Bab 43

1757 Kata
Revan kali ini mengajak Kalila untuk datang ke rumahnya. Entahlah, Kalila juga tidak mengerti kenapa Revan mengajak Kalila datang ke sini, tapi begitu melihat jika rumah Revan dipenuhi dengan keluarganya, Kalila merasa jika sebaiknya dia pulang saja tadi. Kalila sama sekali tidak tahu harus melakukan apa jika dia datang di tengah keluarga Revan. “Oh, jadi ini Kalila? Dia terlihat sangat cantik padahal tidak menggunakan riasan apapun!” Kata salah satu keluarga Revan yang sedang berkumpul di ruang tamu. Kalila menundukkan kepalanya sambil tersenyum ketika dia mendengarkan pujian itu. Entahlah, Kalila sama sekali tidak bisa menatap mereka semua karena sejak kedatangan Kalila, Sania yang duduk di antara keluarga Revan terlihat menatap Kalila dengan tatapan sinis. “La, kamu mau minum apa? Mau aku ambilkan jus jeruk?” Tanya Revan yang duduk di samping Kalila. Kalila menolehkan kepalanya lalu menggelengkan dengan pelan. Keadaan di sini tidak bisa Kalila kendalikan sendiri. Kalila tidak ingin ditinggalkan oleh Revan. Sungguh, Kalila sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan jika tidak ada Revan di sini. “Tidak, aku sama sekali tidak haus, Revan” Kata Kalila dengan gugup. “Hei, jangan malu seperti itu, Kalila. Mereka sangat penasaran dengan dirimu, mereka terus menanyakan tentang kamu sejak kemarin. Ayolah, Kalila.. katakan sesutau tentang dirimu agar mereka semakin kagum!” Kata Revan sambil tertawa. Kalila meringis pelan ketika mendengar suara tawa Revan. Astaga, apa yang harus Kalila katakan? Jujur saja Kalila sama sekali tidak memiliki kelebihan. Kalila tidak pandai, Kalila tidak bisa bernyanyi, Kalila juga tidak bisa bermain musik. Apa yang bisa Kalila banggakan dari kehidupannya yang sangat rumit ini? “Astaga, gue masih nggak percaya sama Revan. Dia pasti pake dukun!” Kata salah satu saudara Revan yang langsung mengundang tawa dari yang lainnya. Kalila mengernyitkan dahinya dengan bingung. Sebenarnya mereka ini sedang membicarakan tentang apa? Kalila tetap diam saja sekalipun sejak tadi sebenarnya dia ingin tahu tentang tujuan Revan membawa Kalila ke pertemuan yang dilakukan oleh keluarganya. Sepertinya ini adalah pertemuan yang dilakukan untuk membahas pernikahan Nessa yang akan digelar dua bulan lagi. Ya, dari beberapa percakapan yang Kalila dengar, sepertinya mereka sedang membahas masalah baju yang akan mereka gunakan. Setahu Kalila, biasanya pihak keluarga pengantin akan menggunakan pakaian yang senada agar terlihat lebih rapi. Entahlah, mungkin memang seperti itu. Kalila tidak tahu dengan pasti karena selama ini dia sama sekali belum pernah datang ke pesta pernikahan. Kalila bahkan tidak menghadiri pernikahan kakaknya sendiri. Ah, Kalila jadi kembali merasa sedih. Andai saja kesalahan itu tidak terjadi. Kalila pasti saat ini sedang hidup bahagia bersama dengan orangtuanya. “La, kenapa?” Tanya Revan dengan pelan. Kalila mengerjapkan matanya. Bagaimana Revan bisa tahu jika Kalila sedang melamun? Kalila mencoba untuk tersenyum lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Apakah kamu tidak nyaman berada di sini? Apakah kamu ingin pulang?” Tanya Revan dengan sedikit berbisik agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka berdua. Kalila langsung menggelengkan kepalanya ketika dia mendengar apa yang Revan katakan. Astaga, Kalila tidak akan melakukan hal itu. Iya, Kalila memang masih merasa tidak nyaman di sini karena ada beberapa sepupu Revan yang dengan terang-terangan menatapnya dengan pandangan tidak suka, salah satunya Sania. Wajar jika Sania menatap Kalila dengan sinis, perempuan itu dulu akan berpacaran dengan Revan. Sekalipun Kalila dan Revan hanya berteman saja, Kalila tahu jika Sania pasti merasa tidak suka. “Aku senang ada di sini, aku hanya merasa canggung karena tidak mengenal mereka” Kata Kalila sambil tersenyum. “Jangan memaksakan dirimu, Kalila. Tidak masalah jika kamu ingin pulang sekarang” Kata Revan. “Sama sekali tidak” Kata Kalila. “Hei, Kalila, ayo berikan pendapatmu. Kami semua sedang memilih warna pakaian yang akan digunakan pada pernikahan Nessa. Kamu pasangan Revan, pasti kamu akan datang, bukan?” Tanya salah satu sepupu Revan. Kalila membelakkan matanya ketika dia mendengarkan pertanyaan itu. Astaga, Kalila sama sekali tidak pantas untuk memberikan pendapat karena dia bukan anggota keluarga. Lagipula, siapa yang mengatakan jika Kalila akan menjadi pasangan Revan di pesta itu? Revan bahkan belum mengatakan apapun. “Tidak, Kak. Aku sama sekali tidak memiliki hak untuk memberikan pendapat..” Kata Kalila sambil tersenyum dengan sopan. “Tidak masalah, bukankah kamu akan menjadi pasangan, Revan?” Kalila menatap Revan dengan kebingungan sementara Revan malah pura-pura sibuk dengan ponselnya. “Ini hanya akan digunakan oleh keluarga. Dia itu orang asing!” Kata Sania. Kalila menatap Sania sambil mencoba untuk tetap tersenyum. Sekalipun terdengar sangat menyakitkan, apa yang Sania katakan adalah hal yang benar. “Sania, kekasihku juga akan menggunakan baju yang sama dengan kalian, jadi kenapa kekasih Revan tidak boleh?” Tanya sepupu laki-laki Revan. Kalila jadi merasa bersalah karena mereka berdebat tentang dirinya. Astaga, Kalila bukan kekasih Revan. “Tapi kekasihmu memang sudah lama di—” “Sudahlah, jangan berdebat seperti itu. Pilih saja warna dan modelnya, Kalila akan tetap cantik menggunakan pakaian apapun. Jangan khawatir” Kata Revan dengan santai. Sungguh, Kalila sama sekali tidak mengerti dengan maksud kalimat yang dikatakan oleh Revan. Jujur saja Kalila tidak menyangka jika dia akan ikut menggunakan pakaian yang digunakan oleh keluarga Revan. “Astaga, Revan. Apa yang kamu katakan?” Tanya Kalila dengan suara yang sangat pelan. Kenapa sepupu Revan meminta Kalila untuk menggunakan pakaian yang seharusnya digunakan oleh keluarga mereka? “Sepupuku itu jumlahnya sangat banyak. Sudah jadi tradisi jika ada yang menikah, maka kami akan membuat pakaian dengan warna yang sama. Semua pasangan juga akan mendapatkan pakaian ini, jadi kamu juga akan mendapatkannya karena di pesta nanti kamu akan menjadi pasanganku lagi” Kata Revan. Kalila merasa jika jantungnya berhenti berdetak ketika dia mendengar apa yang Revan katakan. Ya ampun, pipinya terasa memanas. “Baiklah, kalian pilih sendiri saja kain dan warnanya. Aku ingin mengajak Kalila untuk ke kamarku. Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padanya. Ayo Kalila!” Kata Nessa yang awalnya duduk di antara mereka semua. Kalila mengernyitkan dahinya. Astaga, apa lagi ini? Kalila tersenyum lalu bangkit berdiri. Kalila melangkahkan kakinya dengan kaku sambil terus mengikuti Nessa yang berjalan menuju ke lantai dua. Kalila menolehkan kepalanya dan menemukan jika Revan sedang tersenyum ke arahnya. Kalila menarik napasnya dengan pelan. Baiklah, sama sekali tidak masalah jika Kalila belajar untuk bergaul dengan semua orang. *** “Benarkah ini Revan? Astaga, dia terlihat sangat menggemaskan, Kak” Kata Kalila sambil menunjuk ke satu foto. Iya, Kalila sedang melihat foto masa kecil Revan. Di foto yang Kalila pegang, Revan tampak sangat menggemaskan karena mulutnya penuh dengan coklat. Sepertinya Revan masih berusia satu tahun saat foto itu diambil. “Iya, itu adalah Revan. Masih ada banyak sekali foto Revan yang kakak simpan di sini. Sebenarnya Revan sangat benci jika ada yang melihat foto masa kecilnya” Kata Nessa sambil tertawa. Kalila mengernyitkan dahinya. Apakah Revan akan marah jika Kalila melihat foto ini tanpa izin darinya? “Artinya aku tidak boleh melihat ini, kak? Bagaimana jika nanti Revan marah?” Tanya Kalila dengan raut khawatir. “Kalila, jangan takut. Memangnya Revan pernah marah padamu?” Tanya Nessa. Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan, Revan dan Kalila memang belum lama saling mengenal, tapi Revan sepertinya bukan tipe orang yang mudah marah. Revan itu sangat ramah dan juga sabar. Tapi tetap saja, kali ini Kalila melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh Revan. Bisa saja kali ini Revan akan marah padanya, bukan? “Revan pernah membuat perjanjian dengan kakak. Katanya, jika nanti dia membawa seorang perempuan untuk main ke rumahnya dan bertemu dengan saudara-saudaranya, saat itulah kakak boleh menunjukkan foto ini kepada perempuan itu” Kata Nessa sambil tertawa pelan. Kalila tidak mengerti kenapa Revan membuat perjanjian semacam itu dengan kakaknya. Entahlah, tapi Kalila merasa jika dia diperlakukan dengan spesial oleh Nessa dan juga saudara Revan yang lainnya. Sama seperti Revan, mereka tampaknya juga sangat baik. Ya, sekalipun ada juga yang memberikan tatapan sinis kepada Kalila. “Apakah kamu mau menyimpan salah satu?” Tanya Nessa. Kalila menolehkan kepalanya dengan sedikit terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka jika Nessa akan menawarkan hal itu kepadanya. “Apakah boleh?” Tanya Kalila untuk memastikan. Nessa tersenyum lalu menganggukkan kepalanya dengan antusias. “Tentu saja, kenapa tidak? Kamu pilih aja foto mana yang ingin kamu miliki” Kata Nessa dengan santai. Kalila menatap selembar foto yang sejak tadi ada di tangannya. Sepertinya Kalila akan mengambil foto yang ini saja. “Bagaimana dengan yang ini?” Tanya Kalila. “Iya, ambil saja. Kamu boleh mengambil lebih dari satu..” Kata Nessa. Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. Tidak, Kalila hanya perlu satu saja. Kalila mengulurkan tangannya untuk membuka sebuah album foto yang lain. Di album ini Revan sudah mulai beranjak besar. Ada banyak sekali foto Revan dengan seorang perempuan yang wajahnya sangat mirip dengan Sania. Benar, ini pasti Sania. Bukankah mereka memang dekat sejak dulu? Wajar saja jika Sania memiliki banyak foto dengan Revan. “Revan dan Sania dulu seperti saudara kembar. Mereka tidak akan bisa hidup tanpa satu sama lain, tapi lihatlah sekarang.. mereka sudah dewasa dan memilih jalan hidup masing-masing” Kata Nessa sambil menunjukkan foto Revan yang sedang tersenyum bersama dengan Sania. Kalila menganggukkan kepalanya. Iya, memang terlihat dengan jelas jika Revan dan Sania sangat dekat satu sama lain. Ah, seandainya saja tidak ada hal buruk yang terjadi di kehidupan Kalila, pasti Kalila juga memiliki banyak kenangan menyenangkan seperti Revan. Sayang sekali, hampir seluruh masa kecil dan masa remaja Kalila dia habiskan sendiri. Sudahlah, itu semua sudah sangat lama berlalu. “Apakah Revan sudah pernah menceritakan tentang Sania kepadamu, Kalila?” Tanya Nessa. Kalila menganggukkan kepalanya. Revan memang sedikit menceritakan tentang Sania kepada Kalila, tapi itu hanya cerita singkat saja. Lagipula Kalila juga tidak memiliki hak untuk bersikap ingin tahu tentang apa saja yang terjadi pada Revan di masa lalu. Jika Revan memang ingin bercerita, maka Kalila akan mendengarkan, tapi jika tidak Kalila juga tidak akan memaksa. “Katanya dulu mereka pernah saling menyukai sampai hampir berpacaran” Kata Kalila dengan pelan. “Ah, jadi dia sudah menceritakan semua itu?” Tanya Nessa. Kalila menganggukkan kepalanya. “Apakah kamu tidak cemburu, Kalila?” Tanya Nessa lagi. Kalila mengernyitkan dahinya. Apa yang sedang dikatakan oleh Nessa? Tidak ada yang salah dengan hubungan Revan dan Sania sekalipun Kalila masih bingung kenapa Revan bisa menyukai sepupunya sendiri. Ya, Kalila sama sekali tidak memili hak untuk mencampuri urusan Revan, bukan? “Tidak, Kak. Untuk apa harus merasakan semua itu?” Tanya Kalila. “Kakak pikir kalian berpacaran. Apakah belum?” Kalila tersenyum, dia sama sekali tidak mengerti kenapa Nessa menanyakan hal semacam itu kepada dirinya. Entalah, Kalila sendiri tidak mengerti dengan perasaan yang dia miliki untuk Revan. Kalila tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, tapi Kalila merasa sangat senang ketika sedang bersama dengan Revan.        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN