jatuh cinta. Lo selalu jadi pihak yang menghindar dan berusaha menjauh sementara gue selalu setia menjadi pengejar yang berusaha menghindar dari dunia yang mencoba menghancurkan. Gue yang selalu mencintai sendirian, mengemis pertolongan sendirian, lalu sekarat sendirian. Sampai akhirnya gue sadar kalau gue juga kalah sendirian. Dalam hidup gue yang sama sekali nggak sempurna ini, gue bertemu sama sosok pria yang buat gue.. lo sempurna. Lo lebih dari cukup untuk bisa melengkapi kepingan puzzle di hidup gue. Tapi, lo punya hak untuk menolak menjadi bagian dari perjalanan hidup gue yang sebenarnya sama sekali nggak layak untuk disebut sebagai kehidupan. Revan, ini mungkin akan jadi hari terakhir gue punya kesempatan ngomong sama lo, jadi gue mau kasih tahu satu hal besar yang selama ini gue simpan sendirian. Iya, seluruh hidup gue emang selalu gue habisin sendirian. Van, gue selalu jadi pihak yang berusaha menghancurkan tubuh ini. Kalau gue nggak bisa berkuasa, setidaknya gue mau mati di dalam tubuh ini. Tapi ketika pertama kali ketemu sama lo, gue punya satu keinginan yang lain.. Iya, gue juga ingin segera pergi dari tubuh ini. Gue tahu, sampai kapanpun gue nggak akan pernah menjadi orang yang lo cari untuk pulang. Tapi jangan khawatir, gue masih baik-baik aja kok. Kekuatan cinta yang tidak berbalas itu unik, Van. Cuma gue yang punya, cuma gue.. Satu lagi yang terakhir, Van.. gue mencintai lo tanpa syarat apapun. Tanpa pernah mengharapkan apapun. Jadi, kali ini gue ingin punya satu harapan.. Bahagia, ya? Gue nggak pernah siap dengan semua ini sekalipun gue tahu kalau gue akan selalu menjadi pihak yang dibuang dan dihancurkan. Van, jika ‘kita’ tidak pernah ada, kenapa gue bisa jatuh cinta dengan cara sehebat ini? Andai gue punya waktu lebih banyak, gue bakal tulis semua hal yang selama ini ingin gue bilang ke lo. Tapi, gue rasa semua itu sama sekali nggak perlu. Gue nggak perlu bicara apapun karena selama ini lo nggak pernah ingin tahu apa yang gue rasa. Sampai kapanpun, gue akan selalu kalah, gue kalah, Van.. Sekalipun nanti gue hilang tak bersisa, bolehkan gue berharap kalau rasa cinta gue bisa tetap abadi selamanya? Selamanya adalah waktu yang lama, gue juga nggak bisa menghitung secara pasti. Hari ini gue akan simpan semua hal yang kita lakuin bersama sekalipun gue juga tahu, bersama dengan diri gue yang menghilang, ingatan gue juga akan menghilang. Kita seperti tidak sengaja yang diatur oleh Tuhan. Yang mencintai lo dengan cara paling sederhana, seperti senja yang hilang ketika malam datang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN