Bab 37

1759 Kata
  Kyra merebahkan punggungnya pada ranjang kecil miliknya.Oh sial! Kyra merasa sangat lelah seharian ini. Iya, dirinya yang biasanya hanya akan menyusuri jalan dan mencari masalah, kali ini Kyra sendiri yang mendatangkan masalah dalam hidupnya. Kyra sadar jika mendekati Revan sama halnya dengan memancing kemarahan Kalila. Tapi mau bagaimana lagi? Semenjak pertemuannya dengan Revan saat peri itu menggagalkan upaya bunuh dirinya, Kyra merasa tertarik dengannya. Setiap kali Kyra memiliki kesempatan, Kyra selalu berusaha mencari Revan, hingga akhirnya Kyra tahu jika Kalila berhubungan dengan Revan. Sialan! Kyra salah langkah, Kalila ternyata sudah sangat dekat dengan Revan. Kyra melihat sendiri bagaimana kedekatan mereka, beberapa kali Kyra melihat Kalila sedang berada di dalam mobil Revan. “b*****t!” Maki Kyra sambil melemparkan sebuah benda ke cermin yang ada di depannya. Kyra selalu kalah karena selama ini Kalila yang berkuasa. Sekarang, bagaimana jika Kyra yang berkuasa? Sepertinya akan sangat menyenangkan. Kalila memiliki kehidupan yang begitu nyaman, kamar yang indah dan ranjang yang luas. Sangat berbeda dengan Kyra yang hanya sanggup tinggal di sebuah apartemen kecil dengan barang-barang sederhana. Kalila selalu mendapatkan segala hal yang dia inginkan padahal sejak dulu seharusnya Kalila mati. Kalila sama sekali tidak pantas mendapatkan semua ini! Dia itu manusia yang sangat lemah. Kalaupun Kalila yang akhirnya mendapatkan kesempatan untuk hidup, Kalila tidak akan sanggup bertahan karena memang sejak dulu Kalila membutuhkan Kyra sebagai perisainya. Kalila membuat sebuah kesalahan yang sangat besar tapi dia tidak mau menanggung hukumannya. Kyra yang harus menahan sakit setiap kali ibunya memukul dirinya tanpa ampun. Kyra yang harus sekarat sendirian karen setiap kali ibunya mulai mengamuk, Kalila akan menyembunyikan dirinya sehingga Kyra yang harus menghadapi ibunya. Iya, selalu Kyra. Lalu sekarang, ketika akhirnya Kenzo menemukan dirinya, Kalila yang datang dan menikmati semua kemudahan dalam hidupnya. Dia bahkan berusaha untuk menyingkirkan Kyra. Oh, dia pikir dia bisa melakukan itu? Kalila yang malang. Mulai hari ini Kyra akan membuat hidup Kalila semakin hancur. Memang benar jika sekarang Kalila berlindung di balik rumah megah milik Kenzo, tapi apakah dia lupa siapa Kyra? Kyra bisa masuk ke sana tanpa ada seorangpun yang bisa menahan dirinya. Kyra bisa ada dimanapun Kalila berada. Kyra mengulurkan tangannya untuk meraih ponsel miliknya. Kyra memang berhasil mendapatkan nomor telepon Revan karena Kyra mengambilnya dari ponsel Kalila, tapi sampai sekarang Kyra masih belum tahu harus melakukan apa. Apakah Revan akan mengangkat panggilannya jika Kyra menghubungi dirinya di tengah malam seperti ini? Kyra menghembuskan napasnya lalu melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Bulan ini Kyra sudah mengganti ponselnya sebanyak dua kali, tidak masalah jika Kyra harus kembali membeli ponsel yang baru. Lagipula sama sekali tidak ada hal penting di ponselnya itu. “Lo ngapain anjing?” Kyra menatap seseorang yang baru saja keluar dari pintu kaca yang ada di depannya. Sosok cantik dengan jaket kulit yang khas dengan dirinya, juga kalung rantai dan beberapa cincin di jari telunjuknya. Kyra hanya diam lalu memilih untuk menutup matanya dengan santai. Kyra merasa sangat mengantuk. Tubuhnya juga sangat lelah karena menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengemudikan mobilnya seorang diri. “b*****t, gue dateng dan lo malah pura-pura tidur?” Kyra akhirnya membuka matanya kembali. Kyra menatap seorang perempuan yang seusia dengan dirinya sedang berdiri sambil menghisap g***a miliknya. Sebenarnya Kyra sangat membenci aroma g***a tapi Khansa tidak akan bisa hidup tanpa benda itu. Sudahlah, biarkan saja dia melakukan apapun yang dia inginkan. “Gue capek hari. Gue akhirnya ketemu sama Revan” Kata Kyra dengan pelan. “Lo gila? Lo ketemu sama cowoknya Kalila? Astaga, Kyra!” Kata Khansa dengan santai. Kyra selalu kesal setiap kali Khansa datang karena setiap kali dia muncul, dia hanya akan memberikan ejekan kepada Kyra. Entahlah, Khansa terdengar sangat senang setiap kali dia berhasil memancing emosi Kyra. Kyra mraih vas bunga yang ada di samping ranjang miliknya, sebenarnya vas ini tidak memiliki bunga karena Kyra terlalu malas melihat hal-hal tidak penting semacam itu. “Lo pergi atau gue hantam ini ke wajah lo?” Tanya Kyra dengan keras. Khansa tertawa pelan lalu kembali mengembuskan g***a yang dia hidup. Kyra masih menunggu jawaban Khansa yang dia tebak akan kembali membuat emosinya naik dengan cepat. “Lo sendiri yang rugi kalo lo hantam wajah gue” Kyra kembali mengumpat ketika dia mendengar kalimat yang dikatakan oleh Khansa. Mau tidak mau Kyra harus menerima jika Khansa memang sangat benar. Kyra menghembuskan napasnya dengan pelan. Di saat Kalila memiliki semua orang yang akan mendung dirinya, Kyra sama sekali tidak memiliki siapapun. Satu-satunya yang akan datang adalah Khansa. Entahlah, Kyra juga tidak tahu kenapa Khansa selalu muncul di saat yang sangat tepat. “Jadi.. ada apa?” Tanya Khansa sambil mengambil satu minuman soda yang ada di dalam lemari pendingin milik Kyra. Kyra kembali menghembuskan napasnya dengan pelan. Tidak ada hal yang bisa dia sembunyikan dari Khansa, begitu juga sebaliknya. “Gue suka sama Revan” Kata Kyra dengan santai. Khansa menatap Kyra sambil mengernyitkan dahinya seakan dia merasa tidak percaya dengan apa yang Kyra katakan. Ya, ini adalah hal yang wajar karena selama beberapa tahun mengenal Khansa, Kyra sama sekali tidak pernah menceritakan hal lain selain betapa bencinya dirinya kepada Kalila dan semua orang yang ada di sekitar perempuan itu. Jujur saja Kyra selalu merasa iri kepada Kalila yang lemah itu. Kalila bisa mendapatkan segala hal yang Kyra inginkan. Lalu sekarang Kalila juga masih merasa tidak terima. Kalila ingin menghancurkan Kyra. Ya, tentu saja Kyra tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kalila adalah manusia yang sangat lemah dan menjijikkan. Dia terlalu naif untuk menyadari jika dunia ini sangat keras. Kalila selalu diam dan menerima semua perlakuan buruk yang sengaja Kyra berikan sebagai pelampiasan atas rasa kesalnya. Iya, semua itu membuat Kyra semakin membenci Kalila. “Lo.. Apa?” Tanya Khansa. Kyra mendengus dengan kesal. Sekalipun Khansa sangat menyebalkan, Kyra sama sekali tidak memiliki pilihan lain. Tidak akan ada yang mau mendengarkan semua cerita hidupnya jika bukan Khansa. Kyra sendirian, selalu sendirian.. “Gue suka sama Revan. Dia orang pertama yang gue suka..” Kata Kyra dengan pelan. Kyra masih mengingat dengan jelas bagaimana wangi tubuh Revan. Astaga, apakah selama ini Kalila selalu menikmati semua itu? Sungguh tidak adil. Semua orang seakan selalu mendukung Kalila untuk mendapatkan kebahagiaannya tanpa mereka tahu jika sebenarnya Kyra yang pantas untuk semua itu. Kenapa harus Kalila? Dia perempuan lemah yang menjijikkan. Apakah dunia ini memang selalu menyukai manusia lemah? Sungguh menyebalkan! Seharusnya Kyra yang ada di posisi Kalila. Tentu saja Kyra yang jauh lebih pantas. “Lo sadar sama apa yang lo bilang?” Tanya Khansa dengan pelan. Kyra menutup matanya. Dia tahu apa yang akan dikatakan oleh Khansa. Iya, memang sangat menyakitkan dan menyebalkan ketika dipaksa untuk menerima kenyataan tentang keberadaannya. Kyra tidak sepenuhnya tahu sampai kapan Kalila akan tetap membiarkan semua ini terjadi. Iya, kapanpun Kalila mau, dia bisa saja menghancurkan Kyra, tapi Kyra tidak akan membiarkan hal itu terjadi dengan mudah. Kalila bukan lawan yang seimbang. Jika dia memang berani mengambil keputusan untuk berperang, kapanpun dia mau, Kyra akan menghadapinya dengan mudah. Tapi sekarang masalahnya bukan hanya tentang Kalila. Ada hal yang jauh lebih besar dari semua itu. “Gue sadar, b**o!” Kata Kyra dengan keras. “Berapa kali gue bilang sama lo kalo manusia kaya kita nggak pantas buat semua itu?” “Manusia?” Tanya Kyra. Khansa tertawa pelan ketika mendengar pertanyaan yang Kyra ajukan. Ya, memangnya ada yang menganggap sampah seperti mereka sebagai manusia? Sepertinya tidak ada. Kyra bahkan melihat dengan jelas di mata Revan jika pria itu menilai dirinya sebagai.. ah, sudahlah.. “Mungkin nggak akan ada yang mau sebut kita sebagai manusia” Kata Khansa sambil kembali melanjutkan tawanya. Sebuah tawa yang menyimpan banyak sekali duka. Memangnya apa yang mereka harapkan? Sejak sadar akan keadaan dan kenyataan mereka, Kyra dan Khansa menjadi dekat karena mereka tahu mereka hanya memiliki satu sama lain. Sama sekali tidak ada satupun orang di dunia ini yang mau menerima keadaan mereka. Sangat berbeda dengan kehidupan Kalila yang menyenangkan. Iya, Kalila bisa menikmati segala hal di rumah Kenzo dan Ilora. Sangat menyebalkan! Di dunia ini tidak ada satupun manusia yang mengharapkan kehadiran Kyra dan Khansa. Mereka adalah manusia buangan. “Dari awal gue juga udah bilang sama lo, jangan terlalu berharap lebih. Kita itu sampah, nggak usah terlalu banyak tingkah” Kata Khansa. Kyra menghembuskan napasnya dengan kesal setiap kali Khansa kembali mengingatkan dirinya tentang posisinya. Iya, Kyra tahu jika Khansa mengatakan hal yang benar, Kyra juga sedang memikirkan hal yang sama tadi, tapi tetap saja, rasanya sangat menyebalkan sekali. Kenapa dunia ini harus tidak adil? Kenapa Kyra yang dibuang dan Kalila yang disayang? Kenapa tidak sebaliknya? Bukankah Kyra juga memiliki kesempatan yang sama? “Diem, b*****t!” Kata Kyra dengan kesal. “Lo mau apa? Mau deketin Revan? Mau bilang tentang kenyataan hidup lo? Dia nggak akan peduli, dia cuma peduli sama Kalila” Kata Khansa. “Diem, b*****t!” Teriak Kyra sambil melemparkan vas bunga ke arah tembok. Suara keributan yang Kyra buat memang terdengar sangat menyebalkan untuk orang lain tapi bagi Kyra, semua itu dia lakukan hanya karena dia ingin tempat ini terasa hidup. Kyra ingin mendengarkan keributan seperti ini karena hanya dengan cara ini saja dia memastikan jika dirinya masih ada, masih bertahan di keadaan yang memilukan ini. Kyra benci kesunyian karena itu akan semakin mengingatkan pada kenyataan hidupnya. Kyra tidak diinginkan, oleh sebab itulah dia selalu kesepian seperti ini. Kyra hanya akan ditemani oleh bunyi keributan karena tidak ada satu orangpun di dunia ini yang menginginkan dirinya. Sama sekali tidak.. bahkan mungkin Kyra juga tidak menginginkan kehidupannya. Kyra bertahan hanya karena dia ingin menyiksa Kalila. Kyra ingin membalaskan semua rasa sakit yang harus dia tanggung selama bertahun-tahun karena kesalahan Kalila. Jadi haru ini, jika Kyra masih ada, itu karena tujuannya masih belum terpenuhi. Kalila akan selalu menangis setiap kali dia kesakitan atau ketakutan, tapi tidak dengan Kyra. Kyra adalah manusia yang dipaksa untuk kuat dalam menghadapi segala hal. Kyra dipaksa untuk tetap ada karena Kalila tidak akan sanggup menerima pukulan demi pukulan yang akan dilayangkan oleh ibunya. Iya, wanita gila itu memang sudah ada di penjara saat ini, tapi tampaknya Kalila masih memiliki banyak ketakutan. Mungkin Kalila juga sekarang merasa takut pada Kyra. Ah, Kalila memang sangat lemah. Bagaimana mungkin orang seperti itu dibiarkan untuk tetap hidup? Kenapa dunia tidak menerima Kyra saja? Kenapa harus selalu Kalila? Kenapa Kalila?! “Lo tahu apa jawabannya, Kyra. Lo tahu kenapa dunia ini selalu milih Kalila..” Kata Khansa dengan pelan. Kyra bangkit lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di lantai. Tanpa peduli akan apa yang terjadi, Kyra melemparkan ponsel itu ke arah Khansa dan dalam  beberapa detik kemudian suara pecahan kaca kembali terdengar. Kyra tidak bisa menahan dirinya lagi sekarang.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN