4. Pendekatan

1452 Kata
Hari sabtu seharusnya Ayunda berleha-leha di kosannya. Minimal menonton film di laptop, itu sudah menjadi kesenangan tersendiri baginya. Bepergian bersama teman-teman untuk sekedar menyegarkan pikiran, itu lebih-lebih. Tetapi sayangnya, sabtu ini ia harus tetap masuk kuliah. Ayunda absen satu pertemuan mata kulaih, jadi ia memutuskan untuk ikut kelas lain yang dilaksanakan pada hari sabtu minggu ini. Baiklah, merasa sudah beres semuanya. Ayunda pun menenteng tote bag miliknya. Kemudian, keluar kosan. Baru saja melangkahkan kaki keluar pintu gerbang kos, dirinya sudah dikejutkan oleh sebuah klakson mobil. Pintu kacanya terbuka, menampilkan wajah sosok lelaki yang akhir-akhir ini sering berjumpa dengan Ayunda. Satya! "Naik, Ay." Ayunda seketika tersentak, dan berjalan ke pintu depan, tempat duduk penumpang di samping kemudi mobil. "Fela.." Ayunda langsung memangku Fela, karena gadis kecil itu duduk di sana. Satya pun melajukan mobilnya. Fela sudah asyik sendiri bermain game di ponsel Ayunda. Ya, ternyata gadis kecil itu sangat pandai memainkan ponsel. Bahkan, ia dengan sendirinya bisa mengunduh permainan di ponsel Ayunda. Gadis itu sampai heran sendiri dibuatnya. Saat melihat menu ponselnya terdapat berbagai permainan anak. Mulai dari memasak online hingga salon-salonan online. Fela-fela! "Kamu mau kemana?" Bodohnya Satya baru bertanya pada Ayunda. Ayunda menjawab, "kuliah Pak. Saya mengganti absen minggu lalu." Setelah perbincangan singkat itu, keduanya larut dalam sebuah keheningan hingga mobil Satya berhenti di depan universitas Ayunda. Fela tampaknya sadar, gadis itu menolak memberikan ponsel Ayunda saat gadis itu memintanya. Satya yang melihat adegan itu hanya diam memperhatikan keduanya tanpa berniat membantu untuk membujuk Fela. Apa-apaan ini!? Deheman Satya akhirnya keluar, "ayo kembalikan HP Mbak Ayunda, Fela.." Karena jengah, Satya pun bertindak dengan perkataannya. Ajaib! Fela menundukkan kepalanya dan mengembalikan ponsel Ayunda. Ayunda cukup paham, jika Fela sangat takut dengan sang ayah. Ayunda pun mengelus kepala Fela dan mengecupnya. "Saya kuliah dulu Pak." Satya tidak membalas. "Fela-" "Nggak boleh!" Sepertinya Fela tahu arah perbincangan yang hendak Ayunda ucapkan. Bahkan, sebelum pamit. Gadis itu sudah tidak mendapat izin lebih dahulu. "Ayah.." Fela mulai merengek dan menarik ujung kemeja Satya. Kali ini, lelaki itu tidak mengenakan jasnya. Hanya kemeja berwarna biru dongker yang melekat pas di tubuhnya. "Ela mau Mama Unda!" "Nggak bisa dong Sayang.. Mbak Ayunda kan harus sekolah-" "Bukan 'Mbak'! Bukan, Ayah! Tapi, 'Mama'. Titik." Seruan Fela memekik lantang memenuhi mobil itu. Satya menghela napasnya sejenak. Lalu berkata, "Fela sama ayah dulu. Ekhmm..Mama harus sekolah.." "..nanti kalau Mama sudah pulang. Kita jemput. Oke?" Ayunda sempat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Satya!? Memanggilnya dengan sebutan 'Mama'. Seperti banyak kupu-kupu yang menggelitiki perutnya. "Oke.." jawab Fela dengan lesu. Ayunda tentu saja tidak terima dengan jawaban Fela. "Jawabnya yang semangat dong Sayang. Biar Mama semangat sekolahnya." Ayunda menaik-turunkan alisnya. Fela dengan kedua tangan mungilnya, menarik wajah Ayunda mendekat. Lalu, dikecupnya kedua pipi Ayunda. "Cemangat Mama!" seru Fela dengan senyum yang menampilkan gigi-gigi kecilnya. Ayunda mengacak rambut gadis kecil itu dengan gemas. Kedua pipi gembulnya pun juga menjadi sasaran Ayunda. Gerakan tangan yang hendak membuka pintu mobil itu terhenti saat Satya berkata, "Nomor HPmu?" Sembari menyerahkan ponsel mahalnya. Ayunda pun menerima ponsel itu, dan mulai mengetik berdigit-digit nomor pribadinya. "Ok. Hubungi saya jika hendak pulang." Ayunda hanya mengangguk dan turun dari mobil sambil mendudukkan Fela kembali. "Dadaaa Mama..." Fela melambaikan tangannya dari balik jendela. Aaaaaa..sungguh manisnya. Ayunda pun juga melambaikan tangannya. Entahlah, melihat lambaian tangan dan senyum lebar Fela membuat Ayunda semangat kuliah di hari sabtu ini. Selama hampir dua jam, tugas yang diberikan oleh dosen berhasil Ayunda selesaikan. Ia pun mengumpulkan tugasnya setelah melakukan peregangan pada otot-ototnya yang pegal. Saat hendak meninggalkan kelas, gadis itu mengecek ponselnya terlebih dahulu. Benar saja, ada sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. +6285000937** Ay Ini saya Satya *Satya mengirimkan foto Fela yang tengah menikmati ice cream di sebuah restoran.  Setidaknya ice cream itu bisa membuatnya tenang dan tidak bertanya-tanya Mamanya terus. Ayunda mengulum senyumnya melihat foto Fela yang lucu dan menggemaskan itu. Serta keterangan di bawah foto yang dikirimkan padanya itu. Sang ayah rupanya tengah menyogok sang anak, agar tenang dalam menunggu sang mama. Benar-benar keluarga bahagia.. Ayunda : Pak, saya hendak pulang Satya : Ok. Saya jemput. Ayunda pun berlalu meninggalkan kelas. Berjalan cepat, karena tidak sabar hendak bertemu dengan Fela. Si lucu imut nan menggemaskan! Jika Ayunda mengira mungkin ia akan menunggu beberapa menit kedatangan mobil Fela. Tetapi nyatanya salah. Mobil hitam itu sudah berada di tempat perpisahan tadi pagi. Ayunda dengan segera masuk ke dalam mobil dan memangku Fela.  "Mama.."  "Iya Sayang. Kenapa cemberut seperti itu?" Ayunda bertanya karena mengamati nada tidak semangat dan raut cemberut yang ditunjukkan Fela.  Fela menunjuk sang ayah yang sudah melajukan mobilnya. "Ela mau lenang! Lenang di kolam lenang watelpak. Tapi, tidak boleh sama ayah. Ayah nggak cayang sama Ela!" Fela memeluk erat Ayunda.  Gadis itu mengelus kepala Fela sambil menatap Satya, meminta penjelasan. "Saya tidak suka Fela berenang di kolam renang umum. Toh, rumah juga tersedia kolam renang pribadi yang lebih bersih pastinya."  Ayunda hanya mengangguk-angguk. Cukup tahu dengan selera keluarga Rajasa itu. "Fela.."  Mendengar namanya terpanggil, Fela mengangkat kepalanya dan menatap Ayunda dengan memelas. Ayunda berujar, "Fela renang di rumah saja ya? Di sana Fela bisa puas berenang. Kan punya Fela sendiri."  Fela masih cemberut hingga ia melontarkan sebuah pernyataaan, "Mama yang temani Ela?"  Ayunda berpikir sejenak lalu menggeleng dan tersenyum kikuk. "Ela nggak mau!!" seru Fela, gadis kecil itu melipat kedua tangannya di depan d**a.  Sedangkan, Satya malah terkekeh pelan melihat interaksi keduanya. "Ayah yang temani Fela," kata Satya pada akhirnya. Ayunda sempat lega namun tidak bertahan lama.. "Ela nggak mau! Ela maunya Mama! Titik." Fela masih keras kepala menyuruh Ayunda menemaninya berenang.  Akhirnya dengan segala keterpaksaan, lebih tepatnya ini semua demi kesenangan Fela. Ayunda pun mengalah, "baiklah. Mama temani Fela. Tetapi, ada syaratnya." "Apa?" Tanya Fela dengan mata besarnya yang menatap Ayunda.  "Fela nggak boleh cemberut dan tidak boleh lagi berkata bahwa ayah tidak sayang Fela. Janji?" Ayunda menyodorkan jari kelingkingnya. "Janji Ma." Satya diam-diam mengulum senyumnya. Tidak salah pilih, Ayunda memang pantas mendampinginya.  "Maaf Ayah.." ucap Fela. Satya hanya menoleh dan mengerlingkan sebelah matanya. Ayunda tersenyum melihat interaksi ayah dan anak itu.  Saat mobil memasuki rumah besar yang Ayunda tebak merupakan rumah keluarga Rajasa. Gadis itu terkagum-kagum. Rumah sebesar ini, bagaimana cara membersihkannya? Ayunda tersentak saat Fela mengajaknya untuk turun dari mobil.  "Nenek!!" Fela melepaskan diri dari Ayunda dan menghambur pada Nyonya Rajasa. Ayunda pun hanya berjalan menunduk di belakang Satya. Sembari sesekali memilin-milin ujung bajunya. "Ma, ini-" "Ayunda? Ayo masuk!" Satya sempat terkejut saat sang mama langsung menggandeng Ayunda, mengajak gadis itu masuk ke dalam rumah. Nyonya Rajasa, bertingkah seperti sudah sangat mengenal Ayunda. Bagaimana bisa? Satya tersentak saat teriakan Nyonya Rajasa menggema, memanggil namanya. Lelaki itu pun segera masuk ke dalam rumah mewah itu. Ayunda menatap baju yang ia kenakan. Celana kain warna abu-abu dan kemeja berwarna hitam, untung saja hitam. Bagaimana jika warnanya putih!? Bisa-bisa nerawang saat terkena air kolam. Ya, saat ini Ayunda tengah berada di kolam renang. Menemani gadis kecilnya yang duduk di atas bebek karet pink itu. Sesekali keduanya bercanda dan tertawa. Saling memercikkan air kolam hingga rambut menjadi basah. Ayunda tidak peduli lagi, padahal ia tidak membawa baju ganti. Masa bodoh! Ini semua demi kesenangan Fela. Tawa kecil keduanya terhenti saat Satya menghampiri kolam renang. Lelaki itu mengenakan celana training pendek berwarna hitam. Ayunda dan Fela masih menatap Satya, hingga lelaki itu tiba-tiba melepas kaos hitam yang melekat di tubuhnya. Seketika itu, Ayunda mengalihkan pandangannya. Sambil menelan ludahnya sendiri, Ayunda merasa tubuhnya panas dingin. Padahal air kolam ini cukup dingin. "Ayah.." Fela menepuk-nepuk air hingga bebek karetnya menghampiri Satya. Satya pun mencubit kedua pipi Fela. Sedangkan, Ayunda masih mematung di posisinya hingga deheman Satya berhasil menyentaknya. Dengan pipi memanas Ayunda memberanikan diri mendekat pada Satya dan Fela, tiba-tiba kedua orang itu mencipratkan air dengan brutal ke arah Ayunda. Mereka bertiga pun bermain air di kolam renang itu. Beberapa saat kemudian, Ayunda memilih mentas karena Fela sepertinya sudah asyik sendiri dengan Satya. "Mama mau kemana?" Baru saja beberapa langkah. Ayunda menoleh, "Mama kedinginan Sayang. Mama ke kamar mandi dulu ya.." Fela mengangguk dan mengerti saat melihat Ayunda menyilangkan kedua tangannya dan mengusap lengannya. Saat Ayunda keluar dari kamar mandi rumah mewah itu, tiba-tiba Nyonya Rajasa menghampirinya. "Kamu tidak ganti baju? Basah hloo ini.." Ayunda hanya tersenyum tipis. "Nggak apa-apa Nyonya-" "B-bu.." Ayunda meralat panggilannya pada Nyonya Rajasa. "Ini.. Mama ambilkan baju almarhum Ranya. Sepertinya seukuranmu." Nyonya Rajasa memberikan baju itu pada Ayunda. Baru saja Ayunda hendak mengambil baju itu. Namun Nyonya Rajasa menghentikan pergerakan Ayunda. "Mulai sekarang, panggil Mama ya Yun.." Yun!? Nyonya Rajasa memanggilnya demikian? Apakah ini suatu bentuk proses pendekatan? Semua pertanyaan itu berputar di kepala Ayunda. Sepersekian detik kemudian, Ayunda tersenyum kikuk dan mengangguk, "i-iya Maa.." Kemudian, membawa baju almarhum Ranya ke dalam kamar mandi untuk mengganti bajunya yang basah. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN