Bab 52

2035 Kata
“Jadi kamu ingin melakukan apa, Kalila?” Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Setelah menceritakan semuanya kepada dokter Harmono, sekarang Kalila merasa sedikit lebih baik. Kehidupan Kalila memang sangat menyedihkan. Apakah pantas orang seperti Kalila mengharapkan kehidupan yang normal? Kalila merasa jika dia menyukai Revan, bukan sebagai teman saja, tapi lebih dari itu. Masalahnya, apakah Kalila pantas untuk Revan? Kalaupun Kalila memaksakan dirinya, apakah Kyra akan menerima? “Paman? Apakah Kyra akan selalu bersamaku?” Tanya Kalila dengan pelan. Dokter Harmono tampak menggelengkan kepalanya dengan pelan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Ya, begitulah.. “Apakah kamu ingin membiarkan dia pergi? Semua ini ada di tanganmu, Kalila. Kamu sendiri yang mengatakan jika kamu rela berperang dengan Kyra jika saatnya memang sudah tiba. Kapan?” Tanya Dokter Harmono. Kalila sering mengubah pikirannya dengan cepat. Kyra adalah sosok yang sangat penting dalam hidup Kalila. Kalila tidak tahu apakah dia sanggup sendirian tanpa Kyra. Masalahnya, kadang Kyra juga yang membuat Kalila jadi tersiksa. Jadi, apa yang harus Kalila lakukan? Menghilangkan Kyra bukankah perkara yang mudah. Kyra juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi dengan mudah karena dia tidak pernah ingin pergi. Tentu saja dia tidak ingin pergi.. “Apakah bisa sekarang?” Tanya Kalila dengan pelan. “Sekarang? Kalila, menghilangkan Kyra adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Sayangnya, Paman sama sekali tidak bisa membantu apapun. Hanya kamu yang bisa mengalahkan Kyra..” Kata Dokter Harmono. Kalila sering merasa jika dia sanggup melawan Kyra. Apapun resikonya Kalila akan mencoba melawan Kyra dan mengalahkannya. Tapi bagaimana jika akhirnya Kalila yang kalah? Bagaimana jika nanti Kalila yang malah pergi? Kalila sering merasa ketakutan akan banyaknya kenungkinan buruk yang bisa saja menimpa dirinya. Kalila tidak siap dengan perang yang akan dia jalani. Kyra mungkin akan dengan mudah menghancurkan Kalila, tapi bagaimana dengan Kalila? Bagaimana jika Kalila tidak bisa menghancurkan Kyra? Apa yang akan terjadi dengan kehidupan Kalila nanti? “Bagaimana jika aku yang kalah?” Tanya Kalila dengan pelan. Kalila menatap dokter Harmono yang sekarang sedang menyerahkan sebuah jurnal tebal ke depan Kalila. “Kamu pernah mempelajar jurnal ini?” Tanya Dokter Harmono. Ya, saat pertama Kalila datang ke tempat ini, dokter Harmono memang memberikan jurnal itu kepada Kalila agar Kalila mempelajarinya dan mengerti tentang keadaan yang sedang menimpa dirinya. Benar, Kalila memang sudah membacanya, Kalila sudah mempelajari apapun yang tertulis di dalam jurnal itu. “Sudah pernah” Jawab Kalila dengan pelan. “Tidak sembarang orang yang akan Paman berikan jurnal ini. Kamu orang yang sangat spesial untuk Paman. Kalila, kamu harus tahu jika dalam sebuah perang selalu ada dua kemungkinan, menang dan kalah. Yang menang akan berkuasa sementara yang kalah akan dikuasai. Itulah yang akan terjadi padamu dan Kyra.. salah satu dari kalian harus menghilang” Kata dokter Harmono. Kalila tidak pernah membayangkan jika hari ini akhirnya akan tiba. Saat dimana Kalila harus merelakan sebagian dirinya yang lain. Siapa yang akan Kalila selamatkan? Dirinya atau kepingan dirinya yang lain? Apakah Kalila akan baik-baik saja jika dia melihat Kyra menghilang? Apakah semuanya akan baik-baik saja? Lalu bagaimana jika hasilnya tidak sesuai? Bagaimana jika Kalila yang harus melihat dirinya sendiri menghilang? “Kalian saling terkait satu sama lain. Sebenarnya kalian saling membutuhkan Kalila.. cobalah untuk memahami keadaan itu, Kalila.. Paman akan selalu mencoba untuk membantumu, tapi di sini tidak ada yang bisa benar-benar memberikan batuan selain dirimu sendiri” Kata Dokter Harmono. Kalila menganggukkan kepalanya dengan pelan. Ada satu cerita yang masih belum Kalila katakan kepada dokter Harmono, sebenarnya ini adalah sebuah cerita yang cukup penting. “Paman, apakah mungkin jika aku dan Kyra menyukai orang yang sama?” Tanya Kalila dengan pelan. Kalila sering merasa jika Kyra hanya ingin mengganggu Revan, tapi kadang Kalila juga merasa jika Kyra menyukai Revan. Seperti kejadian beberapa hari yang lalu saat Revan datang ke rumah Kalila ketika Kyra sedang ada di sana. Kyra seakan berusaha agar Revan tidak mengetahui kebenaran tentang dirinya. Entahlah, semua itu memang sedikit sulit untuk dipercaya, tapi memang begitulah kenyataannya. “Menyukai orang yang sama? Apakah kalian memang menyukai orang yang sama?” Tanya dokter Harmono. Kalila tidak tahu apakah perasannya ini memang benar adalah rasa suka pada Revan. Kalila sendiri masih bingung. Semua ini terlalu asing untuk Kalila. “Sepertinya iya..” “Kalila, ini bukan hal yang benar. Jika Kyra sampai menemukan seseorang yang penting untuknya, dia semakin kuat. Dia bisa saja mengalahkan kamu dengan mudah..” Kata Dokter Harmono. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Bagaimana jika Kyra memang benar-benar menyukai Revan? Kyra akan semakin kuat dan Kalila akan semakin kesulitan. “Siapa dia, Kalila? Jangan biarkan itu terjadi. Jangan biarkan Kyra menemukan orang lain..” Kalila tidak tahu harus melakukan apa. Setelah membiarkan Kyra hidup dengan cara yang sangat tidak layak, apakah Kalila juga harus merenggut hidup Kyra? Apakah memang harus seperti itu? Kalila membuat banyak sekali kesalahan. Kalila menghancurkan kehidupan banyak orang. Apakah sekarang Kalila juga harus menghancurkan Kyra? “Apa yang harus aku lakukan, paman?” Tanya Kalila. “Hancurkan Kyra sebelum dia menghancurkan kamu, Kalila..” Bagaimana? Bagaimana caranya untuk menghancurkan Kyra ketika selama ini tidak ada satupun diantara mereka yang benar-benar utuh? Kalila dan Kyra adalah kepingan kehidupan yang tidak ingin menjadi satu. Bagaimana caranya menghancurkan sesuatu yang tidak pernah utuh? Semua itu sama seperti memotong kaki seseorang yang lahir tanpa kaki. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Bagaimana jika kali ini memang Kyra yang harus menang? Bagaimana jika sebenarnya Kalila memang tidak ditakdirkan untuk bertahan lebih lama lagi karena memang Kyra yang jauh lebih berhak? Bagaimana jika seperti itu? Apakah Kalila memang akan benar-benar menghilang tanpa jejak? “Bagaimana jika Kyra yang menghancurkan aku? Aku sendiri tidak yakin dengan semua ini, Paman. Semuanya pilihan yang ada memberikan sebuah resiko yang besar untukku..” Kata Kalila. Dokter Harmono melipat kedua tangannya ke atas meja. Kalila benar-benar merasa sangat beruntung karena dia menemukan dokter yang sangat baik seperti dokter Harmono. “Apakah kamu tahu? Khansa sangat sering datang ke sini..” Kata dokter Harmono. Kalila mengernyitkan dahinya. Apakah benar begitu? Setahu Kalila, Khansa dekat dengan Kyra. Jadi.. untuk apa Khansa datang ke sini? Kalila memejamkan matanya. Apakah Khansa datang untuk mencari tahu apa saja yang selama ini Kalila lakukan? “Apakah Khansa datang untuk berkonsultasi tentangku?” Tanya Kalila “Sejak dulu, bagaimana sikap Khansa kepadamu, Kalila?” Tanya dokter Harmono. Jujur saja hingga hari ini Kalila belum pernah bersinggungan dengan Khansa. Kalila tidak tahu bagaimana sifat Khansa yang sebenarnya karena Khansa memang lebih dekat dengan Kyra. Sepertinya Khansa dan Kyra memang berteman, atau entahlah.. memangnya mereka bisa berteman? Kalila masih tidak mengerti dengan jalan hidupnya yang sangat rumit. “Aku sama sekali tidak tahu. Selama ini Khansa tidak pernah menemuiku” Kata Kalila dengan pelan. “Dia sepertinya tidak berbahaya, Kalila. Cobalah berbicara dengannya karena Paman rasa dia sedikit penasaran dengan dirimu. Percayalah, Khansa memang terlihat dekat dengan Kyra, tapi sebenarnya tidak seperti itu. Khansa hanya suka berbicara dengan siapapun. Tenang saja, dia sangat ramah” Kata dokter Harmono. Sepanjang Kalila mengenal dokter Harmono, baru kali dia mengatkan agar Kalila berbicara dengan Khansa. Entahlah, Kalila tidak tahu bagaimana caranya berbicara dengan Khansa. “Kalila, kamu tahu siapa saja yang akan hilang dalam hidupmu jika kamu memutuskan untuk menyingkirkan Kyra?” Tanya dokter Harmono. Kalila menganggukkan kepalanya dengan pelan. Iya, Kalia tahu siapa saja yang akan hilang dalam hidupnya jika Kyra pergi. Masalahnya, bagaimana jika akhirnya malah Kalila yang menghilang? “Paman akan mencoba membantumu, jangan khawatir. Tampaknya kamu juga sudah memiliki banyak teman, kamu bahkan menyukai seseorang. Katakan, siapa yang kamu sukai Kalila?” Tanya dokter Harmono. Kalila tersenyum tipis setiap kali dia mengingat tentang Revan. Apakah Revan juga merasakan hal yang sama dengan Kalila? Rasanya sangat menyenangkan, tapi juga sedikit mengerikan. Kalila takut jika semuanya tidak seindah yang dia bayangkan, seperti.. kadang dalam hidup memang ada banyak hal yang tidak menyenangkan untuk diterima, bukan? Tapi tetap saja, mati tidak mau kita harus tetap menerima. Masalahnya, Kalila tidak siap untuk semua itu. “Namanya Revan..” Kata Kalila dengan pelan. Dokter Harmono mengernyitkan dahinya sejenak. “Nama itu terdengar tidak asing. Sudahlah, sekarang katakan.. apakah dia yang disukai oleh Kyra?” Tanya dokter Harmono. “Sepertinya Kyra juga menyukai Revan” “Baiklah, pada dasarnya kalian memang sama saja. Hal ini sangat wajar untuk terjadi. Jangan khawatir, tapi tetaplah fokus untuk mengalahkan Kyra. Kamu tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir Kalila. Lakukan saja apa yang harus kamu lakukan. Jangan ragu, jika membutuhkan sesuatu kamu tahu siapa yang harus dihubungi, bukan?” Kalila kembali menganggukkan kepalanya dengan pelan. Ada banyak sekali orang yang akan memberikan dukungan kepada Kalila. Kenapa Kalila merasa takut? Awalnya Kalila takut jika Kyra akan menyakiti orang-orang di sekitar Kalila. Sekarang Kenzo dan Ilora sedang ada di luar negeri, Kyra tidak akan bisa menyerang mereka. Kalila tidak perlu merasa khawatir lagi. Tapi sekarang Kalila malah kembali merasa ragu karena dia tidak tahu apakah dia bisa mengalahkan Kyra. Dalam peperangan ini hanya akan ada Kalila dan Kyra. Tidak akan ada yang lain. Mereka akan terus berperang hingga salah satu dari mereka benar-benar kalah. Tidak akan ada kesempatan kedua karena sekali kalah, semuanya akan selesai saat itu juga. *** Kalila menatap batu nisan yang ada di depannya. Hari ini, setelah sekian lama Kalila tidak mengunjungi ayahnya sendiri, akhirnya dia kembali datang ke sini. Ke sebuah makam yang selama ini masih membuat Kalila merasa bersalah. Benar, Kalila memang bersalah, dia yang membuat ayahnya meninggal dengan cara yang begitu mengenaskan. Saat itu Kalila masih duduk di bangku kanak-kanak. Kalila tidak benar-benar mengingat segalanya tapi saat itu ada seorang teman Kalila yang mengejeknya karena selama bersekolah Kalila sama sekali tidak pernah dijemput oleh ayahnya, Kalila selalu datang dengan sopir dan sopir itu juga yang akan mengantar Kalila pulang. Begitulah, itu adalah lelucon anak kecil yang entah kenapa saat itu membuat Kalila menangis hingga tidak mau pulang jika bukan ayahnya yang datang menjemput. Mendengar permintaan Kalila, tentu saja ayahnya datang. Benar, saat itu Kalila merasa sangat senang sekali. Tanpa Kalila tahu, hari itu adalah hari dimana segalanya berakhir. Kalila harus menerima sebuah kenyataan yang sangat buruk di dalam hidupnya. Kalila masih terlalu kecil untuk memahami keadaan yang ada. Ibunya tiba-tiba membangunkan Kalila di tengah malam dan mengajak Kalila pergi begitu saja. Kalila tidak tahu jika dari itu akan menjadi hari terakhir dia bertemu dengan Kenzo. Ya, akhirnya setelah belasan tahun Kenzo datang menemui Kalila yang saat itu sudah benar-benar hancur. Kalila hampir tidak tertolong karena Kyra menghajar Kalila tanpa ampun. “Papa, seandainya Papa masih ada di sini, hari ini akan jadi sangat sempurna. Mama sedang berulang tahun, apakah Papa tidak ingin menemuinya?” Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Apa yang Kalila harapkan dari berbicara dengan seseorang yang telah tiada? Tidak, sebenarnya Kalila sama sekali tidak mengharapkan apapun. Ini hanyalah rasa rindu yang Kalila miliki untuk keluarga lamanya yang bahagia. Dulu Kalila masih sangat kecil, dia tidak tahu jika kehidupan bisa sampai sekejam ini. Kalila tidak pernah mengira jika dia harus tetap berdiri dengan kokoh ketika dirinya sendiri mencoba menghancurkan hidupnya. Tidak akan ada yang bisa benar-benar menolong Kalila selain dirinya sendiri. Orang lain mungkin akan memberikan dukungan tapi mereka tidak akan bisa membantu apapun. Jika Kalila ingin melakukan perubahan, maka dia harus memulai segalanya dengan cepat. Kalila tidak boleh terlambat karena kapanpun dia lengah, Kyra akan mengambil kesempatan itu dan Kalila tidak akan bisa melakukan perlawanan apapun. “Papa, bagaimana menurut Papa? Apakah aku harus berlaku kejam? Apakah aku memang harus menghancurkan Kyra? Selama ini dia selalu menyelamatkan aku, Pa.. tapi dia juga yang menghancurkan aku..” Kata Kalila dengan lirih. Kalila tidak bisa lagi berandai-andai mengenai kehidupan yang bahagia. Tidak, kehidupan Kalila sekarang memang sudah jauh lebih baik dari masa lalunya. Ya, selama hampir 16 tahun Kalila hidup dengan ibunya yang selalu memukuli Kalila setiap dia marah. Kalila memang hidup sangat sengsara, tapi sejak dulu Kalila tidak berani melawan ibunya. Bahkan untuk melarikan diri dari tempat itu saja Kalila tidak berani. Kalila hanya akan diam dan menangis ketakutan. Bukankah sekarang Kalila sudah cukup hancur? Belasan tahun dia habiskan dengan ibunya yang kejam. Sekarang apa lagi yang akan terjadi di dalam kehidupannya? Apakah Kalila memang harus mendapatkan masalah yang lain lagi? “Pa, apakah Papa akan memaafkan aku? Aku melakukan kesalahan yang sangat besar. Apakah Papa akan tetap menyayangiku?” Tanya Kalila.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN